Ketua Dewan Syura Wahdah Islamiyah Ustadz Muhammad Ikhwan Abdul Djalil Lc., M.HI. mengadakan silaturahim bersama kader Wahdah Islamiyah yang sedang belajar di kota Madinah, Arab Saudi pada Ahad, 1 Rajab 1439H (18/3/2018).

Dalam silaturahim penuh ukhuwah tersebut, ustadz Muhammad Bashran, mahasiswa S3 Fakultas al-Qur’an Univeristas Internasional Madinah mewakili para kader Wahdah Isalmiyah di Madinah meminta nasehat dari ustadz Ikhwan yang juga pernah menuntut ilmu di kota Nabi tersebut.

Ustadz Ikhwan memulai tausiyahnya dengan menyampaikan bahwa tidak semua yang tua lebih dahulu meninggal dunia dari yang muda bisa jadi sebaliknya. Ia kemudian menjelaskan 2 hal penting;

Yang pertama adalah kurva kehidupan. Ustadz Ikhwa menukil dari perkataan Ibnul jauzi dalam kitabnya Mawaasimul ‘Umr. Bahwasanya ketika manusia hidup pada umur 1-5 tahun disebut masa thufulah, 5-15 tahun disebut masa bulugh, 15-35 tahun disebut masa syabab, 35-65 tahun disebut masa syaikhukoh, dan 65 keatas disebut masa haram. Maka setiap orang harus mengetahui apa yang harus dilakukan pada titik waktu kurva kehidupan monumental yang bisa kita berikan dalam kehidupan ini.

“Hati-hati menyikapi kurva kehidupan, jangan pernah merasa matang, karena yang sudah matang itu biasanya akan segera membusuk. Ikhlaskan niat supaya mendapatkan berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Kata ustadz Ikhwan.

Yang kedua adalah ‘akselerasi Ilahiyah’. Awal dakwah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam di Makkah, cuma segelintir orang saja yang ikut dakwah beliau itupun mereka mendapatkan ancaman, siksaan, bahkan ada yang dibunuh. Lalu apa kata Nabi: “sesungguhnya kalian itu adalah kaum yang tergesa-gesa”. Tapi lihat hasil dari dakwah beliau yang singkat pada haji wada’ jumlah sahabat yang hadir sebanyak 100 ribu orang.

Ustadz Ikhwan kemudian mengungkap bahwa dalam teori Maltus dikatakan pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan hidup.

“Teori inilah yang mendasari program KB. Padahal realitanya tidak seperti itu, Allah Maha Pemberi rezeki memiliki kehendak lain karena setiap anak yang terlahir membawa rezekinya masing-masing.” Kata ustadz Ikhwan.

Lanjut ustad ikhwan: “Dalam dakwah juga seperti itu ketika memulai memang susah dan terlihat tidak ada perkembangannya tapi jangan remehkan karena bisa jadi nanti akan menjadi besar karena ada akselerasi ilahiyah.”

Ustadz Ikhwan mencontohkan hal tersebut dengan karya para ulama dahulu, kitab kecil Aqidah Washitiyah yang ditulis antara Ashar dan Maghrib, atau Arbain an-Nawawi yang sangat monumental, matan al-Jazariyah, Tuhfatul Athfal dan contoh yang lain adalah Imam Bukhari yang tergerak untuk menulis kitab shahih karena perkataan dari gurunya Ishaq bin Rahoya: “Akan ada diantara kalian yang bersungguh-sungguh akan bisa mengumpulkan hadits shahih.” dan akhirnya Imam Bukhari berhasil menulis kitab Shahih Al-Bukhari.

Kemudian ustadz Ikhwan membacakan hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu:

إنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

“Sesunghuhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah kalimat dari hal-hal yang di ridhai Allah yang menurutnya remeh dengan itu Allah mengangkat dengannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan dengan sebuah kalimat dari hal-hal yang di dimurkai Allah yang menurutnya remeh dengan itu dia dilemparkan ke neraka jahannam.”[]

____
Laporan : Yoshi Putra Pratama (Mahasiswa Universitas Islam Madinah)

Artikulli paraprakWahdah Islamiyah Mamuju dan LAZIS Wahdah Salurkan Bantuan Untuk Korban Banjir
Artikulli tjetërWalikota Semarang Ajak Wahdah Islamiyah Tangkal Paham Yang Tak Sesuai Nilai Islam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini