MAKASSAR, wahdah.or.id – STIBA Makassar bekerja sama dengan Fakultas Pengajian Quran dan Sunnah USIM Malaysia mengadakan Webinar Internasional Ilmu Hadis, Kamis (20/10/2022). Kegiatan ini berlangsung daring melalui aplikasi zoom.
Dr. Muhammad Fawwaz yang merupakan dosen Ilmu Hadis Universitas Sains Islam Malaysia (USIM) menjadi narasumber pertama. Ia memaparkan tema terkait Kamus Biografi Hadis dalam Kurun Terawal: Historiografi dan Geografi.
Sementara dari pihak STIBA, mantan ketua STIBA Makassar yang juga dosen hadis di insitusi yang sama ini menjadi narasumber kedua. Tema yang diulas adalah Karya-Karya Penting dalam Bidang Ilmu Hadis di Abad-Abad Pertama. Dr. Muhammad Basran Yusuf Ketua Program Kaderisasi Ulama (PKU) STIBA Makassar bertindak sebagai moderator.
Sebelum pemaparan kedua narasumber, webinar diawali dengan sambutan dari dua orang keynote speaker. Sambutan pertama oleh Ketua STIBA Makassar Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. Wakil Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah itu mengawali dengan mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari MoU antara STIBA Makassar dan USIM.
Terkait sejarah perkembangan ilmu hadis, Ustaz Akhmad mengutip salah satu hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan bahwa dalam setiap generasi ada orang yang dipilih Allah untuk membawa amanah ilmu ini dengan kapasitas keilmuan yang mereka miliki. Mereka dapat meluruskan penyimpangan-penyimpangan orang yang ingin menyimpangkan agama dari jalan sebenarnya baik dengan sikap ekstrem maupun melalui penakwilan.
“Maka ilmu ini menjadi strategis dalam agama kita. Selain karena hadis juga merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Sejak masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian para sahabat, para ulama dari generasi-generasi setelahnya telah melakukan upaya untuk menjaga sunah Nabi,” ujarnya.
Menurut Ustaz Akhmad, ada dua hal yang diketahui dari perkembangan penjagaan para ulama terhadap sunah ini, di mana keduanya tidak bisa dipisahkan.
“Pertama, personnya. Kapasitas orang yang membawa risalah ini adalah orang yang adil, memiliki kapabilitas, kemampuan maksimal dalam meriwayatkan hadis dari Nabi. Maka kalau kita lihat, sebagai contoh, seseorang itu diberikan gelar Al-Hafizh itu setelah orang itu menghafalkan puluhan ribu hadis,” katanya.
Sementara yang kedua menurut Ustaz Akhmad adalah bagaimana kemampuan para rijal itu meninggalkan literatur berupa tulisan yang akan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
“Maka di sinilah letak menariknya webinar ini karena akan mengkaji dari dua hal ini,” pungkasnya.
Prof. Madya Dr. Mohd. Zohdi Mohd. Amin Dekan Fakultas Pengajian Quran dan Sunnah USIM Malaysia dalam keynote speech-nya mengatakan bahwa antara USIM dan STIBA telah ada kolaborasi sebelumnya. Seperti lawatan USIM ke STIBA dan latihan industri (magang).
“Insya Allah hubungan ini akan dieratkan lagi di masa yang akan datang dengan diadakan penelitian bersama dalam bentuk ilmiah dan kajian lapangan,” tandas Prof. Zohdi.
Ia melanjutkan bahwa penting untuk bersama-sama berperan dalam menjaga sunah seperti yang dilakukan para almutaqaddimin. Demi menjaga sunah Nabi yang merupakan wahyu. Maka mereka berusaha menjaga sunah dari kepalsuan.
Rep: Humas STIBA
Editor: Muh Akbar