Sifat malu adalah kebaikan seluruhnya. Tidaklah Allah Ta’ala karuniakan seorang hamba sifat ini, melainkan ia telah diberikan kebaikan melimpah. Sebab, sifat malu sudah pasti mencegahnya dari hal-hal keji dan mengarahkan pada perbuatan terpuji. Itulah rahasia, mengapa Nabi shallallahu alaihi wasallam mengatakan, bahwa orang yang tidak punya rasa malu, pasti akan melakukan apa saja yang dia kehendaki.
Nah, lantaran sikap malu terkait erat dengan dorongan melakukan hal terpuji, dan menjauhnya hamba dari perkara tercela, yang merupakan sebab hidupnya hati, Syaikh Al Islam Ibnu Taimiyah pun menguak hubungan antara rasa malu dan kehidupan hati tersebut. Beliau rahimahullah berkata:
الحياء مشتق من الحياة فإن القلب الحي يكون صاحبه حيَّاً فيه حياء يمنعه عن القبائح، فإن حياة القلب هي المانعة من القبائح التي تفسده
“Kata al-Haya’ (rasa malu) berasal dari kata al-Hayat (kehidupan), sebab hati yang hidup akan membuat pemiliknya merasakan kehidupan sejati, dimana dalam dirinya terdapat rasa malu yang mencegatnya dari berbagai keburukan. Sungguh, kehidupan hati itulah yang mencegah dirinya melakukan berbagai hal buruk yang dapat merusaknya (hati).”
(Lihat: Shalih Ahmad Al Syami, Mawa’izh Syaikh Al Islam Ibni Taimiyah, hal. 30)
Oleh Ustadz Rappung Samuddin, L.c, MA.