“Mendapati 10 hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan nikmat yang agung. Orang-orang shaleh sangat memuliakannya, dan kewajiban setiap Muslim merasakan keagungan nikmat ini serta memanfaatkan kesempatan ini dengan meningkatkan keseriusan dan mujahadah (kesungguhan) dalam melakukan ketaatan”. (Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Munajjid)
Seiring berjalannya waktu serta silih bergantinya siang dan malam, tak terasa Ramadhan telah dua bulan berlalu meninggalkan kita. Semoga ia kembali lagi pada tahun-tahun mendatang dalam suasana yang lebih indah, insya Allah. Namun musim-musim ketaatan dan bulan ibadah akan terus ada dan datang silih berganti demi memperbaharui iman kita dan mensucikannya dari noda dosa dan maksiat.
Tak terasa pula, kini kita berada di awal Bulan Dzulhijjah. Bulan terakhir dalam penanggalan hijriyah ini hari-harinya sangatlah agung dan mulia. Barangsiapa yang melewatinya dengan ibadah dan ketaatan maka ia telah terpilih sebagai hamba pilihan, sebaliknya siapa yang melewatinya dengan kelalaian dan bahkan dengan maksiat dan dosa, maka ia telah merugikan dirinya sendiri.
Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah
Allah Ta’ala telah memuliakan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dengan bersumpah atasnya dalam firman suci-Nya:
وَالْفَجْرِ . وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi fajar. dan malam yang sepuluh” (QS Al Fajr:1-2).
Menurut para Ahli Tafsir, yang dimaksud dengan layalin ‘asyr (malam yang sepuluh) dalam ayat di atas adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Sumpah Allah dengan makhluq-Nya melainkan menunjukkan kemuliaan dan keutamaan makhluq tersebut. Kemuliaan ini ditegaskan lagi oleh Baginda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam sabdanya:
مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ. قَالُوا: وَلَا الْجِهَادُ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ.
Artinya: “Tidak ada amal perbuatan yang lebih utama dari (amal yang dilakukan pada) sepuluh hari bulan Dzulhijjah. Para shahabat bertanya: “Tidak juga jihad (lebih utama dari itu)?”, Beliau menjawab: “Tidak juga jihad, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya kemudian kembali tanpa membawa sesuatupun.” (HR Bukhari: 296).
Dalam riwayat lain dengan redaksi: “Tidak ada hari-hari yang di dalamnya amalan shaleh, yang paling dicintai oleh Allah kecuali hari-hari ini, yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah” (HR Abu Daud: 2440 dan Tirmidzi: 747).
Mengenai faktor keutamaan sepuluh hari dzulhijjah dijelaskan oleh, Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah: “Tampaknya sebab mengapa sepuluh hari Dzulhijjah diistimewakan adalah karena pada hari-hari tersebut merupakan waktu berkumpulnya ibadah-ibadah utama; yaitu shalat, puasa, shadaqah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.” (Fathul Baari, 2/460). Selain itu didalamnya juga terkumpul hari-hari ibadah yang agung yaitu hari tarwiyah (mabit di Mina tanggal 8), hari Arafah (tanggal 9) dan hari raya haji/berkurban (tanggal 10).
Lantaran agungnya kemuliaannya, hingga sebagian ulama sampai-sampai lebih mengutamakan sepuluh hari Dzulhijjah ini daripada Ramadhan, namun yang benar adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ibnul-Qayim rahimahullah: “Jika dilihat pada waktu malamnya, maka sepuluh terakhir bulan Ramadhan lebih utama dan jika dilihat waktu siangnya, maka sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lebih utama” (Zaadul Ma’ad: 1/57). Siang hari bulan Dzulhijjah lebih utama daripada siang hari bulan Ramadhan karena pada siangnya terdapat hari tarwiyah , hari ‘arafah, dan hari raya haji. Sedangkan malam-malam Ramadhan maka lebih utama dengan alasan karena pada malamnya terdapat Lailatul-Qadr yang lebih utama dari seribu bulan.
