KEMBALI KE KHITTAH PERJUANGAN

Date:

gambar-medan-pertempuran-pejuang-islam-khalifah

KEMBALI KE KITTAH PERJUANGAN*

Rasulullah sallaawahu `alaihi wasaallam melahirkn peradaban Islam dalam waktu 23 tahun, waktu yang relative singkat untuk sebuah revolusi peradaban. Belum pernah terjadi sebelumnya dan belum penah terjadi lagi setelahnya; mendirikan daulah islamiyah dan menguasai seluruh jazirah arab.

Kita semua sepakat bahwa semua itu terjadi karena pertolongan Allah subehana wata`ala, namun apa starategi jitu Rasululah sallallahu `alaihi wasallam dalam sudut pandang kemanusiawiaan kita?

DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh, Dosen Universitas Al Azhar Mesir. Beliau menuliskan data sahabat yang masuk Islam di masa dakwah rahasia Nabi (sepanjang 3 tahun), lengkap dengan umurnya. Dalam buku beliau Khawatir wa taammulat fis sirotin nabawiyyah, hal 125-129. Beliau mengambilnya dari Majalah Al Wa’yu Al Islamy, Edisi 77. Daftar nama sahabat tersebut adalah

  1. Ali bin Abi Thalib 8 tahun

  2. Zubair bin Awwam 8 tahun

  3. Thalhah bin Ubaidillah 12 tahun

  4. Arqam bin Abil Arqam 12 tahun

  5. Abdullah bin Mas’ud Menjelang 15 tahun

  6. Said bin Zaid Belum 20 tahun

  7. Saad bin Abi Waqqash 17 tahun

  8. Mas’ud bin Rabi’ah 17 tahun

  9. Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun

  10. Shuhaib Ar Rumi belum 20 tahun

  11. Zaid binHaritsah menjelang 20 tahun

  12. Utsman bin Affan sekitar 20 tahun

  13. Thulaib bin Umair sekitar 20 tahun

  14. Khabbab bin Art sekitar 20 tahun

  15. Amir bin Fuhairoh 23 tahun

  16. Mush’ab bin Umair 24 tahun

  17. Miqdad bin Aswad 24 tahun

  18. Abdullah bin Jahsy 25 tahun

  19. Umar bin Khattab 26 tahun

  20. Abu Ubaidah bin Jarrah 27 tahun

  21. Utbah bin Ghazwan 27 tahun

  22. Abu Hudzaifah bin Utbah sekitar 30 tahun

  23. Bilal bin Rabah sekitar 30 tahun

  24. Khalid bin Said sekitar 30 tahun

  25. Amr bin Said sekitar 30 tahun

  26. Ayyasy bin Abi Rabi’ah sekitar 30 tahun

  27. Amir bin Rabi’ah sekitar 30 tahun

  28. Nu’aim bin Abdillah sekitar 30 tahun

  29. Utsman bin Madz’un sekitar 30 tahun

  30. Abdullah bin Madz’un 17 tahun

  31. Qudama bin Madz’un 19 tahun

  32. Saib bin Madz’un sekitar 10 tahun

  33. Abu Salamah bin Abdul Asad sekitar 30 tahun

  34. Abdurahman bin Auf sekitar 30 tahun

  35. Ammar bin Yasir antara 30-40 tahun

  36. Abu Bakar 37 tahun

  37. Hamzah bin Abdul Muthalib 42 tahun

  38. Ubaidah bin Harits 50 tahun

  39. Amir bin Abi Waqqash masuk Islam setelah urutan orang ke-10

  40. As Sail bin Utsman syahid di perang Yamamah (11 H) umurnya masih 30 tahun

Bila kita menganalisis secara statistik, maka usia paling dominan dalam generasi awal islam adalah para pemuda, umur 8-40 tahun. Namun bila semakin dikerucutkan, maka usia paling dominan dari yang dominan adalah umur 17 sampai 30 tahun; ini adalah usia mahasiswa.

Perhatikan penjelasan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya saat menjelaskan tentang kata: Fityah (pemuda), dalam Surat Al Kahfi,

…Untuk itulah kebanyakan yang menyambut (seruan) Allah dan Rasul Nya shallallahu alaihi wasallam adalah pemuda. Adapun orang-orang tua dari Quraisy, kebanyakan mereka tetap bertahan dalam agama mereka dan tidak masuk Islam kecuali sedikit saja.

Yah, Kebangkitan Islam itu berawal dari kebangkitan anak-anak mudanya!

