Ketum WI Beri Solusi di Sidang Isbat Kementerian Agama RI
Tribun Timur – Senin, 29 Agustus 2011 21:48 WITA
Dalam kesempatan tersebut, Zaitun Rasmin memberi solusi penyatuan Idul Fitri berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi. "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
(Waktu) puasa itu adalah ketika kalian berpuasa dan (waktu) Idul Fitri adalah ketika kalian beridul Fitri dan (waktu) Idul Adha adalah ketika kalian Beridul Adha,” kata Zaitun.
Hadits ini tidak menyinggung sama sekali tentang ru’yah atau hisab. Tapi ia menegaskan bahwa puasa dan Idul Fitri serta Idul Adha adalah ibadah jama’iyah (yang dilakukan secara bersama) umat Islam,
Sebagaimana yang dijelaskan maknanya oleh para ulama Hadist dan para fuqaha.(Shahih Imam Tirmidzi, Silsilah ash-Shahihah, Syaikh al-Albani, I/440 dan al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah, II/ 9374-9375)
Poin lain yang disampaikan Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah adalah Sesuatu yang dipandang baik bahkan sunnah dapat ditinggalkan-sementara- demi kemaslahatan yang lebih besar atau hal yang wajib.
"Dalam hal ini kita mendapatkan contoh dari Rosulullah shallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau meninggalkan sesuatu yang beliau pandang baik tapi bukan wajib demi menjaga keutuhan umatnya. Seperti dalam hadits shohih dari Aisyah Radiayallahu ‘anha dimana beliau tidak jadi mengubah bentuk Kakbah sesuai bentuk aslinya di zaman Ibrahim, karena mempertimbangkan kaum persatuan dan perasaan kaum Quraisy yang baru umumnya baru masuk Islam.
Solusi tersebut menurut Zaitun, jika didiskusikan lebih mendalam lagi bersama yang selama ini menganut paham Hisab, maka akan ditemukan titik temu persamaan di kemudian hari. Olehnya itu, Zaitun Rasmin menambahkan agar dikuatkan peran pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama untuk memberikan keputusan tegas penentuan 1 Syawal (*/tribun-timur.com)