Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu Ana ingin menanyakan tentang bagaiamana menyikapi orang-orang yang selalu mengatakan bahwa kami belajar tentang logika-logika pada majelis ini dan kami juga belajar tentang Qur’an dan Sunnah pada majelis itu? Syukran Wa Jazaakumullahu Khairan Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu
Untitled Document
Jawaban :
1. Logika itu artinya sesuatu yang berdasarkan akal pikiran. Pertanyaannya adalah : apakah setiap sesuatu yang berbau logika/akal itu tidak benar? Apakah Al-Qur’an dan As-Sunnah melarang semua yang berbau logika? Tentu saja tidak. Al-Qur’an bahkan memerintahkan kita untuk memakai akal dan berfikir. Dalam Islam, akal bahkan menjadi ukuran seseorang mukallaf atau tidak.
2. Itulah sebabnya dalam berbagai referensi yang ditulis oleh para ulama Ahlussunnah disamping menyebutkan dalil-dalil naqly, mereka juga menyebutkan dalil aqly. Apakah itu dalil aqly? Dalil yang berdasarkan nalar, akal dan logika. Coba baca kitab Prinsip-prinsip Dasar Keimanan (Syarh Ushul Al-Iman) – Syekh Al ‘Utsaimin dan coba dengarkan dialog-dialog Syekh Al-Bani dalam kaset-kasetnya, anda menemukan penggunaan akal yang mengagumkan.
3. Mereka yang mengaku belajar Al-Qur’an dan As-Sunnah tapi tidak memahaminya (tidak mempunyai fiqh) hanya sekedar membeo pada ustadz-ustadznya, sesungguhnya adalah ‘aib bagi para penuntut ilmu. Bila ditanya mengapa anda mengatakan seperti ini? Ia menjawab : “Pokoknya ustadz saya mengatakan begitu! Titik!”. Nah, untuk memahami itu pakai apa? Tentu saja pakai akal dan logika.
Wallahu a’lam.
(Oleh : Ust. Muh. Ihsan Zainuddin)
1. Logika itu artinya sesuatu yang berdasarkan akal pikiran. Pertanyaannya adalah : apakah setiap sesuatu yang berbau logika/akal itu tidak benar? Apakah Al-Qur’an dan As-Sunnah melarang semua yang berbau logika? Tentu saja tidak. Al-Qur’an bahkan memerintahkan kita untuk memakai akal dan berfikir. Dalam Islam, akal bahkan menjadi ukuran seseorang mukallaf atau tidak.
2. Itulah sebabnya dalam berbagai referensi yang ditulis oleh para ulama Ahlussunnah disamping menyebutkan dalil-dalil naqly, mereka juga menyebutkan dalil aqly. Apakah itu dalil aqly? Dalil yang berdasarkan nalar, akal dan logika. Coba baca kitab Prinsip-prinsip Dasar Keimanan (Syarh Ushul Al-Iman) – Syekh Al ‘Utsaimin dan coba dengarkan dialog-dialog Syekh Al-Bani dalam kaset-kasetnya, anda menemukan penggunaan akal yang mengagumkan.
3. Mereka yang mengaku belajar Al-Qur’an dan As-Sunnah tapi tidak memahaminya (tidak mempunyai fiqh) hanya sekedar membeo pada ustadz-ustadznya, sesungguhnya adalah ‘aib bagi para penuntut ilmu. Bila ditanya mengapa anda mengatakan seperti ini? Ia menjawab : “Pokoknya ustadz saya mengatakan begitu! Titik!”. Nah, untuk memahami itu pakai apa? Tentu saja pakai akal dan logika.
Wallahu a’lam.
(Oleh : Ust. Muh. Ihsan Zainuddin)