Laki-laki Perempuan Punya Tangung Jawab dan Peran Masing-Masing
Sekitar 20 tahun yang lalu pemikiran yang menuntut kesamaan mutlak laki-laki dan perempuan telah dihembuskan oleh kaum gender barat. Pemikiran ini membawa kitaseakan-akan ada persaingan antara laki-laki dan perempuan, dalam keluarga suami istri seakan saling berpacu dalam kehidupan. Gagasan ini sudah menyebar di masyarakat, bahkan sudah terorganisir dalam bentuk gerakan global dunia.
Hal inilah yang diungkapkan Direktur NGO Bahethat Riyadh Saudi Arabia di awal pemaparannya dalam dalam Pengajian Akbar Muslimah yang digelar Muslimah Wahdah Islamiyah bekerjasama dengan Muslimah KPPSI Sulsel, di Lt.1 Masjid Raya Makassar yang mengangkat tema “ Aktualisasi Gender dan Pemberdayaan Perempuan dalam Perspektif Islam”, Selasa, 15 Februari 2011.
Syaikh memaparkan bahwa Islam bersifat pertengahan berbicara tentang hal ini, secara prinsip Allah Subhaanahu Wataala dalam Al Quran menerangkan kedudukan laki-laki dan perempuan yang berimbang,
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”(Terjemah Surah Al Ahzab:35)
Beliau juga mengungkapkan bahwa kedudukan pria dan wanita adalah sejalan, ini dapat dilihat dari hubungan dari jiwa yang satu, Ibunda kita, Hawa berasal dari tulang rusuk Adam. Melalui penggambaran ini menunjukkan adanya hubungan saling menopang, saling menghargai dan menghormati.
Di sisi lain, adanya perbedaan laki-laki dan perempuan, seperti tidak diwajibkannya Shalat Jumat dan Shalat Jamaah di Masjid serta contoh lainnya, hal ini merupakan bagian dari keadilan Islam, karena memperhatikan kondisi fisik dan kejiwaan perempuan.
Begitupula dalam ayat yang lain, surah An Nisa ayat 34 yang artinya “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka.”
kelebihan di atas menurut syaikh bukan berarti laki-laki dapat berbuat bebas dan sewenang-wenang terhadap perempuan akan tetapi bermakna tanggung jawab.Tanggung jawab dalam hal melindungi, mengayomi, pendidikan dan lain-lain.
Syaikh juga mengatakan bahwa perempuan itu dalam Islam, dijamin kehidupannya mulai dari kecil hingga meninggal. Sebelum menikah menjadi tanggungan orang tua, setelah menikah menjadi tanggungan suami, jika suaminya meninggal menjadi tanggungan saudara laki-lakinya, jika tidak ada saudara laki-lakinya maka menjadi tanggungan baitul mal.
Pada kesempatan tersebut, juga syaikh mengkritisi para gagasan kaum gender Barat yang selalu mensoroti atau tidak setuju jika ada yang menikah di bawah umur 17 tahun, akan tetapi diam terhadap yang melakukan hubungan seks luar nikah di bawah umur 17 tahun. Menurut syaikh, hal ini menunjukkan pemikiran mereka kontradiktif, tidak konsisten dengan landasan yang mereka gunakan.
Begitupula adanya berbagai penyimpangan-penyimpangan wanita, solusi yang diambil tidak melihat dari kacamata agama,akan tetapi dilihat dari sisi sosial dan kesehatan.
Di akhir pembahasan, syaikh menyampaikan tiga hal yakni, pertama, menjadikan keluarga betul-betul sebagai tempat pertama dalam pembentukan karakter, penanaman aqidah dan pembelajaran ibadah. Kedua, memberi pencerahan yang menyeluruh kepada remaja tentang kehidupan rumah tangga. Ketiga, pencerahan kepada wanita-wanita Islam tentang kewajiban dan peran mereka tanpa harus keluar dari koridor Syariat.
Acara yang dipandu oleh Dr.Hj.Amrah Kasim (Dosen UIN Alauddin/Pimpinan Ponpes IMMMIM Putri), diikuti sekitar 1000 peserta yang berasal dari berbagai organisasi muslimah diantaranya WI, KPPSI, PKS,HTI, Forum Komunikasi Muslimah, Hidayatullah, Majelis Taklim dan Umum.
Setelah isi Pengajian Muslimah, Syaikh dialog dengan beberapa tokoh Gender Sulsel di Gedung LSM Kopel Batua Makassar, kemudian berkunjung ke Ma’had ‘aly al Wahdah Manggala. Paginya sempat mengisi siaran dakwah di Fajar TV dengan tema “Al Quran berbicara tentang Wanita”.(*)
Dok. 1, Dok. 2, Dok.3, Dok.4 , Dok.5