Bagaimana jika seseorang bernazar untuk berpuasa di hari kelahirannya jika diberikan umur yang panjang. Apakah boleh bernazar seperti itu?
Norma

Jawaban:
Bernazar adalah sesuatu yang disyariatkan di dalam Islam, namun tidak dianjurkan untuk dilakukan. Maksudnya bahwa apabila seseorang telah bernazar dengan nazar yang dibolehkan seperti nazar ketaatan (karena nazar bermacam-macam bentuknya) maka ia diwajibkan untuk menunaikannya. Namun mengucapkan dan mengiqrarkan nazar tersebut khususnya apabila keinginan dan angan-angan kita nantinya tercapai adalah sesuatu yang tidak dianjurkan (atau dimakruhkan) dalam syariat Islam, berdasarkan hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam:

لَا تَنْذِرُوا فَإِنَّ النَّذْرَ لَا يُغْنِي مِنْ الْقَدَرِ شَيْئًا وَإِنَّمَا يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنْ الْبَخِيلِ.

Artinya:
“Janganlah kalian bernadzar, karena nadzar sedikitpun tidak akan merubah takdir, hanyasanya) nadzar itu untuk mengeluarkan sesuatu dari orang bakhil.” (HR. Muslim no. 3096)

Adapun mengenai pertanyaan di atas yaitu berpuasa khusus pada hari kelahiran, maka hal ini merupakan bentuk penetapan sebuah ibadah tertentu pada waktu tertentu yang tentu saja membutuhkan dalil syar’i yang shahih. Berdasarkan kaidah bahwasanya hukum asal sebuah ibadah adalah at tahriim/pengharaman (tidak boleh dikerjakan) sampai ada keterangan dalil syar’i yang menjelaskan perintahnya. Dan hal ini merupakan salah satu konsekwensi syahadat kita kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul Allah, bahwasanya kita sebagai pengikut beliau, hanya dibolehkan untuk beribadah sebagaimana syariat yang telah beliau ajarkan.

Adapun jika nazar berpuasa pada hari kelahiran ini didasarkan pada hadis Nabi:

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ.

Artinya:
Lalu beliau ditanya mengenai puasa pada hari senin, beliau menjawab: “Itu adalah hari, ketika aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan atasku.” (HR. Muslim no. 1977).

Maka hadis ini tidak dapat dijadikan sandaran untuk bernazar puasa pada hari kelahiran kita masing-masing, oleh karena Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berpuasa pada hari senin tersebut, bukan karena ingin merayakan hari kelahirannya, akan tetapi karena besarnya keutamaan hari senin itu yang bertepatan sebagai hari lahir beliau sehingga beliau berpuasa pada hari senin.

Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan hari senin adalah hadis Muslim di atas, dimana hari senin adalah hari diutusnya Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul. Juga hadis lainnya:

تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ، فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ “.

Artinya:
Amalan-amalan akan diangkat pada hari senin dan kamis, maka saya mencintai apabila saya berpuasa pada hari tersebut (HR. Tirmidzy no. 747 dan dihukumi hasan garib oleh beliau).

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ، فَقِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّكَ تَصُومُ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ. فَقَالَ : ” إِنَّ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ يَغْفِرُ اللَّهُ فِيهِمَا لِكُلِّ مُسْلِمٍ إِلَّا مُتَهَاجِرَيْنِ، يَقُولُ : دَعْهُمَا حَتَّى يَصْطَلِحَا “.

Artinya:
Nabi shallallahu alaihi wasallam berpuasa pada hari senin dan kamis, maka ditanyakan kepadanya, “wahai Rasulullah sesungguhnya engkau berpuasa pada hari senin dan kamis”, beliau menjawab, “Sesungguhnya hari senin dan kamis adalah hari dimana Allah mengampuni dosa-dosa setiap muslim kecuali dua orang yang saling bermusuhan, sampai keduanya berbaikan” (HR. Ibnu Majah no. 1740, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Jami Sagir no. 2278).

Wallahu a’lam

Dijawab oleh Rahmat badani Lc. MA
(Dosen STIBA Makassaar, anggota dewan syariah & Alumni univ. Islam madinah jurusan hadits S2)

Artikulli paraprakHukum Mempelajari 4 Mazhab Hanya Dengan Membaca Kitab
Artikulli tjetërMasih Ikut-ikutan Merayakan Tahun Baru Masehi?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini