Kader Wahdah Pimpin Organisasi Mahasiswa Muslim di Jepang
Salah seorang kader Wahdah Islamiyah Ustadz Topan Sediapura, M.Si (Mantan Ketua Wahdah Bandung) yang saat ini melanjutkan studi Program Post Doktoral Jurusan Nuklir di Tokyo Institute Technology, pimpin organisasi bernama “Midori” yaitu sebuah komunitas muslim pelajar Indonesia di Tokyo Institute Technology, periode 2010-2012.
Selain untuk menjaga silaturahmi di antara sesama muslim pelajar Indonesia, Midori turut berfungsi untuk memberikan sarana kepada para anggotanya agar dapat memelihara keimanan dan keislamannya walaupun berada di negeri asing seperti Jepang.
Kegiatan rutin Midori adalah pengajian rutin setiap hari Jum’at malam di Musholla Gedung Minami 3 lantai 10, juga kultum ba`da zhuhur di tempat yang sama.Tahun 2011 ini, dengan Visi `Melahirkan Pelayan Ummat` Midori berharap bisa melakukan kontribusi dengan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid. Sejak tahun 2003-2004 kader Wahdah Islamiyah sudah memimpin komunitas ini, yang pertama adalah bapak Dr.Trio Adiono (Dosen ITB yang dijuluki Bapak Chip Indonesia, yang juga merupakan penasihat Wahdah Bandung).
Ustadz Topan yang merupakan pegawai Badan Tenaga Nuklir Nasiaonal (Batan) ini, di Tokyo mengisi kegiatan dakwahnya dengan menjadi Takmir Masjid sekaligus pemateri ta’lim di Jepang.mengisi pengajian rutin setiap malam Ahad di Masjid Dar el Arqam Asakusa Tokyo, Jepang.
Secara umum Komunitas muslim Indonesia dikoordinir oleh sebuah organisasi bernama KMII (Keluarga Masyarakat Islam Indonesia) yang sekarang diketuai oleh Bapak Arman Wijanarko, kegiatannya lebih banyak pada bulan Ramadhan dan Idul Fithri, yaitu melaksanakan shalat tarwih dengan mendatangkan penceramah dari indonesia, sebanyak 4 orang secara bergantian setiap pekan, dan ustadz yang diundang pada pekan terakhir Ramadhan sekaligus bertindak sebagai Khatib Idul Fithri. Kegiatan Ramadhan terbilang sangat ramai. Selain itu KMII memiliki kegiatan rutin yaitu pengajian bulanan. KMII sekarang berobsesi mendirikan masjid yang bercorak indonesia dengan biaya 22 juta Yen (sekitar 2,5 M).
Agama Islam diperkirakan mulai masuk ke jepang diperkirakan sekitar zaman restorasi Meiji (1867) ditandai dengan masuknya literature-literatur mengenai Islam yangg berasal dari Eropa atau China mulai diterjemahkan dan masuk ke Jepang.
Negara muslim yang pertama kali melakukan hubungan dengn pemerintah jepang adalah Turki, karena pada tahun 1890 sebuah kapal Turki (Kapal Ertogrul) karam di perairan Jepang di mana pemerintah dan masyarakat Jepang memberikan pertolongan. Dari 600 penumpang hanya 69 orang yang selamat, sehingga pemerintah Turki mengirim utusan ke Jepang pada tahun 1891.
Kemenangan Jepang dalam peperangan dengan Rusia pada 1904 tidak terlepas dari jasa Turki
Islam mulai tersebar luas di jepang pada tahun 1955 dengan kedatangan beberapa ulama dari Pakistan yg berdakwah di kota-kota besar Jepang
Tahun 1938 berdiri Masjid Jaami di Yoyogi Tokyo didirikan oleh seorang dermawan Turki yang disuppor oleh pemerintah Turki, masjid ini merupakan masjid terbesar di Jepang, (rombongan kunjungan Pimpinan Pesnatren melaksanakan shalat jumat di masjid ini, 27 januari 2012)
Ada yang spesifik dari pelaksanaan khutbah jum’at di masjid ini yaitu waktu Jumat sengaja sedikit diundur untuk menunggu Jamaah, sambil menunggu jamaah dilakukan ceramah pendahuluan berupa pembacaan sirah Nabi SAW atau biografi Sahabat Nabi SAW dalam bahasa Jepang sekitar 10 – 15 menit, giliran khatib berbahasa Turki, rombongan masih direncanakan meninjau masjid di Jepang yaitu Masjid Kobe pada hari Jum’at 3 Februari 2012 sehari sebelum rombongan pulang ke Indonesia.
Di Jepang ada kurang lebih 50 masjid yang umumnya dibangun oleh orang “IPB” (India Pakistan dan Bangladesh), di Kota Tokyo sendiri ada 20 masjid. Masjid-masjid yang dimaksud adalah berupa Mushalla yang ditempatkan di ruko atau apartemen salah satu diantaranya yang saya kunjungi adalah masjid As-Salam, hal itu karena harga tanah di Jepang sangat mahal.
Sekalipun Masjid-masjid tersebut dibangun oleh orang “IPB” namun yang menjadi motor penggeraknya adalah orang Indonesia baik sebagai jamaah tetap dan ada sebagai imam dan khatib masjid. Masjid yang terbesar adalah Masjid jamii tadi di Yoyogi tokyo dan sedangkan yang paling aktif kegiatannya saat ini adalah Masjid Otsuka.
Secara umum, jumlah orang jepang yang menjadi muslim meningkat tapi masih didominasi oleh wanita yang menikah dengan pria muslim. Pembinaan para muallaf masih dirasakan kurang optimal.
Di Tokyo, saya juga sempat bersilaturahmi dengan Bapak Ihsan Latif, Dosen Unhas yang sementara ini jalani program Doktoral Jurusan Teknik Perkotaan. (Laporan Ustadz Qasim Saguni dari Jepang)