Pertanyaan:
هل يجوز ترك صلاة الجماعة بسبب سوء قراءة الإمام للقرآن ؟ وخاصة أنه يلحن لحن الجلي في سورة الفاتحة . وإذا كانت لا تصح ! فهل نصلي خلفه ثم نعيد لوحدنا خشية الفتنة ؟ ، وهل نفعل نفس الشيء في صلاة السرية ؟
Bolehkah meninggalkan shalat jama’ah disebabkan buruknya bacaan imam ketika shalat? Khususnya ia melakukan kesalahan jaliy (besar) dalam membaca surah al-Fatihah. Jika seandainya tidak shahih, apakah kami shalat di belakangnya kemudian mengulang shalat kami karena khawatir fitnah. Dan apakah kita melakukan yang sama dalam shalat yang dipelankan bacaannya?
Jawaban:
Pertama:
Shalat berjama’ah di masjid hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim. Tidak boleh meninggalkannya kecuali karena udzur syar’i. Lihat kembali dalil-dalil wajibnya shalat berjama’ah pada jawaban pertanyaan nomor 8918
Kedua:
Jika seandainya bacaannya yang salah itu tidak merubah makna, misalnya ketika ia membaca “Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin” dibaca dengan “alhamdulillahi rabbal ‘aalamiin”, yang harusnya kasrah (“Rabbil ‘Alamiin” dibaca Rabbal ‘Aalamiin) atau dibaca marfu’ (“Rabbul ‘Aalamiin”) maka BOLEH shalat di belakangnya, akan tetapi lebih baik shalat di belakang seseorang yang tidak salah bacaannya.
Silahkan lihat jawaban pertanyaan pada nomor (70270) dan (27049)
Ketiga:
Wajib mengajari imam dan mengingatkannya akan kesalahan-kesalahannya ini, sebab bacaan al-Fatihah merupakan salah satu dari rukun-rukun shalat. Jika ia mau diajari dan bacaannya menjadi baik maka alhamdulillah, dan jika tidak mau maka hendaknya menyampaikam pada orang-orang yang bertanggung jawab di masjid itu agar imam itu di pecat dan diganti dengan seseorang yang baik bacaannya.
Ulama Lajnah Daimah pernah ditanya tentang hukum shalat di belakang seseorang yang tidak baik bacaannya, apakah yang afdhal shalat shalat sendiri atau shalat di belakangnya?
Mereka menjawab:
إذا أردت أن تصلي فإنك تتحرى الصلاة خلف إمام يحسن القراءة ، وإذا علمت عن إمام أنه لا يحسن القراءة بمعنى أنه يلحن في الفاتحة لحنا يغير المعنى مثل قوله (إياك نعبد) بكسر الكاف و(أنعمت) بالضم أو الكسر فلا يجوز أن تصلي خلفه ، والواجب تنبيهه فإن أجاب فالحمد لله ، وإلا وجب عليك أن تبلغ عنه الجهة المختصة لإبداله بإمام أصلح منه ” انتهى من “فتاوى اللجنة الدائمة” (7 /348).
Jika engkau hendak shalat, maka engkau harus memilih shalat di belakang imam yang baik bacaannya. Jika engkau mengetahui bacaan imamnya tidak baik, maksudnya ia salah dalam membaca surah al-Fatihah, dimana kesalahan itu merubah makna, misalnya ketika membaca “iyyakana’budu” dibaca dengan mengkasrahkan huruf kaf (menjadi “iyyakina’budu) dan “an’amta” dibaca dengan memadhmumkan atau mengkasrahkannya huruf ta (menjadi “an’amtu” atau “an’amti”) maka tidak boleh shalat di belakangnya. Maka wajib untuk mentanbih (membenarkan) bacaan imam. Jika ia mau merubahnya maka alhamdulillah, jika tidak maka hendaknya menginformasikan kepada seseorang yang memiliki kekuasaan untuk menggantinya dengan imam yang benar. (Fatwa Lajnah Daimah: 7/348)
Syaikh Muhammad Ibn Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata:
إذا كان لحنه يحيل المعنى في الفاتحة أو غيرها فلا تجوز الصلاة خلفه ، ولكن يجب على أهل المسجد أن يرفعوا الأمر إلى المسؤولين عن المساجد بأن يتعدل هذا الإمام أو يبدل ، أما كونه إماما للمسلمين في أعظم أركان الإسلام بعد الشهادتين ، وهو لا يحسن ما يجب من القراءة : فلا يجوز أن يكون إماما ، ومن نصبه إماما فهو آثم آثم في حق الله ؛ لأنه ولى من ليس أهلا ، وآثم في حق المصلين ؛ لأنه إما أن يوقعهم في حرج في الصلاة خلفه ، أو يحرجهم إلى أن يطلبوا مسجدا آخر أبعد منه ويكون ذلك شاقا عليهم ” انتهى من “فتاوى نور على الدرب” (182 /15)
