Menjalani hidup dengan berbagai problem dan atau keluar masuk jeruji besi, dicela dan dicekal, ternyata tak menghalangi semua orang untuk mencintai dirinya.
Cinta itu tak datang dengan hanya ia duduk berceramah, atau melakukan persekusi pada toko-toko penjual khamar. Tapi, cinta itu itu tertanam dalam hati-hati penduduk Damaskus lantaran mulianya akhlak serta keringanan tangannya dalam menyelesaikan berbagai problem mereka, padahal ia hanyalah orang miskin, tak beristri, tak punya jabatan apa-apa, bahkan sering dicari-carikan masalah.
Ya. Kebencian para rival dan “tetangga” atau bahkan rezim, sama sekali tidakah membuat dirinya lalai dari merasukkan cinta pada hati masyarakat umum, lewat berbagai kontribusi.
Al-Hafidz Al-Barzali rahimahullah mengisahkan bahwa ketika ia wafat secara zalim di balik sempitnya jeruji besi, maka seluruh penduduk Damaskus dan perkampungan di sekitarnya menutup seluruh pasar & toko-toko mereka. Seluruh orang baik tua, muda, bahkan orang cacat tak luput hadir untuk sekedar menyaksikan jenazahnya. Sekitar 200 ribu laki-laki bertakbir menyalatkan & menyaksikan keranda yang penghuninya adalah orang yang terzalimi oleh ulama-ulama ‘resmi’ dan rezim itu.
15 ribu ibu-ibu yang biasanya suka heboh pun tak mau kalah menjadi saksi kematian dirinya, bahkan gadis-gadis belia yang pada zaman itu terpingit dalam kamar-kamar rumah; terpaksa harus menaiki atap-atap rumah demi menyaksikan iring-iringan jenazahnya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani menambahkan bahwa kalau tidak ada yang menunjukkan keimaman orang ini selain banyaknya pengiring jenazahnya yang menembus angka ratusan ribu, niscaya itu telah cukup.
Dalam sejarah islam, tidak ada jenazah yang dihadiri dengan jumlah besar seperti jenazah orang ini kecuali seperti jenazahnya Imam Ahmad bin Hanbal. Hebatnya, bila saat itu Imam Ahmad wafat dalam kondisi dicintai rezim dan dianggap sebagai imam oleh seluruh ulama islam, maka orang ini wafat dalam kondisi disesat-sesatkan oleh ulama-ulama resmi dan dicekal oleh rezim.
Mengenai hal ini, Ibnu Hajar menyimpulkan dengan lafal satu hadis Bukhari-Muslim: “Kalian (umat islam) adalah saksi-saksi Allah di muka bumi” atas keagungan dan ketakwaan pemilik jenazah ini.
Beliau adalah:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahumullah
(Ar-Rad Al-Wafir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, & Taqridz Ibnu Hajar ‘ala Ar-Rad Al-Wafir)