وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. [Surat Ghafir 60]

Mengenai ayat ini, Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
من لم يدع الله ، عز وجل ، غضب عليه
Siapa yang tidak pernah berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla, maka Allah murka padanya.

Betapa sering seseorang mengeluhkan saudaranya, keluarganya, kerabatnya atau temannya yang masih larut dan tenggelam dalam kubangan dosa dan maksiat. Bahkan tidak sedikit yang kemudian mencela dan melaknatnya. Padahal ungkapan buruk yang dialamatkan padanya tidak akan merubah apapun. Sekiranya ia mendoakan kebaikan atau hidayah untuknya, tentu jauh lebih bermanfaat dan lebih bisa menjadi solusi. Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 دعوة المرء المسلم لأخيه بظهر الغيب مستجابة . رواه مسلم .
Doa seorang muslim untuk saudaranya sesama muslim dari kejauhan tanpa diketahui olehnya akan dikabulkan. (HR. Muslim)

Sebuah kisah tentang  Ma’ruf al-Nakh’i (seorang ulama generasi tabi’in) Dikutip dari buku “Berjuang di Dunia, Berharap Pertemuan di Surga”, Tarbawi Press, hlm. 11. Suatu hari  beliau duduk bersama sahabat-sahabatnya di tepi sungai di kota Baghdad. Tiba-tiba sekelompok pemuda datang bergerombol sambil memukul mukul alat musik dan meminum minuman keras.

Para sahabatnya berkata, “Tidakkah engkau lihat mereka bermaksiat pada Allah dengan minuman itu, maka doakanlah kebinasaan atas mereka.”

Ma’ruf al Nakh’i lalu mengangkat tangannya dan berdoa, “Ya Allah ya Tuhanku, sebagaimana Engkau membahagiakan mereka di dunia, aku meminta agar Engkau juga membahagiakan mereka di akhirat.”

Para sahabatnya terheran dan menegaskan bahwa yang mereka harapkan adalah agar beliau (Ma’ruf al Nakh’i) mendoakan keburukan atas mereka.

Lantas Apa jawaban beliau?

“Jika Allah membahagiakan mereka di akhirat dan menerima taubat mereka di dunia, apakah itu merugikanmu?.”

Saudaraku fillah ayat, hadits dan kisah di atas mendidik muslim berfikir positif dan solutif, termasuk dalam kondisi genting sekalipun. Ketika diperhadapkan dengan sekelompok manusia yang bodoh yang suka mencela, maka hamba Allah ar-Rahman akan membalasnya dengan ucapan yang penuh dengan keselamatan, yaitu mendoakan kebaikan untuk mereka.

 وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
Dan hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. [Surat Al-Furqan 63]

Kun mutafaa’ilan wa laa takun mutasaaiman. Jadilah manusia yang optimis dan bukan pesimis.

Artikulli paraprakSifat-sifat Penuntut Ilmu yang Sukses
Artikulli tjetërHadirilah Kajian pekanan Hadits dan Fiqh (KAHFI) Wahdah Balikpapan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini