Ibadah Penantian

Date:

Sahabat, bila Anda memandangi sebuah sahara tak bertepi, yakinlah, bahwa di baliknya, nun jauh di sana, terdapat taman-taman hijau nan rindang. Demikian untaian kalimat sederhana yang tergores dari hati yang selalu optimis menatap masa depan, dan menata diri di tengah prahara perjuangan yang menghadang tanpa henti, seraya menghayati firman suci-Nya:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٥)إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٦)

Artinya: “Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (QS Al-Insyirah: 5-6).

Suatu hari, di bawah naungan Ka’bah, Baginda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam didatangi oleh sekelompok para sahabat dengan rona wajah pesimis, untuk mengeluhkan beratnya derita perjuangan dan penatnya suatu penantian. Mendengar keluhan mereka, beliau hanya menuturkan, “Dahulu ada seorang laki-laki dari ummat sebelum kalian, dibuatkan lubang di tanah untuknya lalu ia dimasukkan di dalamnya, lalu diambilkan gergaji, kemudian gergaji itu diletakkan di kepalanya lalu ia dibelah menjadi dua, namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Dan ada lagi yang disisir dengan sisir dari besi mengenai tulang dan urat di bawah dagingnya, namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, sungguh urusan (Islam) ini akan sempurna sehingga orang yang mengendarai unta berjalan dari Shanaa’ ke Hadlramaut, tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah, atau terhadap serigala atas kambing-kambingnya, akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa”. (HR. Bukhari).

Dalam titah suci ini, beliau hanya ingin mengajarkan pada seluruh umatnya, bahwa penantian suatu kemenangan memerlukan perjuangan yang berat, dan mesti melewati sahara fitnah dan rintangan huru hara yang penuh prahara, sama seperti jalan yang ditempuh oleh para pejuang agama Allah terdahulu. Bahkan Allah Ta’ala telah menegaskan hal ini dalam firman-Nya:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ
وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ
قَرِيبٌ

Artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214).

Demikianlah ujian Allah bagi mereka yang meniti di atas jalan perjuangan jihad dan dakwah ini, bahwa penantian mereka untuk sebuah kemenangan dan surga harus melewati berbagai penderitaan, dan kesengsaraan, namun ketegaran imanlah yang membuat mereka senantiasa optimis dan memperbaharui gerakan perjuangan mereka. Dalam hadis:

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

Artinya: “Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (berupa kesengsaraan) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)

Ayat di atas menunjukkan bahwa penantian suatu kemenangan adalah jalan para rasul, sekaligus sebagai satu ibadah yang tak kalah beratnya dengan perjuangan itu sendiri. Ya, bila setiap pejuang meyakini bahwa “sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” maka ibadah penantian ini mesti ditanamkan dan ditegakkan dalam diri setiap jiwa yang menazarkan dirinya dalam jalan perjuangan ini, sebab fondasi utama tuk tetap tegar di atasnya adalah kesabaran, berbaik sangka kepada Allah serta harapan pahala dari-Nya.

Ibadah penantian yang dipraktekkan oleh para rasul dan kaum mukminin juga mengisyaratkan bahwa tertundanya datangnya suatu kemenangan tidak selamanya mencirikan adanya kelemahan iman, dan minimnya gerakan perjuangan, namun kadang itulah takdir Allah yang hendak menguji kuatnya ibadah perjuangan sekaligus penantian hamba-hamba-Nya, agar kemenangan suci dari-Nya tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang memang berhak menerimanya. Dalam ayat lain, Dia berfirman:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belumlah diketahui oleh Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu (yakni secara lahirnya) dan belum diketahui-Nya orang-orang yang sabar (dalam menghadapi penderitaan).” (QS Ali ‘Imran:142).

Oleh karena itu, dalam masa-masa beratnya perjuangan islam ini, marilah kita senantiasa bersabar menanti pertolongan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan berharap pahala dari-Nya. Itulah ibadah penantian yang mesti ada dalam diri kita semua. Wallaahu a’lam.

Oleh Ustadz Maulana La Eda Lc

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Buka Dapur Umum di Gaza Palestina, Ribuan Porsi Makanan Siap Saji Didistribusikan Se Khan Yunis

GAZA, wahdah.or.id – Momen gencatan senjata selama sepekan dimanfaatkan...

Ustadz Yusran Anshar Sebut Dakwah dan Tarbiyah Adalah Jihad yang Utama Sekarang

MAKASSAR, wahdah.or.id - Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah Ustaz...

Wahdah Islamiyah Ajak Kader Ikut Atasi Masalah Lingkungan dengan Menanam Pohon

MAKASSAR, wahdah.or.id - Musyawarah Kerja Nasional XVI Wahdah Islamiyah...

Hadiri Mukernas XVI Wahdah Islamiyah, Prof Waryono Dorong LAZ Lebih Optimal dalam Gerakan Zakat dan Wakaf

MAKASSAR, wahdah.or.id – Prof Waryono Abdul Ghafur, selaku Direktur...