Sejarah pun mencatat, arus revolusi dunia selama ini dimotori oleh para mahasiswa, sebut saja:

  1. Juan Peron di Argentina tahun 1955

  2. Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958

  3. Ayub Khan di Paksitan tahun 1969

  4. Reza Pahlevi di Iran tahun 1979

  5. Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987

  6. Ferdinand Marcos di Filipinan tahun 1985

Mereka semua adalah mahasiswa.

Dalam kacamata keindonesiaan,

  1. Kemerdekaan Indonesia tahun 1945

  2. Tumbangnya Soekarno tahun 1966

  3. Tumbangnya Soeharto tahun 1998

Juga dimotori oleh para mahasiswa.

Wahdah Islamiyah dan Mahasiswa

Bila kita membaca sejarah berdirinya Wahdah Islamiyah, ternyata dimotori pula oleh para mahasiswa.

Berawal dari jasa besar ustadz fathul muin dalam mengkader para pemuda di masjid Takmirul Masajid. Kader-kader beliau menjelma menjadi mahasiswa-mahasiswa tangguh yang peka dengan kondisi umat.

Dalam blog ustadz Zaitun dituliskan:

Sekitar tahun 1984, beberapa Mahasiswa Islam di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar,
Sulawesi Selatan, sepakat menggelar pengajian di kampus. Muncul suatu masalah kecil, siapa dai yang akan diundang? Masalah tersebut menjadi besar manakala tak kunjung ditemukan dai
yang akrab dengan komunitas kampus. Organisasi massa Islam yang ada di sana kurang dekat dengan mahasiswa. Sementara komunitas kampus umum seperti Unhas tak memiliki dai yang
menguasai ilmu-ilmu islam secara memadai.

Masalah ini diam-diam mengendap di benak salah seorang mahasiswa Unhas kala itu. Ia bernama Zaitun Rasmin, mahasiswa Fakultas Pertanian semester 4. Menurutnya kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan berlarut-larut. Harus ada mahasiswa yang mau mengorbankan waktunya
untuk memperdalam ilmu agama. Maka, ia dan rekan-rekannya mulai gencar mengkaji ilmu-ilmu Islam untuk bekal dakwah. Rupanya ini saja tidak cukup. Terbesitlah niat di hati Zaitun untuk banting setir. “Biarlah saya fokus didakwah, sementara teman-teman melanjutkan kuliah,” ujar Zaitun yang akhirnya memutuskan berhenti kuliah. Sejak itu, Zaitun muda mulai menghabiskan waktunya dengan belajar bahasa arab. Sembari belajar, Zaitun tetap
menjalankan aktivitas dakwahnya. Malah, untuk memuluskan jalan dakwah ini, ia mendirikan sebuah Yayasan bernama Fathul Mu’in. Zaitun lebih banyak belajar bahasa Arab secara otodidak. Maklum, tenaga pendidik yang menguasai bahasa arab saat itu sangat kurang. Keadaan seperti ini lagi-lagi membuat hatinya risau. Ia merasa belum memenuhi syarat untuk menjadi seorang dai, yaitu menguasai bahasa Arab dan ilmu- ilmu syar’i. Maka, berangkatlah Zaitun ke Jakarta untuk menuntut ilmu di LPBA (Lembaga Pendidikan Bahasa Arab, sekarang berubah nama LIPIA) untuk mengobati kerisauannya. Kurang lebih 1,5 tahun menuntut ilmu di LPBA, Zaitun mendapat anugerah dari Allah Subhanahu waTa’ala berupa beasiswa belajar ke Madinah. Selama 4 tahun ia mendalami ilmu syariah di Universitas Islam Madinah. Selesai kuliah tahun 1995. Zaitun kembali ke Makassar untuk melanjutkan dakwah.

Nampak begitu jelas dalam tulisan tersebut bagaimana ustadz Zaitun beragkat dengan ke Madinah didasari oleh keinginan memperbaiki umat, khususya mahasiswa Islam. Diawali oleh niat mengajarkan Islam kepada mahasiswa, dibalut tekad yang kuat dan keberanian mengambil langkah, berdirilah orgnasisasi mahasiswa Islam yang merupakan cikal bakal Wahdah Ilamiyah; mereka menamakannya, FOSIDI (Forum Studi Dienul Islam). Selanjutnya didirkan yayasan Fathul Muin, dan bermetamorfisis menjadi Yayasan Pendidikan Wahdah Isalmiyah hingga akhirnya berubah menjadi ormas Wahdah Islamiah.

Mungkin tak banyak yang tau, bahwa ustadz-ustadz utama wahdah islamiyah, sebelum memutuskan kuliah di Uiversitas Islam Madinah, mereka adalah mahasiswa kampus umum. Ustadz Zaitun Rasmin, Lc. M.A. jurusan pertanian UNHAS, ustadz Yusron Anshor, Lc., M.A. jurusan Elektro UNHAS, ustadz Ikhwan Abdul Jalil jurusan Sospol UNHAS, dll. Ilmu mereka berberkah karena mereka berangkat ke Madinah, bukan demi mengejar prestise atau beasiswa, namun karena prihatin dnegan problematika umat, khususnya di kampus.

Yah, Wahdah Islamiyah dipelopori oleh para mahasiswa. Maka tak mengherankan bila melihat daftar pengurs Wahdah Islamiyah banyak diisi oleh para alumni kampus. Sebut saja sekjen DPP Wahdah Islamiyah, ustadz Ir. iskandar kato, alumni jurusan pertanian UNHAS. Ketua bidang I Wahdah Islamiyah, ustadz Ir.Nasruddin, alumni pertanian UNHAS. Ketua Dewan Syuro Wahdah Islmiyah, ustadz Ir. Qosim Saguni, alumni pertanian UNHAS. Demikian pula anggota Dewan Syuro wahdah islamiyah, ustadz Herman Hasyim, S.Pd, alumni jurusan akuntansi UNM dan ketua departemen kaderisasi wahdah, ustadz Syamsuddin kurru, S.Pd adalah alumni fakultas teknik UNM.

Buah dari komitmen dakwah ustadz Fathul Muin membina mahasiswa, berhasil melahirkan generasi awal Wahdah. Beliau membina genarasi angkatan 80-an dan awal 90-an. Adapun buah dari komintemn generasi awal wahdah dalam membina mahasiswa di akhir periode 90-an dan awal periode 2000-an, juga telah melahirkan genersai penopang dakwah Wahdah mulai dari pusat hingga ke daerah.

Maka tak heran bila Prof. Dr.Hamzah Upu, dekan fakultas MIPA UNM sempat berujar: “ustadz-ustadz no.1 wahdah adalah ustadz alumni Madinah, namun ustadz lapis ke duanya adalah mahasiswa saya”. Ujarnya dengan bangga.

Yah, bangga karena sebagian besar penopang utama dakwah wahdah adalah para mahasiswa beliau di UNM. Dulu mereka mahasiswa di kampus umum, lalau dibina degan komitmen yang tinggi oleh para asatidz, maka menjelmalah para mahsiswa tersebut menjadi da`i kondang dan penopang utama dakwah wahdah islamiyah di seluruh Indonesia.

Akhirnya, ustadz Zaitun dalam tarbiyah gabungan pengurus WI se DIY (Ahad, 15 Desember 2013) mengeluarkan statement yang fenomenal:

Objek dakwah yang paling potensial adalah mahasiswa karena di dalamnya ada dua potensi besar; Intelektualitas dan kepemudaan. Bila kita punya banyak waktu, maka bina lah anak-anak, mahasiswa, dan orang tua. Namun bila kita HANYA PUNYA SATU WAKTU dan harus memilih; membina anak-anak atau mahasiswa atau orang tua, maka PILHLAH MEMBINA MAHASISWA!”

Saudaraku, untuk dakwah kita yang berkesinambungan, mari kembali ke kittah Perjuangan; kuatkan pembinaan pemuda, khususnya MAHASISWA.

Sumber bacaan:

http://www.muslimdayly.net/artikel/pantas-mereka-takut.html

ustadz-zaitun.blogspot.in/p/profil-ustadz-zaitun.html?m=1

@Pondok Perjuangan; PMAN Yogyakarta

Rabu, 28 Januari 2015

pukul 08.57 WIB

*Oleh Andi Muh. Akhyar, S.Pd|Mahasiswa Pascasarjana UGM|Pembina Pusjarwil I LIDMI Jawa-Bali|Sekretaris DPW WI DIY| [email protected].

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Buka Dapur Umum di Gaza Palestina, Ribuan Porsi Makanan Siap Saji Didistribusikan Se Khan Yunis

GAZA, wahdah.or.id – Momen gencatan senjata selama sepekan dimanfaatkan...

Ustadz Yusran Anshar Sebut Dakwah dan Tarbiyah Adalah Jihad yang Utama Sekarang

MAKASSAR, wahdah.or.id - Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah Ustaz...

Wahdah Islamiyah Ajak Kader Ikut Atasi Masalah Lingkungan dengan Menanam Pohon

MAKASSAR, wahdah.or.id - Musyawarah Kerja Nasional XVI Wahdah Islamiyah...

Hadiri Mukernas XVI Wahdah Islamiyah, Prof Waryono Dorong LAZ Lebih Optimal dalam Gerakan Zakat dan Wakaf

MAKASSAR, wahdah.or.id – Prof Waryono Abdul Ghafur, selaku Direktur...