Al-Qur’an adalah titik pusaran kemuliaan, apapun yang bersentuhan dengannya akan menjadi indah dan mulia.

Makkah dan Madinah tempat diturunkan Al-Qur’an menjadi tempat yang paling mulia. Ramadhan waktu diturunkannya Al-Qur’an menjadi waktu yang termulia, dan manusia yang diturunkan atasnya Al-Qur’an. Muhammad shalallahu alaihi wa sallam menjadi manusia yang paling mulia sepanjang zaman.

Hal inilah mungkin yang mendasari Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin menjadikan tema disertasi doktornya adalah tentang Al-Qur’an.

Lebih spesifik lagi tentang hafalan Al-Qur’an dan program yang disebutnya sebagai “Tarbiyah Tahfidzil Qur’an” akhirnya mewujud pada disertasi yang ditulis dalam bahasa Arab (sesuatu yang tidak biasa di Indonesia) berjudul : “Mafhum Tarbiyah Tahfidzil Qur’an ‘inda ‘Alim Bugisy Lanre Said”, atau jika diterjemahkan “Konsep Tarbiyah Tahfidz Al Qur’an Menurut Ulama Bugis KH. Lanre Said”, Satu judul yang memadukan universalitas Al-Qur’an dan pengejawantahannya dalam bentuk kearifan lokal dari seorang ulama dan praktisi pendidikan Tahfidz Al-Qur’an dari pelosok Sulawesi Selatan yang kharismatik dan penuh ketawadhu’an KH. Lanre Said – Rahimahullah, pendiri dan pembina Pondok Tahfidz Al-Qur’an Darul Huffadz, Tuju-Tuju Bone.

Penelitian dan penulisan Disertasi yang dikerjakan beberapa tahun di tengah kesibukan yang sangat luar biasa bagi seorang Ketua Umum Wahdah Islamiyah ini patut menjadi teladan dan panutan bagi aktivis dakwah Islam lainnya, bahwa sisi ilmiah dapat terus diasah di tengah gemuruh dan padatnya aktivitas seseorang, semua itu tentu berujung pada taufiq Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sebetulnya Ustadz Zaitun telah mendapatkan pemberian Gelar Doktor Honoris Causa dari International Electronic University Mesir, (https://wahdah.or.id/ketua-umum-wahdah-islamiyah-peroleh-gelar-doktor-honoris-causa/) dan kita tahu bahwa pemberian Gelar Doktor Honoris Causa adalah anugerah atas peran dan kontribusi keilmuan ataupun kemanusiaan pada seorang tokoh, namun sebagai insan pembelajar seorang Muhammad Zaitun yang juga adalah inisiator dan Wakil Ketua MIUMI ini , ingin menuntaskan hasrat akademik dan penelitiannya yang akhirnya mewujud dengan ditempuhnya program doktoral secara reguler , ketawadhu’an yang bernas Masya Allah.

Hingga sampailah pada saat yang dinantikan-nantikan oleh bukan saja Ustadz Zaitun dan keluarga, bahkan seluruh jagad Wahdah dengan penuh harap menantinya.

Tanggal 15 Zulhijjah 1440/16 Agustus 2019 di waktu penuh berkah pada penghujung hari Jumat di satu sudut Universitas Ibnu Khaldun – Bogor yang asri dan teduh berlangsunglah ujian Promosi Doktor yang boleh dikata cukup langka ini.

Diiringi rintik-rintik hujan yang mulai menetes satu-satu, mulailah Ketua Ulama dan Dai Asia Tenggara ini secara gamblang dalam bahasa Arab yang fasih disertasinya dihadapan Rektor Universitas Ibnu Khaldun Dr. H.E. Bahruddin, M.Ag. yang sekaligus bertindak sebagai Pimpinan Sidang, tim Penguji yang terdiri dari para pakar pendidikan Islam di negeri ini, yaitu Dr. H. Abbas Mansur Tamam. MA. dan Prof. Dr. H. Abuddin Nata. MA, dengan Promotor Prof. Dr. KH. Didin Hafidzuddin. MS., H. Adian Husaini. M.Si., Ph.D., dan Dr. H.E. Mujahidin, M.Si.

Dengan gaya khasnya, Wakil sekjen MUI Pusat ini sejenak membawa para audiens ke alam lain, pengembaraan pada apa yang diistilahkan KH. Lanre Said – tokoh yang menjadi obyek penelitiannya- dengan “Pulau Al-Qur’an” tempat dimana generasi Qurani memakmurkannya dengan bacaan Al-Qur’an dan pengalaman nilai-nilainya.

Pertanyaan demi pertanyaan yang luar biasa berbobot dijawab dengan lugas dan santun oleh Ustadz Zaitun membuat siapapun yang hadir, jika serius memperhatikan pasti akan mendapatkan manfaat, bukan hanya dari sisi ilmiah namun juga terutama dari sisi adab dan etika kesantunan, Masya Allah.

Akhirnya di tengah hujan yang mulai deras, di waktu ijabah penghujung hari Jumat yang mulia, Pimpinan Sidang Ujian Promosi Doktor atas nama Promovendus Haji Muhammad Zaitun Rasmin dinyatakan secara resmi lulus sebagai Doktor ke 202 Universitas Ibnu Khaldun Bogor dengan predikat Sangat Memuaskan, membuncah kebahagiaan seluruh yang hadir.

Penyampaian keputusan ini langsung diiringi sujud syukur Ustadz Zaitun menadah gembira nikmat dan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sungguh pencapaian ini bukan sebatas selesainya program belajar seorang mahasiswa Pasca Sarjana, namun pencapaian ini adalah balut-balut keberkahan yang energinya biiznillah akan terurai pada langkah perjuangan yang lebih tertata, pada semangat yang kembali dan terus menyala, pada ukhuwah yang semakin kuat terjaga.

Dalam perjalanan balik ke Jakarta, saya merenung dan sedikit bernostalgia, tidak terasa sudah lebih 30 tahun kami kenal dan membersamai beliau sejak masih pemuda, tidur beralas tikar di rumah kos Matraman, hingga belajar di sisi para Ulama di Madinah, mendirikan STIBA, dari satu fase ke fase berikutnya dalam penuh suka dan duka, hari ini resmilah beliau sebagai Dr. Muhammad Zaitun Rasmin.

Doa terbaik untuk beliau agar senantiasa istiqamah, ilmunya bermanfaat bagi umat dan bangsa, menata jalan perjuangan, berjihad dengan Al-Qur’an, Jihadan Kabieran.

Baarakallahu fiekum Ustadzana.[]

(Muhammad Ikhwan Jalil, ketua Dewan Syura Wahdah Islamiyah, kontributor wahdah.or.id)

Artikulli paraprakDunia Adalah Penjara Bagi Orang Mukmin dan Surganya Orang Kafir
Artikulli tjetërKaji Konsep Pendidikan Al-Qur’an Ulama Bugis, Ustadz Zaitun Raih Gelar Doktor

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini