MAKASSAR, wahdah.or.id — Hadirnya hari raya iedul fitri menjadi tanda berakhirnya Ramadan. Hari raya kaum Muslimin pada tanggal 1 syawal ini menjadi moment untuk bersilaturahim.
Syawal yang berdurasi sebulan lamanya menjadi moment untuk bersua, bersilaturahim dengan saudara, keluarga, karib kerabat, teman dan kaum Muslimin lainnya.
Tak ketinggalan, Wahdah Islamiyah selaku ormas terbesar di Indonesia melakukan hal yang sama yakni silaturahim. Ketua ikatan Ulama dan Da’i se Asia Tenggara sekaligus pemimpin Umum Wahdah Islamiyah, Ust. K.H. Muh. Zaitun Rasmin, hadir membawakan wejangan sebagai oleh-oleh dari Negri Jiran berupa informasi tentang model beberapa Negara dalam bersilaturahim pasca lebaran.
Baca Juga: “Wahdah Islamiyah Launching Buku Khusus Penyelenggaraan Jenazah“
“Ini adalah silaturahim. Ini adalah kegiatan di bulan Syawal, yang memang dibeberapa Negri Islam menjadi kegiatan yang spesial, berupa silaturahim dengan berbagai bentuknya” terang beliau setelah menyapa para Pengurus dan Ustaz-Ustaz Wahdah khususnya para Ketua-Ketua Dewan pada Tabligh Akbar dan Silaturahin Syawal 1443 H Wahdah Islamiyah yang digelar secara Hybrid, di Masjid Anas bin Malik STIBA Makassar, Ahad (29/05/2022).
Beliau menyebutkan bahwa kegiatan silaturahim yang dirangkaikan dengan tabligh akbar sudah menjadi kebiasaan Wahdah yang sudah berlangsung sejak dua puluh tahunan.
“Kita di Wahdah Islamiyah sebetulnya, silaturahim dirangkaikan dengan tabligh akbar setiap bulan syawal sudah berlangsung sekian lama. Tidak kurang dari dua puluh tahun, terus menerus tanpa henti kita lakukan, ditengah-tengah Pandemi yang ganas sekalipun” terangnya.
Bentuk silaturahim setelah Ramadan yang ditandai dengan hadirnya hari Iedul Fitri ini, ternyata dibebedapa Negara memiliki model yang berbeda-beda.
Ketua Ikatan Ulama dan Da’i se Asia Tenggara ini menceritakan bentuk-bentuk silaturahim di beberapa Negara.
“Saya sendiri sudah mengalami beberapa bentuk dari pada Silaturahim idul fitri ini. Yang paling mudah adalah ketika di Kampung” kenang beliau.
Beliau menceritakan, seperti yang kita tau bersama yakni setelah Idul Fitri, biasanya ketika dikampung kita akan berkeliling dari rumah kerumah untuk berizarah dan pemilik rumah akan menyuguhkan berbagai menu spesial Idul Fitri.
Silaturahim masa dulu ternyata mengalami perkembangan. Tidak hanya saling menziarahi satu sama lain dari rumah kerumah. Di Negri kita tercinta kini ada yang dikenal dengan nama halal bihalal.
“Di Saudi Arabia, Idul Fitri justru tidak terlalu ramai. Tidak seramai Idul Adh ha. Dan cara berizarah di Saudi Arabia, adalah setelah sholat idul fitri rata-rata pulang istrahat, tidur dulu” cerita beliau, mengingat masa-masa ketika tinggal di Saudi Arabia.
“Nah, lain lagi kalau di Kuala Lumpur, Malayasia. Selain yang tradisional, seperti ziarah kerumah-rumah yang dekat-dekat, mereka mempunyai tradisi open house.”
Ust. Zaitun yang baru saja selesai dari menghadiri Muktamar tentang Palestina ini menceritakan model silaturahim kaum Muslimin di Kuala Lumpur yakni dengan open house.
Yang menarik bagi beliau adalah moment open house yang diadakan sampai akhir bulan Syawal. Setiap hari libur atau hari-hari tanggal merah, ada-ada saja yang open house entah itu dari pemerintahan, pejabat atau kajm Muslimin lainnya.
Beliau juga menyebutkan tentang Negara lain ketika mengisi bulan Syawal dengan bersilaturahim.
“Ini sedikit cerita tentang silaturahim diluar Negri. Saya juga baca, di Mesir, berbeda. Di Maroko, juga di Turki. Ini semua menjadi budaya. Masuk wilayah seremonial. Hal-hal menjadikan kehidupan kaum Muslimin, begitu indah dan variatif. Selama tidak melanggar syar’i, selama tidak ada israf, tabzir tentu dia adalah sesuatu yang mubah” papar beliau.
Rep, Editor: Absaid