Sahabat…
Kini Ramadan yang engkau banggakan telah berlalu. Dengan kehadirannya orang-orang bertakwa telah meraih bahagia dan kemuliaan, dan para ahli ibadah telah merasakan indah dan syahdu ibadah di dalamnya. Di siang harinya mereka menghidupkan puasa, tilawah Al-Quran, sedekah dan berbagai sifat kedermawanan, sedangkan di malam hari mereka mengisinya dengan tahajud, tarawih, zikir, doa, tobat dan istigfar. Sungguh betapa beruntungnya orang-orang yang mengisi Ramadannya dengan berbagai amal saleh.
Ketahuilah, bahwa orang yang berakal adalah orang yang mengukuhkan bangunan ketakwaannya setelah ia mendirikan pondasi dan mempermegahnya, tetap jujur dan istikamah dengan tobatnya setelah berjanji di hadapan Rabbnya, serta sangat berhati-hati agar tidak termasuk orang yang Allah cela dalam firman-Nya,
وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَٰثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali”. (Qs. An-Nahl: 92)
As-Suddiy rahimahullah menjelaskan (dalam tafsirnya), “Wanita (yang disebut dalam perumpamaan ayat ini) adalah wanita gila di Mekah, setiap kali ia memintal benangnya, ia kembali menguraikannya sehingga menjadi bercerai berai.”
Sebab itu, janganlah seperti dia yang setiap kali bertobat dan mulai istikamah dengan amal saleh, ia dengan mudahnya meninggalkan dan melalaikannya kembali.
Orang yang berakal adalah yang mengetahui nilai kehidupannya, sehingga tetaplah bersungguh-sungguh beribadah dan mendekatkan diri kepada Rabbmu, meskipun bulan mulia itu telah berlalu, bukankah Dia berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS. Al Hijr: 99).
Olehnya itu, jagalah ibadah dan kondisi hatimu seperti halnya dalam bulan Ramadan, sebab Rabb bulan Ramadan adalah Rabb seluruh bulan.
Konsistenlah dalam berbagai amal kebaikan meskipun sedikit demi sedikit, bukankah Sang Baginda shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (Muttafaq ‘Alaihi)
Sebagian salaf menegaskan, “Sesungguhnya di antara ciri diterimanya amalan baik adalah adanya amalan baik yang menjadi buah darinya, dan di antara ciri diterimanya amalan adalah adanya amalan baik lain yang dilakukan setelahnya.”
Bahkan Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata, “Sesungguhnya di antara ganjaran amalan baik itu adalah adanya amalan baik lain yang dilakukan setelahnya.” (Al-Madarij: 1/202).
Sebab bila seorang hamba melakukan amal baik, maka amalan baik lain akan mengatakan, ‘Beramallah denganku juga!’ Bila ia mengamalkannya, maka amalan baik ketiga akan mengatakan seperti itu juga, hingga seterusnya, sehingga keuntungan pahala pun akan terus bertambah dan amalan baik akan terus berlipat ganda.
Oleh karena itu, saya mewasiatkan pada diriku dan diri Anda untuk selalu memperbanyak amal-amal saleh, di antaranya:
1- Khususkan waktu dalam satu hari untuk membaca Al-Quran, sediakan waktu setengah jam atau kurang dari itu, yang memungkinkan Anda membaca satu juz.
2- Berpuasalah 6 hari di bulan Syawal. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Siapa yang berpuasa Ramadan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia berpuasa sepanjang masa.” (HR. Muslim, no.1164)
Amalan ini dianggap sebagai puasa setahun karena satu kebaikan diberikan pahala sepuluh; sehingga puasa Ramadan (30 atau 29 hari) menyamai puasa 10 bulan (300), sedangkan puasa 6 hari Syawal menyamai 2 bulan (60 hari).
3- Bersedekahlah meskipun sedikit, sebab sedekah memiliki keutamaan dan kemuliaan yang sangat besar.
4- Tetaplah basahi lisanmu dengan zikir dan istigfar dalam hari-harimu, sebab ciri utama cinta hamba terhadap Rabbnya dan cinta Rabb terhadap hamba-Nya adalah bila hamba tersebut diberikan taufik untuk terus memperbanyak zikir kepada-Nya.
5- Juga bangunlah untuk melakukan salat malam, utamanya di akhir malam yang merupakan waktu salat malam yang paling utama. Namun, bila agak sulit, maka silakan salat malam/witir langsung setelah isya. Allah Ta’ala telah berfirman menyebutkan sinar wajah-wajah mereka yang suka salat malam,
وُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍۢ مُّسْفِرَةٌۭ
“Banyak muka pada hari itu berseri-seri.” (QS Al-Muthaffifin: 28)
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma menyatakan, “Wajah mereka berseri-seri karena salat malam.” (At-Tafsir Al-Wasith: 10/1796)
6-Juga konsistenlah dalam banyak berdoa di akhir malam, di pagi hari dan petang hari.
Setelah Ramadan kali ini, bersungguh-sungguhlah memperbaiki hatimu, agar anggota tubuhmu bisa ia gerakkan dalam menjalankan berbagai ketaatan selama ruh masih terkandung badan.
Oleh Maulana La Eda, Lc, M.A.
(Disadur dari twitter Syaikhah bint Muhammad Al-Qasim dengan beberapa perubahan).