Jika kesalahannya itu merubah makna dalam surah al-Fatihah atau merubah bacaan al-Fatihah itu maka tidak boleh shalat di belakang orang tersebut. Wajib bagi jama’ah masjid itu untuk menginformasikan perkara ini pada orang-orang yang bertanggung jawab agar imam ini dibenarkan bacaannya atau diganti. Adapun perkara ia menjadi imam kaum muslimin pada rukun teragung dari rukun-rukun islam setelah syahadatain sedang ia tidak baik bacaannya pada perkara yang wajib baginya memperbaiki bacaan, maka tidak boleh ia menjadi imam. Siapa yang menjadikan ia sebagai imam, maka ia telah berdosa, berdosa pada hak-hak Allah. Karena ia menyerahkan kepemimpinan pada orang yang bukan ahlinya. Dan ia juga berdosa pada hak-hak jama’ah yang shalat di belakangnya. Entah itu karena ia telah membuat resah para jama’ah saat shalat atau membuat mereka resah karena ingin mencari masjid yang lebih jauh darinya sehingga memberatkan mereka. (Fatwa Nur ‘Ala Darb: 15/182)
Keempat:
لا يصح أن تصلوا خلف هذا الإمام ثم تعيدوا الصلاة إذا كان يلحن في الفاتحة لحنا يغير المعنى ؛ لأن الصلاة خلفه مع لحنه هذا لا تجوز أصلا لا في السرية ولا في الجهرية ، ولأن صلاتكم خلفه إقرار منكم لإمامته ، فيغترّ بكم غيركم ، وهذا منكر يجب تغييره لا إقراره ، وإنما الواجب تعليمه ونصحه بالمعروف ، فإن استجاب وإلا وجب إبلاغ الجهات المسئولة كما تقدم ، فإن لم يفلح شيء من ذلك في تغييره فالواجب عليكم إعلام الناس أن الصلاة خلفه لا تصح ، ثم تتركون الصلاة خلفه وتصلون في مسجد آخر غير هذا المسجد يكون إمامه قارئا يحسن القراءة في الفاتحة وغيرها
Tidak sah bagi kalian shalat di belakang imam itu kemudian kalian mengulangi shalat lagi, karena imamnya salah membaca al-Fatihah yang merubah makna. Karena shalat di belakangnya pada asalnya memang tidak boleh, entah itu pada shalat yang disirkan atau di jaharkan. Kalian shalat di belakangnya berarti menunjukkan bahwa kalian menetapkan ia sebagai imammu, sehingga orang-orang akan tertipu karena kalian. Maka ini adalah kemungkaran, wajib merubahnya dan tidak boleh menetapkannya sebagai imam. Yang wajib adalah mengajarinya dan menasehatinya pada perkara yang ma’ruf. Jika ia menerima maka itu baik, namun jika tidak maka hendaknya perkara ini dilaporkan pada orang yang bertanggung jawab, sebagaimana penjelasan sebelumnya. Jika engkau sudah melakukan itu untuk merubahnya kemudian tidak berhasil maka hendaknya engkau memberitahukan kepada orang-orang bahwa shalat di belakangnya tidak sah. Agar kalian tidak shalat di belakangnya dan mencari masjid yang lain yang imamnya baik bacaan al-Fatihanya dan bacaan yang lainnya.
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata:
وأما اعتزالكم المسجد فلا أرى له مبررا إلا إذا كان هذا الإمام يلحن لحنا يغير المعنى ، أو كان هذا الإمام فاسقا يرتكب شيئا من الكبائر ” .
انتهى من “المنتقى من فتاوى الفوزان” (80 /29) .
Adapun tindakan kalian menjauhi masjid maka saya tidak memandang itu sebagai kebenaran kecuali imamnya salah hingga merubah makna, atau karena ia adalah seorang yang fasik yang melakukan salah satu dosa besar. (Al-Muntaqa min fatawa al-Fauzan: 29/80)
Maka tidak boleh bagi kalian meninggalkan shalat berjama’ah secara menyeluruh lalu shalat di rumah kalian, baik itu sendirian atau berjama’ah.
Sumber: https://islamqa. info/ar/194317
Catatan Penerjemah:
Shalat dibelakang imam yang buruk alfatihahnya bisa sah jika semua kondisi bacaan makmum seperti bacaan imamnya, dalam hal ini mereka semua sama dalam kemampuan membaca. Siapapun dari mereka yang imam maka akan seperti itu pula bacaan mereka. Namun kondisi ini harus diperbaiki, imam dan makmum diajari tata cara membaca al-Qur’an yang benar.
Penerjemah: Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy