Menjadi seorang Muslim hendaknya menjadi sosok yang berkarakter. Sosok yang tidak membiarkan waktunya berlalu begitu saja tanpa amalan yang berarti. Gerak-gerik serta ucapannya selalu berbentuk amalan yang kelak berbuah pahala baginya di akhirat. Ucapannya selalu mengandung makna. Ada dzikir, ada nasehat, dan ada fikir disetiap waktu hidupnya. Karena ia tau bahwa ucapan dan tindakannya ada yang mengawasi bahkan mencatatnya.

Firman-Nya,

مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ

Artinya: “Tidak ada suatu kata yang diucapkan pun melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18)

Inilah salah satu amalan yang paling mudah untuk dikerjakan oleh siapapun. Tak butuh modal dan tak butuh menjadi siapa dulu kita, baru kemudian bisa mengamalkan amalan ini. Amalan apa itu? Amalan itu adalah dzikir.

Allah akan senantiasa mengingat hamba-Nya selama sang hamba selalu mengingat-Nya. Dua kalimat saja. Ini salah satu dzikir yang ringan dilisan, berat kelak ditimbangan amalan diakhirat dan dua kalimat ini sangat dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Berikut ini lafadz dzikir beserta penjelasan singkat terkait kandungan haditsnya.

Mari kita hafalkan dan amalkan selalu.

:وَ عَنْ أبِيْ هُرَيْرَة رَضِيَ الله عَنْه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عليه وسلم

كَلِمَتانِ خَفِيفَتانِ علَى اللِّسانِ، ثَقِيلَتانِ في المِيزانِ، حَبِيبَتانِ إلى الرَّحْمَنِ:《 سُبْحانَ اللَّهِ العَظِيمِ، سُبْحانَ اللَّهِ وبِحَمْدِهِ 》

(متفق عليه)

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallaahu ‘alayhi wasallam bersabda: Dua kalimat yang ringan diucapkan, namun berat di timbangan amal lagi dicintai Allah Yang Maha Pengasih adalah: ‘Mahasuci Allah serta dengan pujian-Nya.’ dan Mahasuci Allah Yang Mahaagung.” (Muttafaq alaih)

Pengesahan hadits:

Diriwayatkan oleh al-Bukhari (XI/206 – Fat-h) dan Muslim (2694).

Kandungan hadits:

  • Diperbolehkan dalam berdo’a memakai kalimat bersajak, selama tidak ada unsur yang mengada-ada, tidak memberatkan, dan sederhana.
  • Penetapan adanya sifat cinta bagi Allah Ta’ala.
  • Amal perbuatan kelak di hari Kiamat seperti halnya jasad, yaitu akan ditimbang pada timbangan.
  • Semua amal perbuatan para hamba-Nya akan diletakkan dalam timbangan.
  • Keterangan besarnya rahmat Allah, yaitu perbuatan yang sedikit dianugerahi pahala yang banyak.
  • Anjuran untuk rajin berdzikir dan mengamalkannya dengan rutin (mulaazamah). Sebab, semua kewajiban yang dibebankan terasa berat rasanya bagi jiwa seseorang, berbeda dengan dzikir. Dzikir ini mudah, tetapi timbangannya berat, tidak kalah beratnya dengan timbangan perbuatan-perbuatan sulit yang tidak boleh lengah dilakukan.
  • Al-Bukhari mengakhiri kitab Shahiih-nya dengan hadits ini di akhir kitab at-Tauhiid. Ini menunjukkan bahwa inti dan tujuan tauhid adalah menyucikan Allah al-Haq, mengagungkan-Nya dengan sifat-sifat-Nya yang luhur, dan me-muji-Nya atas nikmat-nikmat-Nya yang besar. Tidak kalah pentingnya pula di dalam melakukan ibadah ketaatan adalah ikhlas dan mengikuti aturan-aturan syara’.

 

___

Oleh: Tim wahdah.or.id

Rujukan: Hadits no. 1408 – Kitab Bahjatun Nazhirin Syarhu Riyadhush shaalihiin, Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali

Artikulli paraprakBenarkah Seorang Yang Meruqyah Tidak Berhak Masuk Surga Tanpa Hisab dan Tanpa Azab?
Artikulli tjetërSemarak Muktamar IV, 3 DPW Wahdah Islamiyah Gelar Tabligh Akbar

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini