Kisah-kisah Menakjubkan dari Ekspedisi Ibnu Fadlan ke Eropa Abad 10 (Bagian 3)
Kisah Manusia Raksasa di Saqalibah
Raja Saqalibah menceritakan kepada Ibnu Fadlan mengenai seseorang berukuran besar yang tinggal beberapa waktu di Saqalibah. Ukurannya sekitar 12 hasta (dzira’). Memiliki kepala yang lebih besar dari periuk yang besar. Hidungnya lebih besar dari satu rentang tangan. Dua matanya sangat besar dan panjang setiap jari-jarinya lebih dari satu jengkal.
Awalnya penduduk Saqalibah melihat makhluk itu mengambang di sungai sehingga melaporkan kepada raja. Raja Saqalibah yang terkenal pemberani, ketakutan melihat sosok manusia raksasa itu. Kata raja mengisahkan kepada Ibnu Fadlan, “Saya sangat tercengang dan takut dengan keadaannya melebihi ketakutan lain yang pernah saya alami. Kami menatapnya dan mulai berkata kepadanya, namun ia tidak mengeluarkan sepatah katapun pada kami. Dia hanya menatap kami.”
Raja berkirim surat kepada penduduk Wisu yang berjarak tiga bulan perjalanan dari Saqalibah menanyakan perihal makhluk tersebut. Penduduk Wisu membalas surat raja, memberitahukan bahwa makhluk raksasa itu berasal dari kaum Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog).
Ya’juj dan Ma’juj, tutur raja, adalah suatu kaum yang jauhnya tiga bulan perjalanan dari Saqalibah. “Antara tempat kami dengan tempat mereka ada lautan di satu sisi dan deretan pegunungan di sisi-sisi yang lain. Sebuah tembok juga membatasi tempat mereka dan ada sebuah gerbang yang mereka gunakan untuk keluar dari tempat itu. Ketika Allah menghendaki mereka pergi ke dunia yang dihuni manusia, dia akan mampu menjebol dinding itu dan menyedot air laut. Mereka akan menghabiskan ikan yang ada.”
Setelah mengisahkan tentang makhluk raksasa itu, Raja Saqalibah mengajak Ibnu Fadlan ke dalam hutan yang lebat. Di dalam hutan itu terdapat sebuah pohon yang sangat besar. Di bawah pohon itu terdapat tulang tengkorak tergeletak di tanah. Ibnu Fadlan berkisah tentangnya, “Saya melihat tengkorak itu seperti qafir (sarang lebah) yang besar dan tulang rusuknya lebih besar dari ‘irajin (pangkal pelepah yang ditinggalkan ketika pelepah dipotong dan tetap menempel di pohon kurma). Demikian juga dengan tulang paha dan hastanya. Saya begitu tercengang dibuatnya.”
Apakah Raksasa itu adalah Ya’juj dan Ma’juj yang Dimaksud dalam Al-Qur’an dan Hadits?
Ya’juj dan Ma’juj merupakan suatu kaum yang disebutkan namanya secara gamblang di dalam Al-Qur’an. Bahkan disebutkan di dua tempat, yakni dalam surah Al-Kahfi dan Al-Anbiya. Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya 92, “Hingga apabila dinding penghalang Ya’juj dan Ma’juj dibuka, mereka pun turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (Qs. Al-Anbiya: 96)
Kisah lebih lengkap disinggung dalam surah Al-Kahfi dari ayat 83 sampai 99, di mana Allah memerintahkan Dzulqarnain untuk membangun dinding dari besi untuk memisahkan antara mereka dan kaum Ya’juj dan Ma’juj sebab Ya’juj dan Ma’juj adalah kaum yang gemar membuat kerusakan. “Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi…’” (Qs. Al-Kahfi: 94)
Di dalam hadits Rasulullah menyebutkan ciri-ciri Ya’juj dan Ma’juj. “Sungguh, kalian akan terus berperang hingga Ya’juj dan Ma’juj keluar. Mereka berwajah lebar, bermata kecil dan berambut hitam kemerah-merahan. Mereka turun dengan sangat cepat dari seluruh tempat yang tinggi dan wajah mereka seperti perisai yang cembung yang tebal.” (Hr. Ahmad dan Thabrani)
Melihat hadits tersebut, jelaslah bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah manusia dengan ciri fisik seperti manusia pada umumnya. Bukan berbadan besar seperti raksasa. Dalam hadits lain disebutkan jumlah mereka sangat banyak dan akan keluar menjelang hari kiamat. Jika demikian, maka makhluk apa yang disaksikan oleh Raja Saqalibah dan dikisahkan Ibnu Fadlan dalam risalahnya? Wallahu A’lam.
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah sekelompok kaum yang bertubuh besar sebagaimana yang dikisahkan Ibnu Fadlan dalam Risalah-nya. Hanya saja riwayat tersebut dilemahkan oleh para ulama. Riwayat yang dimaksud adalah dari Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ia pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ciri-ciri Ya’juj dan Ma’juj. Rasulullah menjawab, “Mereka terdiri dari tiga kelompok. Salah satunya seperti pohon cedar.”
Hudzaifah bertanya, “Apakah pohon cedar itu?” Rasulullah menjawab, “Sejenis pohon di Syam yang tingginya mencapai 120 hasta. Kelompok inilah yang tidak dapat dikalahkan oleh segala muslihat maupun segala bentuk kekerasan. Sedangkan kelompok berikutnya memiliki sepasang telinga lebar, yang salah satunya dapat dijadikan alas tidur dan satu lagi dijadikan selimut. Setiap kali bertemu gajah, binatang buas, unta, hingga babi, mereka pasti memakannya. Bahkan mereka juga memakan siapa saja yang mati dari kelompok mereka sendiri. barisan terdepan mereka berada di Syam, dan barisan paling belakang mereka berada di Khurasan. Mereka akan meminum air sungai di Timur dan Danau Tiberias.’”
Al-Haitsami menjelaskan bahwa Imam Thabrani menyampaikan hadits ini dalam Al-Ausath. Namun, di dalam sanad hadits itu terdapat nama Yahya bin Sa’id al-Atthar, ia dinilai sebagai perawi yang lemah. Demikian komentar Syaikh Al-Ariefi dalam “NIhayah Al-‘Alam” terkait status hadits di atas.
Referensi:
- Risalah Ibnu Fadlan
- Nihayah Al-‘Alam (terj. Kiamat Sudah Dekat?), Muhammad Al-Ariefi.
Penulis: Mahardy Purnama