Manusia Berakal
Diantara nikmat besar yang diberikan Alloh kepada manusia adalah akal.
Firman Alloh,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan..”
[Surat Al-Isra’ 70]
Imam As Sa’di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa kemulian yang diberikan kepada manusia dalam ayat ini adalah berupa ilmu, akal, diutusnya Rasul, dan diturunkannya Al-kitab untuk mereka.
Dengan akalnya manusia bisa membedakan mana yang benar dan mana yg salah.
Kebenaran akan mendatangkan maslahat (kebaikan) dan mencegah keburukan (mafsadat).
Buya Hamka dalam bukunya “Falsafah Hidup” berpetuah bahwa diantara tanda orang berakal itu,
“Pandai memilih perkara yg memberi manfaat dan menjauhi yang akan menyakiti.
Ia akan memilih yang lebih kekal meskipun sulit jalannya daripada yang mudah didapatkan padahal rapuh.
Jadi akhirat lebih utama bagi mereka dibandingkan dunia.”
Hal ini sejalan dengan apa yg diingatkan oleh Alloh Ta’ala,
قُل لَّا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Katakanlah:
“Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan”.
[QS al-Maidah (5): 100]
Dan Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
Orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian.
[HR. at-Tirmidzi]
So… Mari menjadi orang yang cerdas…
Wonosari, Gunungkidul
2 Januari 2017
Ibnun Nahl El-Musafiry (Ustadz Riky Abu Musa)