KESABARAN, AZAM, DAN KESUNGGUHAN: KEAJAIBAN!

Date:

Sebagai bagian dari gerakan “ishlahul ummah” (perbaikan umat), kita sebagai kader dakwah perlu menguatkan beberapa hal:

1. Perkokoh kesabaran

Mengapa kesabaran perlu diperkokoh bagi setiap pengusung gerakan ishlah?
Karena ujian di jalan perjuangan adalah keniscayaan. Orang-orang beriman saja pasti diuji, apalagi orang beriman yang berjuang.

Ini adalah sunnatullah.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al Ankabut: 2-3)

Namun di balik ujian itu, yakinlah pula bahwa pertolongan Allah itu dekat. Ini juga adalah janji Allah ta’ala.

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya: “Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (Ar Rum: 47)

Yakinlah pula, bahwa Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Allah pasti menepati janji itu. Betapapun berat dan panjangnya ujuian itu. Ini hanya soal waktu.

2. Pentingnya azam yang kuat setelah bermusyawarah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pemimpin yang paling banyak bermusyawarah dengan para shahabatnya.

Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mempersaksikan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih sering bermusyawarah dengan para sahabatnya selain dari pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
(HR At Tirmidzi)

Bukan karena beliau tidak bisa memutuskan sendiri. Bukan pula karena beliau tidak bisa langsung meminta petunjuk langit. Namun, itulah cara beliau mengajarkan kita. Bagaimana cara menjalankan kepemimpinan yang efektif.

Soal pentingnya musyawarah, Allah mengisyaratkannya dalam Al Qur’an:

وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “…dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159)

Ayat ini berbicara tentang para shahabat pasca Perang Uhud. Kita tahu, sebagian mereka telah tergelincir dalam beberapa kesalahan. Namun Allah justru perintahkan Rasul-Nya untuk tetap melibatkan dalam musyawarah.

Dalam ayat ini pula Allah isyaratkan alurnya: musyawarhkanlah suatu persoalan hingga muncul kebulatan azam untuk melakukan “action plan”.
Setelah ada kebulatan azam, mulai jalankan. Betapapun minimnya sumber daya. Betapapun beratnya di awal. Mulai saja dulu.

Setelah itu: tawakkal. Ba’da upaya-upaya dan perhitungan yang maksimal, serahkan hasilnya kepada Allah. Setelah segala ikhtiyar diupayakan, pasrahkan hasilnya kepada Allah. Biarkan Dia yang menyempurnakan, dan lihatlah hasilnya: keajaiban!

3. Pentingnya mujahadah dalam mewujudkan cita-cita perjuangan

Untuk mewujudkan semua yang dicita-citakan oleh gerakan ishlah, tidak cukup sekedar memiliki perencanaan yang baik. Ini penting, namun yang tidak kalah penting adalah kesungguhan (mujahadah).

Mengapa penting? Karena Allah janjikan dalam Al Qur’an:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(Al Ankabut: 69)

Rencanakan dengan sebaik-baiknya. Lalu implementasikan. Sertai dengan kesungguhan. Allah pasti bukakan jalan.

4. Pentingnya efisiensi disamping efektivitas

Efektifitas (tercapainya sebuah tujuan) adalah hal penting. Namun untuk mencapainya, jangan sampai mengabaikan efisiensi (hemat sumber daya, gunakan dengan sebaik-baiknya).

Efisiensi sudah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sejak munculnya Islam. Diantaranya dalam riwayat Abdullah bin Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ketika Rasulullah ﷺ melewati Sa’ad bin Abi Waqqash yang sedang berwudhu.

Beliau berkata, “Pemborosan apa pula ini wahai Sa’ad?”

Sa’ad berkata, “Apakah ada pemborosan dalam dalam berwudhu?” Beliau bersabda, “Ya, meskipun kamu berada di atas sungai yang mengalir,”
(HR. Ibnu Majah).

Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam contohkan. Tetap perlu berhermat, meski seandainya sumber daya itu tersedia melimpah. Apatah lagi jika kita berada dalam keterbatasan?

Efisiensi bukan hanya dalam penghematan dana. Efisiensi berlaku untuk semua sumber daya. Termasuk waktu, tenaga, dll.

Disalin oleh:
Murtadha Ibawi

(Disarikan dari taushiyah Ust. Dr. Zaitun Rasmin pada Musyawarah Tinggi XXII Wahdah Islamiyah, 3 Februari 2021)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Kolaborasi WIZ dan ASBISINDO: 139 Anak Yatim dan Dhuafa Dapat Santunan Serta THR

MAKASSAR, wahdah.or.id - LAZNAS WIZ bersama Perkumpulan Bank Syariah...

Pekan Terakhir Ramadan, 750 Paket Iftar Didistribusikan WIZ dan KITA Palestina ke Jalur Gaza

GAZA, wahdah.or.id - Kehidupan masyarakat di Gaza Palestina saat...

Pondok Pesantren Abu Bakar Ash-Shiddiq: Wadah Baru untuk Pendidikan dan Dakwah Islam di Kawasan Bontobahari Bulukumba

BULUKUMBA, wahdah.or.id - Proses pembangunan Pondok Pesantren Abu Bakar...

Mitra Wahdah di Gaza: Terima Kasih Wahdah, Terima Kasih Indonesia

MAKASSAR, wahdah.or.id - Wahdah Islamiyah dan Komite Solidaritas (KITA)...