Tidak diragukan bila dilingkungan kita ada hamba-hamba Allah yang memiliki doa yang mustajab. Secara umum, Allah ta’ala telah mengkhususkan mereka untuk dikabulkan doa dan permohonannya, selama doa dan permohonan tersebut masih dalam batasan kebaikan dan bukan sebuah kezaliman. Lalu siapakah mereka? Mari menyimak pembahasannya !
Pertama: Orang yang terkena musibah dan sangat membutuhkan (mudhthar).
Dalam Al-Quran, Allah ta’ala berfirman:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
Artinya: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).” (QS An-Naml 62).
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang berada dalam kesulitan bila berdoa akan dikabulkan oleh Allah ta’ala baik seorang kafir, apalagi seorang muslim. Namun Allah hanya mengabulkan doa orang fajir dan orang kafir dalam masalah darurat keduniaan, bukan perkara akhirat, Sebagaimana dalam ayat lain:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
artinya: “maka apabila mereka (orang kafir) naik kapal mendoa kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)”. (Al-Ankabut: 65).
Allah mengabulkan doa mereka karena berkahnya tauhid yang tiba-tiba tertanam dalam hati mereka ketika berada dalam kesempitan dan kesusahan, walaupun ketika selamat mereka kembali kafir dan mengingkari nikmat-Nya.
Adapun dalam perkara akhirat, maka Allah tidak akan mengabulkan doa orang fajir dan kafir, sesuai ayat:
وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ
artinya: ” Dan tiadalah doa orang-orang kafir itu kecuali dalam kesesatan/ kesia-siaan”. (QS Ghafir 50).
Kedua: Orang Yang Terzalimi Walaupun Fajir/Kafir
Sebagaimana dalam HR Bukhari (1395), Muslim (19) dll dalam hadis Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma ketika Mu’adz radhiyallahu’anhu diutus oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, beliau menasehatkan padanya:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ اْلمَظْلُوْمِ فَإِنَهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
Artinya: “ serta takutlah kepada do’a orang yang terdzolimi, sesungguhnya tak ada hijab antara do’anya dengan Allah ( doanya terkabul )”.
Dalam riwayat lain:
اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ وَإِنْ كَانَ كَافِرًا فَإِنَّهُ لَيْسَ دُوْنَهَا حِجَابٌ
Artinya : “Takutlah terhadap doa orang yang terzholimi, kendati berasal dari orangkafir, sesungguhnya tidak ada antara dia dan Allah Ta’ala tabir penghalang.” (HR. Ahmad 2/367).
Ketiga: Kedua orang tua yang mendoakan anaknya.
Dalam HR Abu Daud (1531) dan Tirmidzi (1905) dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ Artinya: “Tiga doa yang dikabulkan, tidak diragukan pengabulannya; doanya orangtua (maksudnya untuk anaknya), doanya seorang musafir dan doanya yang terzhalimi.” (Dinilai hasan oleh Tirmidzi dan Al Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 596).
Bila doa seorang ayah dikabulkan oleh Allah ta’ala, maka doa seorang ibu lebih akan dikabulkan oleh-Nya karena berbakti kepada seorang ibu merupakan sebab utama terkabulnya doa sang anak sebagaimana yang terjadi pada kisah Uwais Al-Qarni yang doanya selalu terkabulkan karena kebaktiannya yang sangat besar terhadap ibunya (lihat hadisnya pada poin keenam).
Keempat: Seorang Pemimpin Yang Adil
Sebagaimana dalam HR Tirmidzi (3598) dan selainnya:
ثَلَاثٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ السَّحَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak: Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa orang yang didzalimi, Allah angkat di atas awan pada hari kiamat.” (Hadis ini dinilai hasan oleh Imam Tirmidzi dan Hafidz Ibnu Hajar dalam Talkhis Al-Habir, 2/96).
Kelima: Orang Yang Sedang Berpuasa, Khususnya Tatkala Berbuka.
Hadisnya telah lewat pada poin keempat diatas. “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak: Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa orang yang didzalimi, Allah angkat di atas awan pada hari kiamat.” (Hadis ini dinilai hasan oleh Imam Tirmidzi dan Hafidz Ibnu Hajar dalam Talkhis Al-Habir, 2/96).
Keenam: Anak Yang Berbakti Pada Kedua Orangtuanya.
Berbakti pada orangtua merupakan faktor utama dikabulkannya doa seorang muslim. Sebagaimana dalam kisah Uwais Al-Qarni dalam Shahih Muslim (2542), bahwa Umar radhiyallahu’anhu berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
يأتي عليكم أويس بن عامر مع أمداد أهل اليمن من مراد ثم من قرن كان به برص فبرأ منه إلا موضع درهم له والدة هو بها بر لو أقسم على الله لأبره فإن استطعت أن يستغفر لك فافعل فاستغفر لي فاستغفر له
Artinya: “Akan datang padamu semua seorang bernama Uwais bin ‘Amir beserta sepasukan mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia mempunyai penyakit supak lalu sembuh dari penyakitnya itu kecuali di suatu tempat sebesar uang dirham. Ia juga mempunyai seorang ibu yang ia amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah akan sesuatu atas nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu -dengan sebab amat berbaktinya terhadap ibunya itu-. Maka jikalau engkau kuasa meminta padanya agar ia memintakan pengampunan -kepada Allah- untukmu, maka lakukanlah itu!” Oleh sebab itu, mohonkanlah pengampunan kepada Allah -untukku. Uwais lalu memohonkan pengampunan untuk Umar”.
Ketujuh: Orang Musafir (Yang Sedang Melakukan Perjalanan).
Namun lebih akan dikabulkan lagi bila musafir tersebut melakukan perjalanan untuk tujuan ibadah seperti ibadah haji, menuntut ilmu, atau jihad fi sabilillah. Sebagaimana dalam hadis: “Tiga doa yang dikabulkan, tidak diragukan pengabulannya; doanya orangtua (maksudnya untuk anaknya), doanya seorang musafir dan doanya yang terzhalimi.” (Dinilai hasan oleh Tirmidzi dan Al Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 596).
Kedelapan: Seorang Muslim Yang Berdoa Untuk Saudaranya Tanpa Sepengetahuannya
Dalam hadis Abu Darda radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
دَعْوَةَ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ وعِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ بِهِ يقول: آمِينَ وَلَكَ بمثله
Artinya: “Sesungguhnya do’anya seorang Muslim kepada saudaranya tanpa sepengetahuannya adalah dikabulkan, dan di sisikepalanya ada Malaikat (yang ditugaskan kepadanya, setiap kali berdo’a kepada saudaranya dengan kebaikan para Malaikat) berkata, ‘Amiin, dan bagimu yang semisalnya’.” (HR Muslim 2732) dll.
Rahasia mustajabnya doa ini adalah karena tanpa sepengetahuannya, doa tersebut lebih ikhlas diucapkan, dan lebih jauh dari sifat riya’ dan sum’ah.
Kesembilan: Seorang Muslim Yang Shalih, Bila Berdoa Kebaikan.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
ما من أحد يدعو بدعاء إلا آتاه الله ما سأل أو كف عنه من السوءمثله ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم
Artinya : Tidaklah seorang berdoa kepada Allah melainkan Allah akan mengabulkan apa-apa yang dimintanya atau mencegah darinya keburukan yang akan menimpanya yang setara dengan apa yang dimintanya, selama dia tidak meminta untuk suatu perbuatan dosa atau memutus silaturrahim. (HR. Tirmidzi).
Oleh Maulana La Eda, L.c