Gowa (wahdah.or.id). Pada hari Ahad, 9 Rajab 1437 H/17 April 2016, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Wahdah Islamiyah Somba Opu menggelar Temu Kader Wahdah Islamiyah se-Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci al- Qur’an oleh Fadlan Nurdin, santri Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Bontobaddo. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari ustadz Mansyur Salbu, S.Pd.I., selaku Ketua DPC Wahdah Islamiyah Somba Opu. Dalam sambutannya, ustadz Mansyur menyampaikan rasa gembira dan terima kasih karena acara ini dapat dihadiri oleh kader yang berasal dari seluruh sektor di wilayah kecamatan Somba Opu, dimana selama ini dirasa sulit untuk mengumpulkan mereka semua. “Semoga ini menjadi hal yang baik untuk terus menata dan membangun aktivitas dakwah kita di Somba Opu secara khusus”, terang beliau.
Ustadz Mansyur, menitipkan tiga poin penting yang harus senantiasa diingat oleh para kader. Pertama, pentingnya keterlibatan kader dalam kegiatan dan aktivitas dakwah dan tidak hanya sekedar menjadi pendukung dan merasa cukup menjadi penonton. Kedua, menyadari bahwa dakwah ini adalah tugas dan tanggung jawab seluruh kader. Ketiga, pentingnya ta’awwun (kerjasama) dalam dakwah.
Hadir sebagai pemateri taujihat dan nasehat, ustadz H. Irwan Fitri, Lc., salah satu Staf Pengajar Ma’had Al-Birr Makassar, banyak memberikan nasehat dan motivasi kepada para kader tentang kemuliaan seorang da’i yang mengajak kepada kebaikan. “Sebaik- baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, maka jadilah orang yang bermanfaat dimana orang lain merasakan kebaikan dengan kehadiran kita dan merasa kehilangan atau sedih dengan ketidakhadiran kita”, kata beliau.
Ustadz yang merupakan alumni Universitas Islam Madinah ini memperumpamakan seorang kader ibarat sebatang pohon pisang yang memiliki tiga keunikan, yaitu : (i) pohon pisang pada umumnya tidak mati kecuali setelah berbuah, ini menunjukkan bahwa seorang kader hidupnya diisi dengan kebaikan, sehingga ia meninggal secara husnul khatimah, kebaikannya tetap dikenang dan disebut-sebut oleh manusia; (ii) jika sebuah pohon pisang dipangkas maka dia akan tumbuh kembali, ibarat dari semangat yang membara yang dimiliki seorang kader, seberat apapun ujiannya tidak pernah menyerah apalagi putus asa, maju dan terus bergerak biarlah Allah yang menilainya; (iii) jika sebuah pohon pisang mati, maka akan digantikan dengan tunasnya, ini menunjukkan bahwa sebagai seorang da’i atau murabbi yang sibuk berda’wah dan mentarbiyah maka dia akan melahirkan seorang kader yang akan melanjutkan tugas selanjutnya. Di akhir tausiyahmya, ustadz mengajak kepada seluruh kader untuk bisa bekerja sama dalam kegiatan da’wah. “Jika diundang untuk rapat, hadirilah undangan tersebut, karena ketika kita diundang, hal tersebut berarti kita dihormati, dibutuhkan dan dimuliakan sebagai orang yang bermanfaat, dan jangan pernah merasa hanya “dimanfaakan”, beliau mengingatkan. Sesi terakhir, para peserta mengadakan diskusi kelompok untuk membahas beberapa hal terkait agenda dan strategi dakwah DPC. (Azw, Infokom Gowa).