Riya sangatlah berbahaya, sebab riya bisa menghapus pahala amalan yang dilakukan. Padahal kita semua berharap agar amalan yang kita lakukan bernilai pahala di sisi Allah ta’ala, mendapatkan ridhoh-Nya dan balasan berupa surga di akhirat kelak. Beberapa bahaya riya:
- Riya lebih berbahaya dari dajjal
Ketika pada suatu kesempatan para sahabat saling mengingatkan tentang dajjal, kamudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar sembari mengatakan:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ؟» قَالَ: قلْنَا: بلَى، فقَالَ: الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، أَنْ يقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي، فيزَيِّنُ صَلَاتَهُ، لِمَا يرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
Artinya:
“Maukah kalian saya kabarkan sesuatu yang lebih saya takutkan atas kalian dari dajjal (para sahabat mengatakan) tentu saja, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: syirik yang tersembunyi, yaitu seseorang yang berdiri shalat dan membaguskan shalatnya ketika ia di lihat oleh orang lain”. (H.R. Ibnu Majah 4204, dan di hasankan oleh Syaikh al-Bani)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang bahaya riya dengan memberikan contoh seorang laki-laki yang shalat dalam kadaan riya. Namun masalah ini berlaku untuk semua ibadah bukan hanya pada shalat.
- Riya menghapus amal sholeh yang di sertainya.
Bahayanya riya bagi amal sholeh, karena ia bisa menghapus keberkahan di dalamnya dan juga menghapus pahala ibadah yang di sertainya. Firman Allah ta’ala, Q.S. al-Baqarah 2/264:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٞ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٞ فَتَرَكَهُۥ صَلۡدٗاۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَيۡءٖ مِّمَّا كَسَبُواْۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٦٤
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.
Ayat ini menjelaskan pengaruh riya terhadap amal kebaikan yang terhapus olehnya diwaktu seseorang tidak memiliki kekuatan dan penolong, juga ia tidak bisa menolak itu.
Firman Allah ta’ala, Q.S. al-Baqarah 2/266:
أَيَوَدُّ أَحَدُكُمۡ أَن تَكُونَ لَهُۥ جَنَّةٞ مِّن نَّخِيلٖ وَأَعۡنَابٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ لَهُۥ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَأَصَابَهُ ٱلۡكِبَرُ وَلَهُۥ ذُرِّيَّةٞ ضُعَفَآءُ فَأَصَابَهَآ إِعۡصَارٞ فِيهِ نَارٞ فَٱحۡتَرَقَتۡۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَتَفَكَّرُونَ ٢٦٦
Terjemahnya:
“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya”.
Amal sholeh itu seperti kebun dengan banyak pepohonan buah di dalamnya yang berbuah melimpah, kemudian masuklah riya di dalam hatinya yang bisa merontokan buah-buah amal sholehnya itu. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
قَالَ اللهُ تبَارَكَ وَتعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، ترَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Artinya:
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,’Aku tidaklah butuh adanya tandingan-tandingan. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal dalam keadaan menyekutukan Aku dengan selain Aku, maka Aku akan meninggalkan dia dan perbuatan syiriknya itu”. (H.R. Muslim 2985)
- Riya penyebab seseorang pertama kali di lemparkan ke neraka
Pertama kali yang akan di lemparkan ke dalam neraka di hari kiamat kelak adalah pertama: seorang mujahid, yang dimana dia berperang agar di sebut sebagai seorang mujahid atau pemberani, kedua: seorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan pembaca al qur’an (penghafal al qur’an), yang dimana dia belajar dan mengajar juga menghafal al qur’an agar di sebut sebagai orang yang berimu dan qori (pembaca atau penghafal al qur’an), katiga: orang yang senantisa bersedekah, yang dimana dia bersedekah agar di sebut sebagai seorang yang dermawan. Ketiga amalan ini sangatlah mulia, namun menjadi hina di sisi Allah ta’ala di sebabkan riya yang mengotorinya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يقْضى يَوم َالْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فعَرَفهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتلْتَ لِأَنْ يقَالَ: جَرِيءٌ، فقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ تعَلَّمَ الْعِلْمَ، وَعَلَّمَهُ وَقرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فعَرَفهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تعَلَّمْتُ الْعِلْمَ، وَعَلَّمْتُهُ وَقرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيقَالَ: عَالِمٌ، وَقرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ فعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فعَرَفهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا ترَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ ينفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فعَلْتَ لِيقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ
Artiya:
“Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari’ (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka”. (HR. Muslim 1905)
- Riya penyebab di haramkannya pahala akhirat untuknya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَشِّرْ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ، وَالنَّصْرِ، وَالتَّمْكِينِ، فَمَنْ عَمِلَ مِنهُمْ عَمَلَ الْآخِرَةِ لِلدُّنيَا، لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الْآخِرَةِ نَصِيبٌ. (مسند أحمد ط الرسالة :21223)
Artinya:
“Berilah kabar gembira umat ini dengan kemuliaan, pertolongan dan keteguhan. Barang siapa yang melakukan amalah akhirat untuk mendapatkan dunia, maka tidak akan ada bagiannya di akhirat”. (HR. Ahmad 21223)
Hadist ini menjelaskan kepada kita bahwa siapa saja yang melakukan suatu amalan akhirat dengan niat medapatkan dunia, misalnya pujian manusi (riya), maka ia tidak akan mendapatkan kebaikan atau balasan di kahirat kelak dari amalannya itu.
- Riya penyebab kekalahan umat
Ikhlas penyebab datangnya pertolongan Allah ta’ala atas musuh-musuh umat, sedangkan riya penyebab kekalahan umat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا ينْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا، بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلَاتِهِمْ وَإِخْلَاصِهِمْ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah ta’ala akan menolong umat ini dengan sebab orang-orang yang lemah dari meraka yaitu dengan doa, sholat dan keikhlasan mereka”. (HR. Nasa’i 3178, di shohihkan oleh Syaikh al-Bani).
Oleh Jefri Lapandewa
(Mahasiswa STIBA Makassar)