KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN (1)

Date:

Allah mencipta dan memilih yang termulia diantara ciptaan-Nya sekehendak-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ
“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya, . .” (QS.Al-Qashash:68)
Allah menciptakan manusia, dan memilih para Nabi dan Rasul sebagai manusia termulia. Lalu dari seluruh Nabi dan Rasul yang diutus-Nya, Allah memilih para rasul Ulul Azmi sebagai yang paling mulia. Dari semua nabi dan Rasul Ulul Azmi, Allah pilih nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi dan Rasul yang paling mulia. Bahkan beliau digelari sebagai sayyidu waladi Adam (pemimpin para keturunan Adam).

Allah juga menciptakan hari-hari sejumlah tujuh hari dalam sepekan. Dari ketujuh hari tersebut Dia memilih Jum’at sebagai hari paling mulia yang merupakan sayyidul ayyam. Demikian pula dengan jumlah bulan (syahr) dalam setahun ada 12 bulan yang bermula dari Muharram dan berakhir di Dzulqa’dah. Dari keduabelas bulan tersebut Allah memilih Asyhurul Hurum dan bulan Ramadhan sebagai bulan termulia. Ramadhan yang merupakan bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah memiliki banyak keistimewaan. Sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tulisan ini akan mencoba menguraikan beberapa keutamaan (fadhilah) Ramadhan sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam al-Qur’an dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya.

1. Ramadhan Adalah Bulan Al-Qur’an
Ramadhan dijuluki pula sebagai syahrul Qu’an (bulan al-Qur’an). Sebab al-Qur’an yang merupakan kitab hidayah bagi orang bertakwa, serta pembeda (furqan) antara haq dan bathil diturunkan oleh Allah Ta’ala pada bulan ini, yakni bulan Ramadhan. Allah Ta’ala berfirman :

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an” (QS. Al-Baqarah : 185)

Menurut Syekh. DR. Salman bin Fahd al-‘Audah hafidzahullah, Firman Allah, “diturunkan didalamnya Al-Qur’an” mengandung beberapa makna:
1. Maksudnya, diturunkannya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma.

2. Boleh jadi maksudnya adalah diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam dimulai pada bulan Ramadhan. Dimana, Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada malam Lailatul Qadri, sedangkan Lailatul Qadri bagian dari bulan Ramadhan.

3. Dikatakan, bahwa makna “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnnya diturunkan Al-Qur’an” maksudnya diturunkannya Al-Qur’an pada bulan ini sebagai pujian dan sanjungan terhadap bulan Ramadhan serta penjelasan tentang keutamaannya dan kewajiban berpuasa pada bulan tersebut.

Ayat lain yang menerangkan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan adalah surah al-Qadr ayat 1 dan ad-Dukhan ayat 3:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ [٩٧:١]
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan” (Qs al-Qadr:1)
حم [٤٤:١] وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ [٤٤:٢]إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ [٤٤:٣]
“Haa miim. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”.

Allah Ta’ala menyebut malam diturunkannya al-Qur’an sebagai lailatul qadri (malam yang mulia) dan lailah mubarakah (malam yang diberkahi [lailautul qadri]). Dan malam lailautu qadri tersebut terdapat pada bulan Ramadhan, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Nasai, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada para sahabat, “Ramadhan telah mendatangi kalian. Bulan yang penuh berkah. Allah memfardhukan kepada kalian berpuasa pada bulan ini. …… Pada bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sesiapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka terhalangi dari kebaikan”. (Terj. HHR. Nasai).

Bahkan pewajiban dan pensyariatan puasa pada bulan Ramadhan dikaitkan dengan peristiwa diturunkannya la-Qur’an pada bulan tersebut. Dimana setelah menyatakan, Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Qur’an,barulah Allah perintahkan kewajiban berpuasa pada ayat 185 surah al-baqarah.

2. Pada Bulan Ramadhan Pintu-Pintu Neraka Ditutup, Pintu Sorga Dibuka, Para Setan Dibelenggu
Sebagaimana hal ini disebutkan dalam hadits Bukhari Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
” إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ , وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ , وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ ”
“jika datang bulan Ramadhan pintu-pintu sorga dibuka, pintu neraka ditutup dan para setan dibelenggu” Dalam riwayat lain “para setan dirantai (shufidat)” (HR Bukhari & Muslim)

Maksud dari setan dibelenggu dan dirantai, adalah bahwasanya pada bulan Ramadhan mereka tidak leluasa melakukan apa yang biasa mereka lakukan diluar bulan Ramadhan. Oleh karena itu, anda dapati bahwa was-was (bisikan), godaan dan tipu daya setan kepada manusia pada bulan Ramadhan lebih sedikit dibanding bulan-bulan yang lain. Bahkan setan takut kepada bulan Ramadhan, sebagaimana ia takut kepada adzan dan Iqamat sehingga ia lari ketika mendengar adzan dan Iqamat.

Mungkin salah satu buti nyata yang dapat kita lihat adalah jika bulan Ramadhan datang, para ahli maksiat bersiap-siap untuk bertaubat. Sering pula kita jumpai sebagian orang bertanya saat menjelang Ramadhan dengan pertanyaan yang menunjukan kesiapan mereka untuk bertaubat. Diantara mereka ada yang bertanya: ”Saya pernah berbuat dzolim, bagaimana saya dapat melepaskan diri darinya?” Ada juga yang bertanya : ”Saya pernah melakukan maksiat ini, bagaimana saya bertaubat darinya?”. Yang lainnya bertanya: “Saya melalaikan ketaatan ini dan itu, bagaimana agar saya dapat memelihara ketaaatan tersebut?” Demikian seterusnya.

Mereka bersiap-siap untuk bertaubat sebelum bulan Ramadhan. Berarti setan takut dengan dekatnya kedatangan bulan Ramadhan, dimana pada bulan ini tipudaya dan pengaruhnya melemah. Lalu bagaimana lagi, jika Ramadhan telah masuk setan-setan dibelenggu diikat dengan rantai, mereka tidak akan mampu memperdaya manusia kecuali dalam beberapa dosa yang sedikit.

Namun, disisi lain ada jiwa-jiwa jahat yang sangat cepat merespon bisikan-bisikan setan. Sehingga ketika pengaruh setan melemah pada bulan Ramadhan dia tetap jahat. Oleh karena itu, anda jumpai orang yang tetap menyimpang pada bulan Ramadhan. Saya pernah melihat contoh yang seperti ini bahkan sebagian mereka melakukan pelanggaran pada malam 27 Ramadhan, bahkan terkadang sekelompok orang yang telah tertutupi hatinya berkumpul melakukan perbuatan sia-sia, minum-minum (khamar), bernyanyi dan bahkan berzina, Wal ‘iyaadzu billah. (bersambung insya Allah)-sym-
Sumber: Risalah Durus Ramadhan; Waqafat Lish Shaimin, Karya Syekh. DR. Salman bin Fahd al-‘Audah disertai sedikit perubahan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Optimalisasi Fungsi Masjid Berdayakan Umat Lewat Event Bazar dan Kegiatan Keislaman Akhir Pekan

MAKASSAR, wahdah.or.id - Sudah dua pekan Program Masjid Berdaya...

Gelar Workshop Kehumasan, Upaya Memperkuat Brand dan Popularitas Wahdah Islamiyah

KARANGANYAR, wahdah.or.id - Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama...

Rapat Kerja Pertama One Wakaf Usung Tema “Kolaborasi dan Inovasi Untuk Kemaslahatan Umat”

MAKASSAR, wahdah.or.id – One Wakaf sukses menggelar Rapat Kerja...