KPKU WI Jakarta, Di tengah hingar bingar ragam kemaksiatan ibu kota, di tengah-tengah lalainya sebagian besar penduduk kota terpadat ke-6 dunia di malam pergantian tahun masehi ini. Senin, 31 Desember 2012, sekelompok manusia tengah memadati ruang utama masjid Raya pondok Indah Jl. Sultan Iskandar Muda No. 1 Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Mereka tidak merayakan tahun baru sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan manusia, melainkan menggelar tabligh akbar yang menumbuhkan semangat perjuangan dalam mendakwahkan Islam. Tabligh akbar tersebut diisi oleh Ketua Umum Wahdah Islamiyah, Ust.Muhammad Zaitun Rasmin yang menyampaikan ceramah dengan menyentak kesadaran ribuan jamaah yang didominasi kaum muda.
Wakil Ketua Komisi Luar Negeri MUI Pusat ini menegaskan, bahwa berjuang di jalan Allah adalah salah satu ciri orang-orang beriman hal itu berdasarkan firman Allah dalam surah Al-Hujurat ayat : 15.
Diantara kutipan ceramahnya:
“Suatu ketika Sahabat yang mulia Umar bin Khatthab mendatangi Hudzaifah bin Alyaman radhiallahu anhuma dalam sejarah sahabat Hudzaifah adalah sabahat yang di titipi daftar nama-nama orang munafik oleh Nabi shallalllah ‘alaihi wasallam sebelum beliau wafat,maka Umar mendatangi Hudzaifah sambil berkata : “ Wahai saudaraku,aku tahu engkau dititipi daftar nama orang munafik oleh Nabi Shallallah ‘alaihi Wasallam sebagaimana aku tahu engkau dilarang untuk menyebarkannya, aku tidak bermaksud untuk memintamu memberitahukan nama-nama tersebut kepadaku,tapi tolong jawab pertanyaanku,apa aku termasuk dalam daftar tersebut?
Jika Al-Faruq Umar bin Khattab orang yang telah dijamin oleh Allah subhanahu wata’ala dengan syurga, beliau mengkhawatirkan keimanannya serta khawatir tergolong orang-orang tidak jujur dan masuk golongan orang munafik. Maka kita lebih pantas untuk khawatir tentang iman kita!”
Salah satu pendiri MIUMI ini, mengingatkan kesedihan para sahabat yang dikisahkan dalam surah At-Taubah ayat : 92 :
Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.” Lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.
Mereka bersedih atas ketidakmampuan mereka turut serta dalam perjuangan karena keterbatasan mereka, tapi mengapa kita tidak bersedih atas diri kita yang tidak berjuang padahal kita mampu.
Bentuk perjuangan kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang dalam kondisi aman seperti ini adalah dakwah, maka setiap muslim mempunyai kewajiban untuk berdakwah baik dengan kekuasaan dan, pengaruh, sert a harta yang dimiliki. Tidak cukup seorang Muslim itu saleh secara pribadi, Islam memandang bahwa selain bisa memperbaiki diri sendiri, juga bisa memperbaiki orang lain.
{phocagallery view=category|categoryid=66|limitstart=0|limitcount=0}