Begitu banyak ni’mat yang Allah berikan kepada manusia. Diantaranya adalah ni’mat yang nampak seperti harta benda, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kekuatan dan lain-lain. Semua ni’mat tersebut mampu diserap dan dirasakan oleh manusia dengan potensi yang Allah berikan berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. 16 : 78)
Semua ni’mat dan potensi itu disebutkan agar supaya manusia dapat bersyukur atas ni’mat tersebut dengan jalan menggunakan potensi itu dengan sebaik-baiknya dalam beribadah kepada Allah. Akan tetapi ada sebahagian manusia yang tidak menggunakan potensi tersebut sehingga mereka dihinakan Allah
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (QS. 2:28)
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. 7:179)
Agar kita dapat termasuk orang-orang yang mensyukuri ni’mat Allah dan
tidak termasuk orang yang mengkufuri ni’mat-Nya, ada beberapa status dan kedudukan ni’mat yang perlu untuk dipahami, yaitu :
1. Pinjaman dari Allah
Seluruh ni’mat adalah merupakan milik Allah dan hanya dipinjamkan sementara kepada manusia. Tidak satupun milik kita, jangankan harta, jabatan, istri, anak, sampai nyawa kita sekalipun bukan kita yang punya. Sehingga manakala siempunya ingin mengambil yang ia miliki, maka tidak ada daya dan upaya kita untuk menahan ni’mat tersebut. Seorang muslim yang memahami kedudukan ni’mat merupakan pinjaman dari Allah, disaat Allah ingin mengambil kembali ni’mat tersebut apakah dalam bentuk cobaan seperti kehilangan harta, ketakutan, kelaparan atau dipisahkan dengan orang-orang tercinta lewat kematian, dll. Maka tidak ada kata-kata yang terucap dari lisannya kecuali kata Innalillahi wainna ilaihi rajiun, segalanya datang dari Allah dan segalanya akan kembali kepada Allah
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” (QS. 2:156)
Sehingga seorang muslim tidak pernah stress atau galau disaat ni’mat tersebut diambil, sebab ia menyadari bahwa tidak adalah yang ia punya, segalanya adalah milik Allah dan ia hanya sekedar hak pakai saja.
Dan yang namanya pinjaman, kelak nanti akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah atas ni’mat yang telah diberi tersebut. Tidak satupun ni’mat yang dipinjamkan kecuali mendapatkan pertanyaan.
“Tidak akan beranjak kedua telapak kaki hamba pada hari Kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya, ia habiskan untuk apa, tentang ilmunya, apa yang ia telah amalkan, tentang hartanya, dari mana ia dapat, dan bagaimana ia membelanjakannya, dan tentang fisiknya, untuk apa ia pergunakan. (HR. At-Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih)
2. Sarana ibadah
Segala ni’mat yang Allah beri, seharusnya digunakan sebagai sarana ibadah. Sebab tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. 51:56)
Disaat Allah memberikan kita ni’mat waktu dengan umur yang panjang, maka manfaatkanlah untuk beribadah kepada Allah, bukan digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Sewaktu kita diberi ni’mat ilmu pengetahuan, maka manfaatkanlah itu semua untuk beramal shaleh dengan memberikan kebaikan untuk diri dan masyarakat. Demikian pula disaat Allah memberikan kita ni’mat harta, maka gunakanlah untuk berinfak dan bersedekah, begitupula ni’mat2 yang lainnya.
“Raihlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum sakitmu, masa kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al Hakim dishahihkan oleh Al Bani)
3. Ujian bagi manusia
Seluruh ni’mat yang Allah beri, juga merupakan ujian bagi manusia, apakah dengan ni’mat tersebut ia semakin bersyukur atau justru dengan ni’mat tersebut ia semakin ingkar/kufur kepada Allah.
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الأرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya” (QS. 18 : 7)
Diantara tanda-tanda orang yang mensyukuri ni’mat Allah adalah :
1. Selalu mengingat, menyebut dan memuji pemberian-Nya dengan mengucapkan kata Alhamdulillah, segala puji bagi Allah.
2. Senantiasa beribadah kepada Allah sebagai tanda kesyukuran dengan tunduk, patuh dan taat hanya kepada-Nya.
3. Menerima dengan rela (qanaah) dan puas (ridho) segala ni’mat itu.
4. Menggunakan ni’mat sesuai dengan kehendak pemberi ni’mat. Ni’mat tidak digunakan untuk bermaksiat serta tidak disalah gunakan. (QS. 2:7 dan 7:179)
Metode mensyukuri ni’mat Allah adalah dengan jalan melihat apa-apa yang ada di bawah kita untuk urusan dunia, misalnya untuk yang punya mobil berkata “Alhamdulillah saya punya mobil, bandingkan dengan orang yang hanya naik motor” yang punya motor mengatakan “alhamdulillah punya motor hingga cepat sampai, bagaimana dengan teman yang mengayuh sepeda”, dan seterusnya. Tetapi untuk masalah ibadah, maka hendaknya kita melihat keatas agar termotivasi untuk terus ibadah. Mislanya anak muda yang melihat orang tua yang rajin beribadah ke masjid, maka iapun berkata “wah kenapa saya harus dikalah dengan orang tua yang tenaga mereka sudah mulai menurun, mata juga sudah rabun tetapi mereka semangat ke masjid. Saya yang masih muda, tenaga saya juga masih bugar kenapa tidak sekuat dan serajin mereka. Demikian pula orang tua, disaat melihat anak-anak muda yang rajin ibadah, iapun berkata “wah kenapa saya harus dikalah dengan anak muda dalam ibadah, bukankan umur meraka masih panjang, sedang saya ini yang sudah tua, yang sebentar lagi akan masuk kubur, kenapa tidak mau bertaubat dan semangat ibadah melebihi mereka. Metode bersyukur ini telah diajarkan oleh Rasulullah “lihatlah apa-apa yang ada dibawahmu dan janganlah lihat apa-apa yang ada diatasmu”.
Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur atas ni’mat yang diberi dan tidak termasuk orang yang mengkufuri ni’mat Allah. Jadikanlah Ramadhan sebagai mumentum untuk terus memperbaiki diri kearah yang lebih baik serta meningkatkan kualitas ibadah sebagai rasa kesyukuran kita kepada Allah.
(Ustad. Askar Yaman, M.Pd)