Tadabbur Ayat Pilihan #3
Keluhan Rasulullah Kepada Allah Akan Sikap Manusia Terhadap al-Qur’an
Allah azza wajalla berfirman:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا (٣٠) وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا (٣١)
“Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran itu sesuatu yang diacuhkan. Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (QS. Al-Furqan: 30-31)
Faidah:
-
Cara terbaik mengadukan segala keluh-kesah adalah hanya kepada Allah, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengeluhkan perbuatan kaumnya kepada Allah azza wajalla. Kadang kala, ketika seseorang berkeluh kesah kepada orang lain, hal itu tidak memberikan jalan keluar, justru membuka masalah baru atau memberatkan orang lain. Sedangkan Allah pasti memberikan jalan keluar ketika kita meminta kepada-Nya.
-
Seorang muslim yang baik tidak akan mengeluhkan takdir Allah kepada manusia. Sebab dia mengetahui itulah takdir yang diberikan oleh Rabb Yang Maha Mengasihi. Ada hikmah yang tersembunyi dari takdir itu yang akan berakhir dengan kebahagiaan. Seorang penyair berkata:
وإذا شكوت إلى ابن آدم
تشكى الرحيم إلى الذي لا يرحم
Jika engkau mengeluh kepada anak cucu Adam
Engkau mengeluhkan Rabb Yang Maha Penyayang kepada yang tidak memiliki sifat penyayang.
-
Doa merupakan senjata kaum muslimin yang ampuh.
-
Dalam melakukan sesuatu hendaknya menyerahkan semua usaha hanya kepada Allah. Karena perhitungan dan pengaturan manusia tidak seperti perhitungan dan pengaturan Allah. Pengaturan Allah akan selalu lebih baik dan diluar akal dan pikiran manusia.
Allah azza wajalla berfirman tentang sifat seorang yang beriman:
فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ لَكُمْ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (٤٤)
“Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ghafir: 44)
Imam as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya tentang ayat ini berkata:
ألجأ إليه وأعتصم وألقى أمور كلها لديه وأتوكل عليه في مصالحي ودفع الضرر الذي يصبني
“Aku percayakan urusanku pada-Nya, berpegang teguh kepada-Nya, menyerahkan semua urusanku kepada-Nya dan bertawakkal kepada-Nya pada perkara-perkara yang mendatangkan mashlahat bagiku serta melindungi diriku dari marabahaya yang akan menimpaku.” (Tafsir as-Sa’di: 869)
-
Hendaknya dalam berdoa atau memohon kepada Allah dimulai dengan puji-pujian kepada-Nya.
-
Menghajr al-Qur’an berarti meninggalkannya, tidak mau menerima hukum-hukumnya dan tidak membenarkan berita-beritanya sebagian atau keseluruhan.
Imam Syaukani rahimahullah dalam menafsirkan ayat ini berkata bahwa maksudnya adalah:
إنّ قومي اتخذوا هذا القرآن الذي جئت به إليهم ، وأمرتني بإبلاغه ، وأرسلتني به مهجوراً متروكاً لم يؤمنوا به ، ولا قبلوه بوجه من الوجوه
“Sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur’an ini, yang aku datang dengannya kepada mereka dan Engkau perintahkan aku untuk menyampaikannya serta Engkau mengutusku dengannya, telah diacuhkan, ditinggalkan, tidak diimani dan tidak diterima dari satu sisi dari sisi-sisinya.” (Fathul Qadir: 1039)
-
Firman Allah: “Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa” menunjukkan bahwa cara musuh-musuh islam mengalahkan kaum muslimin adalah memalingkan kaum muslimin dari al-Qur’an.
Hal ini sebagaimana firman Allah azza wajalla:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ (٢٦)
“Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al-Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.” (QS. Fushilat: 26)
Ibnu Abbas rahimahullah berkata:
هذا قول المشركين، قالوا: لا تتبعوا هذا القرآن والهوا عنه. وقوله🙁 وَالْغَوْا فِيهِ ) يقول: الغطوا بالباطل من القول إذا سمعتم قارئه يقرؤه كَيْما لا تسمعوه، ولا تفهموا ما فيه
“Ini adalah perkataan kaum musyrikin, mereka berkata: “Janganlah kalian ikuti al-Qur’an ini dan jadikan saja sebagai candaan atau permainan.” Adapun maksud firman Allah “Walghau fihi” yaitu: buatlah hiruk-pikuk dengan kebatilan berupa perkataan-perkataan ketika kalian mendengarkan seseorang membacanya agar kalian tidak mendengarkannya dan tidak memahami maknannya.” ( Tafsir ath-Thabari: 21/470)
Imam Ibnu Asyur rahimahullah berkata:
فالذين كفروا هنا هم أئمة الكفر يقولون لعامتهم: لا تسمعوا لهذا القرآن، فإنهم علموا أن القرآن كلام هو أكمل الكلام شريف معان وبلاغة تراكيب وفصاحة ألفاظ، وأيقنوا أن كل من يسمعه وتداخل نفسه جزالة ألفاظه وسمو أغراضه قضى له فهمه أنه حق إتباعه، وقد أدركوا ذلك بأنفسهم ولكنهم غالبتهم محبة الدوام على سيادة قومهم فتمالؤوا ودبروا تدبير لمنع الناس من استماعه، وذلك خشية من أن ترق قلوبهم عند سماع القرآن فصرفوهم عن سماعه.
“Adapun orang-orang kafir yang dimaksud dalam ayat ini adalah para pembesar mereka yang berbicara pada orang-orang awam mereka, “Jangan dengarkan al-Qur’an ini” karena mereka mengetahui bahwa al-Qur’an adalah perkataan yang paling sempurna, memiliki makna yang mulia, keindahan sturuktur kata dan tata bahasanya serta kefasihan lafazhnya. Mereka juga yakin bahwa setiap orang yang mendengarnya dan menjiwai keindahan akan kefasihan lafazh-lafazhnya serta tingginya makna-maknaya, mereka akan memahami bahwa ini adalah kebenaran sehingga mereka akan mengikutinya. Hal ini telah terjadi pada mereka, namun kecintaan akan kekuasaan terhadap kaumnya telah mengalahkan mereka. Akhirnya mereka berupaya sekuat mungkin untuk menghalangi manusia dari mendengarkannya. Hal itu disebabkan karena mereka khawatir jangan sampai mereka menaruh simpati terhdap al-Qur’an maka merekapun berusaha untuk memalingkannya.” (Tafsir Ibnu Asyur: 25/45)
-
Mencampur adukkan ajaran agama islam dengan agama lain adalah kebatilan dan merupakan cara orang-orang kafir dari zaman dahulu untuk memalingkan umat islam dari ajaran islam yang sebenarnya.
-
Orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya akan selalu jauh dari al-Qur’an.
Utsman Ibnu Affan radhiyallahu ‘anhu berkata:
لو طَهُرَتْ قلوبكم ما شبعت من كلام ربكم
“Jika hati kalian bersih, niscaya hati kalian tidak akan pernah kenyang dari membaca al-Qur’an”
-
Cukuplah bagi kita petunjuk dari Allah azza wajalla, karena itulah sebaik-baik petunjuk.
Oleh Ustadz Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy