Mamuju — Hampir sepekan berlalu pasca-gempa melanda Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Hingga saat ini, upaya tanggap darurat masih terus dilakukan oleh sejumlah relawan di lapangan. Namun yang menarik, salah satu korban gempa, Ali Akbar (40 tahun), memilih mengabdikan dirinya menjadi relawan Wahdah Islamiyah guna membantu masyarakat terdampak lainnya.
“Saya senang menjadi relawan karena di Wahdah, dalam kondisi bagaiana pun kita harus mengedepankan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi,” ujar Ali, saat dikonfirasi pada Jumat (22/1/2021).
Sebelum bencana itu datang, Ali bersama keluarganya tinggal di kota Mamuju. Ia bercerita, ketika gempa datang, dirinya bersama keluarganya sedang berada di rumah. Dia langsung keluar rumah begitu terasa guncangan besar dalam beberapa saat. Karena kondisi sangat gelap, apapun yang bisa menolong ia cari.
Kondisinya benar-benar senyap dan gelap. Lampu padam, menyulitkan Ali menolong keluarganya yang lain. Tiga orang anaknya ia bopong sambil merangkak. Dia juga beruntung, laptopnya bisa diselamatkan. Begitupun dengan istrinya.
Ia menceritakan, tak ada yang bisa ia utamakan selain pakaian bagi istrinya. Kemudian secepat kilat ia merangkak keluar rumah yang sudah rubuh dengan tanah. Pencahayaan yang ia gunakan hanya di laptop yang berhasil ia dapat. Saat berhasil keluar, ia tak bisa berkata apa-apa.
Semua yang ia bangun secepat itu habis. Semua yang ia dapatkan bersusah payah, lenyap. Tapi ia masih percaya, setiap musibah yang datang, akan ada hikmah yang bisa ia petik.
“Ketika gempa datang, saya spontan lari keluar rumah tapi dengan keadaan panik karena kekuatan gempa yang sangat kuat, jadi untuk berdiri saja susah,” imbuhnya.
Beruntung, ia dan semua keluarganya yang terdiri dari istri dan tiga orang anaknya bisa selamat. “Rumah sudah habis. Saya lalu tinggal di posko sama istri,” jelasnya. []