BALAROA, PALU – wahdah.or.id – Gempa besar dengan magnitudo 7,4 SR yang mengguncang Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018), yang diikuti tsunami meninggalkan kisah yang mengharukan. Salah satunya bagi Fahri (11) yang harus kehilangan kaki kanannya akibat tertimpa bangunan saat gempa.
Kaki Fahri terpaksa diamputasi karena kondisinya yang sudah parah. Korban selamat dari Perumnas Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu ini adalah murid SDN Perumnas Balaroa kelas lima.
Selain kakinya, ia juga harus kehilangan kedua orangtuanya dan salah seorang adiknya.
Fahri saat ditemui oleh relawan LAZIS Wahdah tak banyak bicara. Menurut keterangan bibinya, Indah (33), Fahri masih mengalami trauma sehingga sulit diajak berkomunikasi.
“Apalagi kakinya diamputasi. Traumanya bertambah,” ujar Indah, Rabu (14/11).
Indah, kepada relawan berkisah bahwa saat gempa terjadi, ayah, ibu dan saudara-saudaranya hendak ke Masjid untuk sholat Magrib berjamaah. Belum sempat keluar dari rumah, gempa mengguncang Balaroa. Ia berusaha untuk berlari sekuat tenaga, namun tubuh kecilnya terpental, lalu terjebak di bawah reruntuhan.
“Fahri sempat bertakbir sambil memegangi kakinya yang terjepit. Sementara ibunya juga terbanting dan rumah sudah ikut tenggelam,” ujar Indah.
Tepat pukul 10, ibu Fahri meninggal dunia. Sementara adiknya baru ditemukan beberapa jam setelahnya. Mereka berdua dikebumikan pada Sabtu pagi.
“Ibu Fahri sebelum meninggal sempat bersyahadat. Sayang, ayah Fahri masih hilang sampai sekarang,” jelasnya.
Kondisi Fahri saat ini masih kurang baik. Ia masih sulit diajak berkomunikasi. Hanya bisa menangis saat ditanya tentang kronologi kejadian tersebut. Fahri mendapatkan bantuan kursi roda dari tim relawan LAZIS Wahdah. Ia saat ini dirawat oleh bibinya karena sudah tidak memiliki rumah dan orangtua.
“Mudah-mudahan bisa membantu dan kami doakan kepada keluarga Fahri, dan semua korban terdampak agar bisa bersabar,” pungkas Abu Umar, relawan LAZIS Wahdah saat berkunjung ke kediaman Fahri.[]