Ayah Kholid bernama walid bin mughiroh, adalah seorang bangsawan dikalangan kaum quraisy pada masa jahiliyah. Di Makkah Kholid dikenal sebagai pemuda pilihan dan jagoan yang dimiliki oleh kota tersebut. Ketika usianya belum menginjak dewasa, dia telah mendapatkan kedudukan yang tinggi diantara para pemuka quraisy.
Pada permulaan islam, ayah Kholid, Walid bin mughiroh sangat membenci islam. Bahkan dia dikenal sebagai orang yang paling sengit memusuhi dakwah islam. Sepeninggal wafatnya Walid bin mughiroh, orang-orang quraisy sangat berkeinginan agar Kholid tetap berdiri di pihak mereka, terutama setelah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin khottob masuk islam. Peperangan pertama antara kaum muslimin dan musyrikin adalah di perang badr. Saat itu kholid adalah salah satu pemimpin pasukan musyrikin, demikian pula saudaranya, Walid bin Walid.
Pada saat perang badr, Walid bin Walid berhasil ditawan, Ketika Nabi memberi pilihan kepadanya: antara memeluk islam atau bebas dengan tebusan yang dibayar oleh keluarganya, Kholid pun segera bergegas untuk menebus dan membawa pulang saudaranya itu. Namun sangat mengejutkan, setibanya di makkah justru Walid secara terang-terangan memproklamirkan keislamanya dihadapan orang-orang kafir quraisy.
Penentangan kholid terhadap islam semakin besar dengan masuk islamnya Walid. Pada perang uhud, Kholid bin Walid menjadi pimpinan pasukan berkuda kaum musyrikin. Ia bersama pasukan yang dipimpinnya memutar balik arah kudanya untuk melancarkan serangan kepada pasukan panah kaum muslimin yang melanggar perintah rasulullah.
Pada tahun perjanjian hudaibiyyah saat rasulullah dan kaum muslimin mengunjungi masjidil harom, kembali Kholid datang dengan pasukanya bermaksud menghalau rasulullah beserta kaum muslimin dari Masjidil Harom. Akan tetapi Kholid menemukan mereka sedang sholat berjama’ah bersama nabi sebagai imam mereka. Pemandangan inilah yang membuat hati kholid bergetar serta menimbulkan kesan yang sangat mendalam pada jiwanya. Tak lama setelah itu rasulullah mengutus Walid bin Walid untuk mengajaknya masuk islam serta menyampaikan salam beliau dan memberitahu dia bahwa selama ini rasulullah selalu menanyakan dirinya. Akhirnya, Kholid pun menghadap rasulullah dan memproklamirkan keislamannya. Hal itu terjadi beberapa hari sebelum fathu makkah dan sejak saat itu posisi kholid berubah menjadi komandan pasukan muslimin dan “Pedang Allah yang terhunus”.
Pada perang Mu’tah
Cahaya islam telah menembus ke relung hati Kholid bin Walid, dia benar-benar menjadi Pedang Allah di perang Mu’tah. Rasulullah menunjuk Zaid bin haritsah sebagai pimpinan pasukan, kemudian jika dia gugur dilanjutkan oleh Ja’far bin Abu Tholib dan apabila gugur dilanjutkan oleh Abdullah bin Rowahah.
Pada perang Mu’tah tersebut, Ketiganya gugur di medan perang. Akhirnya kaum muslimin mencari orang yang akan memimpin pasukan dan mereka pun sepakat untuk mengangkat kholid bin Walid sebagai komandan pasukan
Sejak saat itu kholid selalu ambil bagian dalam perjuangan ummat muslim di medan perang, Seperti perang riddah yakni memerangi Thulaihah Al-asadi salah seorang mengaku menjadi nabi. Perang menghadapi musailamah Al-kadzdzab nabi palsu yang jauh lebih besar dan kuat pengaruhnya. Namun semuanya dapat dikalahkan oleh pasukan-pasukan muslimin atas izin Allah .
Kholid juga diutus oleh Kholifah Abu Bakr dalam misi pembebasan irak dan pembebasan syam. Pertempuran selanjutnya adalah Perang Ajnadain, yang disana pasukan muslimin sudah di nanti pasukan besar romawi yang mencapai 100.000 tentara. Namun kembali Allah menangkan Kholid bin Walid dan pasukannya atas musuh-musuh islam
Seiring berjalanya waktu setelah wafatnya Abu Bakr dan diangkatnya Umar bin Khottob menjadi kholifah maka Umar pun menulis surat kepada Abu Ubaidah bin jarroh untuk menggantikan posisi kholid bin Walid sebagai Pangilma perang dan memerintah kaum muslimin di Syam. Dan setelah mengetahu hal tersebut kholid berkata ” Andai saja Abu Bakr masih hidup maka dia tidak akan memberhentikanku selama-lamanya ”
Pemberhentian Kholid oleh Kholifah Umar pun bukan didasari kebencian atau lemahnya kholid. Ketika Umar ditanya tentang alasannya memberhentikan Kholid beliau berkata ” Aku tidak memberhentikan Kholid dengan begitu saja atau karena dia berkhianat, Tetapi karena orang-orang terlalu terpesona dengan kehebatan kholid dan Aku khawatir mereka akan bergantung padanya “.
Saat akhir hayatnya Kholid sempat berkata “Aku telah berperang 100 kali atau lebih untuk mencari kesyahidan. tidak ada di anggota tubuhku ini melainkan terdapat luka bekas tusukan, sayatan atau terkena anak panah. Akan tetapi inilah aku sekarang, Aku mati ditempat tidur seperti unta tua yang mati, Maka janganlah tidur wahai mata para pengecut”
Kholid bin walid wafat pada masa kekhilafahan Umar bin Khottob. Semoga Allah merahmatinya “Si Pedang Allah yang Terhunus”. Diambil dan disalin dari kitab Al-Muntashiruun
Oleh Tegar dovianda putra