MAKASSAR, wahdah.or.id- Kader jurnalistik media dakwah Wahdah Islamiyah mengikuti pelatihan jurnalis Media Dakwah. Kegiatan ini digelar Departemen Informasi dan Komunikasi (Infokom) Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah (DPP WI), Kamis (17/9/2020).
Pelatihan jurnalistik ini bagian dari TOT Media Dakwah yang digelar sampai Ahad (20/9/2020).
Pada hari pertama, panitia menghadirkan Alief Sappewali sebagai narasumber. Jurnalis senior ini berbagi pengetahuan jurnalistik dasar disertai pengalaman riil di lapangan.
Dalam pelatihan yang diikuti utusan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) WI se-Indonesia, Alief mengajak peserta naik kelas.
“Sekarang tinggalkan berita straight news,” ujar pemimpin redaksi Rakyatku.com ini.
Ajakan itu merespons pertanyaan Syamsuddin, peserta utusan DPW WI Jakarta.
“Sebagian kegiatan dakwah dan sosial yang diberitakan hampir tidak memiliki nilai berita,” ujar Syamsuddin.
“Bentuknya seperti laporan biasa,” lanjut dia.
Curhatan serupa disampaikan peserta lain. Umumnya kesulitan memunculkan daya tarik berita kegiatan yang dibuat. Apalagi kegiatan yang bersifat seremonial.
Kuncinya, kata Alief, berlatih mencatat secara detail sebuah peristiwa. Termasuk hal-hal kecil. Kelihatannya kurang penting, tetapi bisa jadi bumbu tulisan. Tidak kaku seperti kebiasaan lama dalam straight news.
Pada peristiwa bencana alam, misalnya, sebaiknya mencari angle yang menggugah nilai-nilai kemanusiaan. Banjir, misalnya. Kalau menemukan ada korban yang hanyut dan selamat, maka fokus menggali bagaimana dia bisa selamat. Sampai sedetail-detailnya.
Dia sedang melakukan apa saat banjir datang? Berpegangan pada apa? Di mana istri dan anak-anaknya? Terseret berapa meter? Terus digali sampai tidak ada lagi pertanyaan yang tersisa. Unsur-unsur 5 W+H tinggal menjadi pelengkap berita.
“Intinya, pembaca sekarang tidak tertarik membaca berita yang terlalu kaku,” tutup mantan wartawan Harian FAJAR ini. [Sym]