Allah berfirman,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ
(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah)
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Pelajaran :
Secara lahiriah manusia butuh untuk terbebas dari ancaman himpitan hidup semisal kelaparan, kemiskinan dan kefakiran. Dan secara bathiniah mereka butuh untuk terbebas dari segala kekhawatiran dan rasa takut. Untuk terbebas dari himpitan hidup, manusia harus melakukan aktivitas ekonomi. Sedangkan untuk terbebas dari segala rasa takut, membutuhkan jaminan kuat dari yang mampu memberikan jaminan.
Kelebihan kaum Qurays berupa karunia Allah untuknya setelah mereka ditolong dari ancaman Raja Abrahah dan pasukan gajah yang datang dari negeri Yaman dengan tujuan penghancuran Ka’bah yang berdampak pada rusaknya kampung halaman mereka adalah rasa aman dan konsistensi mereka melakukan perjalanan dagang di musim dingin dari Mekkah ke negeri Syam dan di musim panas ke negeri Yaman.
Karena Allah yang membebaskan mereka dari kelaparan dan menjamin keamanan untuknya dalam perjalanan dagang, maka kewajiban mereka adalah mensyukuri karunia Allah pemilik Ka’bah dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukannya.
Surat ini syarat dengan pelajaran bagi manusia yang tinggal di suatu wilayah atau suatu negeri, bahwa kesejahteraan dan kemakmuran suatu penduduk atau masyarakat tidak hanya harus diukur dari potensi perekonomiannya saja yang berjalan baik dan lancar, atau dilihat dari potensi Alamnya yang cukup. Tetapi juga harus diukur sejauh mana penduduknya bersyukur dan beribadah kepada Allah. Karena kemakmuran, kesejahteraan dan keamanan datang dari Allah bagi suatu negeri atau wilayah yang penduduknya beriman dan bertakwa kepada-Nya. Sebaliknya penduduk suatu negeri, akan mengalami kesempitan hidup dan terkikisnya rasa aman jika melakukan kekufuran terhadap nikmat Allah atas mereka. Sebagai penguat akan hal ini, dijelaskan oleh firman-Nya di surat an-Nahl ayat 112,
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُون
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi duduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS. An-Nahl : 112).
Siapapun yang mengaku sebagai penduduk Indonesia dan cinta akan kebaikan bagi negeri ini, maka langkah awal dan nyata yang bisa dilakukannya adalah dengan menjadi pribadi yang saleh, beriman dan bertakwa kepada Allah dan bersyukur atas karunia Allah padanya. Kemudian mengajak orang lain, keluarga dan masyarakatnya beriman dan bertakwa kepada Allah. Dengan demikian Semoga negeri tercinta ini, Indonesia, makmur, sejahterah dan terjaminnya rasa aman.
Oleh : Samsul Basri, S.Si, M.E.I
MaasyaAllah jazakumullahu khair ilmunya. Sangat bermanfaat