(wahdah.or.id – Jakarta) Ketua Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara ustadz Dr. Zaitun Rasmin, Lc. MA. menganggap munculnya wacana internasionalisasi terhadap dua Kota Suci, yaitu Makkah dan Madinah, serta pengelolaan haji dan umrah bukanlah hal yang baru.
“Sebetulnya isu ini bukan isu baru. Sejak (tahun) 80an sudah digulirkan dengan motif politik untuk menguatkan imperium Iran dan hegemoninya di Timur Tengah.” Ungkap ustadz Zaitun saat konferensi pers pada Kamis (15/02/2018) di gedung AQL, Tebet Jakarta.
Baca Juga: MOI dan MIUMI Tolak Keras Internasionalisasi Pengelolaan Haji Dan Umrah
Menurutnya, alasan adanya larangan haji bagi Qatar dan Iran yang mendasari munculnya kembali isu tersebut tidak dapat dibenarkan. Bahkan jumlah jamaah haji dari Qatar justru meningkat dengan penambahan kuota. Kalaupun ada pelarangan itu dikarenakan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh warga negara terkait.
Meski demikian ketua Umum Wahdah Islamiyah ini berharap bahwa semangat ukhuwah dan persatuan yang harus dijaga, bukan perpecahan.
Hal senada diungkap oleh Prof. Musni yang juga hadir dalam konferensi pers tersebut, menurutnya internasionalisasi tidak dibutuhkan karena sudah ada yang mengurusnya. Kalau ini dilakukan justru akan menimbulkan perpecahan demi perpecahan.
Baca Juga: Ini Pernyataan Sikap MOI-MIUMI Terkait Wacana Internasionalisasi Pengelolaan Haji
Wacana internasionalisasi pengelolaan haji dan umrah serta urusan tanah suci Makkah dan Madinah tersebut pun ditentang keras oleh Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara, Majelis Ormas Islam (MOI) dan Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).[]