(Depok – wahdah.or.id)- Keteladanan orang tua atau suami merupakan kunci kebaikan dan keberkahan keluarga. Demikian dikatakan pakar parenting Ustad Bendri Jaisyurrahman pada kajian parenting bertajuk Mendidik dengan Keteladanan di Rumah Makan Pondok Laras Depok Jawa Barat pada Senin (28/3). “Fungsi pertama keteladanan dalam keluarga adalah mengundang keberkahan dari Allah”, ucapnya. Berkah artinya kebaikan yang banyak, sedangkan kebaikan dapat menghilangkan keburukan. “Keluarga yang ada berkah di dalamnya akan dikucuri kebaikan dari Allah, meskipun ayah bukan pakar parenting dan ibu bukan psikolog”, terang alumni Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
Selain itu keteladanan juga sangat penting dalam keluarga untuk mengajarkan kebaikan pada nak. Karena anak lebih cenderung mengikuti apa yang dilihat daripada yang didengar.”Oleh karena itu harus selaras antara perkataan dan perbuataan”, jelas pengurus Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini. Menurutnya ada lima aspek keteladanan yang harus dimiliki orang tua, yaitu keteladanan dalam tauhid, ibadah, meninggalkan maksiat, bermal baik, dan dalam skill.
Tentang keteladanan dalam aspek tauhid ustad Bendri mengangkat contoh kisah nabi Ibrahim dan nabi Ya’qub. Nabi Ibrahim berdo’a kepada Allah agar dijauhkan dari kesyirikan sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 35. “Lihat jawaban anak-anak Ya’qub ketika ditanya oleh ayah mereka (Ya’qub) ‘apa yang kalian sembah sepeninggalku?”, ujarnya mengutip dialog antara Ya’qub dan anak-anaknya. Mereka menjawab, “Kami sepeninggalmu akan tetap meyembah apa yang engkau sembah wahai ayah”. “Ini adalah keteladanan”, jelasnya. “Anak-anak itu ikut perilaku ayahnya”, imbuhnya.
Demikian pula dalam aspek ibadah. Dalam al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 40 Allah juga mengabadikan do’a nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau meminta agar dirinya dan anak keturunannya dijadikan sebagai penegak Shalat. “Rabbku, jadikan aku sebagai penegak shalat dan anak keturunanku”. Ustad Bendri mengomentari ayat ini dengan mengatakan, “Sebelum beliau berharap anak-anak beliau menjadi orang-orang yang menjaga Sholat, beliau meminta terlebih dahulu agar beliau dimudahkan untuk menjadi contoh dalam hal ini, maka beliau meminta agar beliau adalah orang pertama yang dapat menjaga sholatnya”. “Ini adalah keteladanan”, tegasnya.
Selanjutnya keteladanan dalam berbuat baik. Ustad mengutip sebuah do’a yang diabadikan dalam Al-Qur’an yang artinya, “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku” (terj. Qs. Al-Ahqaf:15). “Maka dari itu para ayah yang mengimpikan anaknya menjadi penghafal al-Quran, maka mulailah menjadikan keasikan dengan bacaan al-Qur’an sebagai pemandangan bagi anak-anaknya, bunda lebih banyak pegang Alquran daripada gadgetnya”, terangnya.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah keteladanan dalam life skill. Tujuannya agar anak mandiri. “Latih anak untuk mandiri dengan memberikan contoh, Cuci motor sendiri agar anak mendapat contoh”, ucapnya memberi contoh. Menurutnya keteladanan dalam aspek-aspek diatas perlu dipekuat dalam membangun keluarga.
Ustad yang psikolog ini mengakhiri pemaparannya dengan nasehat kepada para ayah dan ibu untuk memanfaatkan mendidik dan membina anak-anak dengan baik. Sebab mereka adalah pintu syurga bagi orang tua. “Wahai ayah bunda anakmu adalah pintu surga yang dibentangkan untukmu, ingatlah hadits tentang diangkatnya derajat karena amalan doa tulus anak-anaknya, jadilah orangtua yang berhak mendapat doa tulus anak-anaknya”, tutpnya. (sym)