Oleh karena itu saking agungnya hari-hari yang mulia ini para salaf rahimahumullah sangat antusias dan berijtihad dalam mengisi hari-hari dan malamnya dengan berbagai ibadah dan ketaatan, sebagaimana diriwayatkan oleh Ad-Darimi dan Al-Baihaqi tentang Said bin Jubair rahimahullah: “Adalah Sa’id bin Jubair –rahimahullah-, jika datang sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah sangat bersungguh-sungguh (beribadah), hingga hampir saja dia tidak mampu (melaksanakannya)” (HR Darimi: 1774 dan Al Baihaqi Asy-Syu’ab: 3476, dengan sanad hasan).
Amalan Yang Disunatkan Pada 10 Hari Pertama Dzulhijjah
Pada hari-hari yang sarat dengan keutamaan dan kemuliaan ini seorang muslim sangat dianjurkan memper banyak ibadah dan melakukan ketaatan serta menjauhi maksiat dan dosa, sebagaimana dalam hadis diatas:“Tidak ada hari-hari yang di dalamnya amalan shaleh, yang paling dicintai oleh Allah kecuali hari-hari ini, yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah”.
Diantara amalan ibadah tersebut adalah:
1.Taubat Nashuha
Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk menyambut musim-musim ibadah ini dengan kembali mempertegas komitmennya dalam bertaubat kepada Allah ta’ala dengan melaksanakan ketaatan pada-Nya semampunya, dan meninggalkan maksiat, sebagai implementasi dari firman-Nya: ”Dan bertaubatlah kalian kepada Allah wahai orang-orang beriman agar kalian beruntung”(terj. QS An-Nuur:31)
2.Haji dan Umrah
Amalan inilah yang paling utama dalam hari-hari Dzulhijjah ini, selain haji dan umrah adalah suatu kewajiban bagi yang mampu, juga keduanya bisa memasukannya kedalam surge dan menghapuskan dosa-dosa para hamba sebagaimana dalam hadis: “9Keutamaan) antara umrah yang satu dengan umrah yang lainnya adalah penghapus dosa-dosa yang terjadi diantara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasan (yang pantas) baginya kecuali surga”. (HR. Bukhari: 1773 dan Muslim: 1349).
3.Puasa
Yakni puasa pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah. Amalan ini merupakan diantara amalan yang paling utama di hari-hari yang mulia ini. Dalam hadis hasan, salah seorang istri beliau mengisahkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …” (terj. HR. Ahmad: 22334, Abu Daud: 2437).
Puasa 9 hari awal Dzulhijjah telah diriwayatkan juga dari amalan para sahabat seperti Umar, dan Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, bahkan para ulama dari kalangan sahabat, tabi’in dan setelah mereka sepakat akan sunatnya puasa 9 hari awal Dzulhijjah ini. Adapun puasa tanggal 9 yang merupakan hari arafah, maka sangat besar fadhilahnya sebagaimana dalam hadis: “Saya mengharap kepada Allah agar puasa hari ‘arafah bisa menghapuskan (dosa) pada tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya”. (HR Muslim: 1162)
4.Banyak berdzikir, membaca tahlil (Laailaaha illallaah), takbir (Allaahu akbaru), dan tahmid (Alhamdulillah)
Sebagaimana dalam hadis shahih: “Tidak ada hari-hari yang lebih agung dan amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah padanya, melebihi sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka perbanyaklah pada hari itu tahlil (Laa ilaaha Illallaah), Takbir (Allaahu Akbar) dan Tahmid (Alhamdulillaah).” (terj. HR Ahmad 6154).
5.Berkurban pada hari raya idul adha (tanggal 10)
Nabi shallallahu’alaihi wasallam sendiri telah memberikan teladan dalam perkara ini dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk (sebagai hewan kurban). (HR. Bukhari 5565 Muslim 1966).
Bagi yang berkurban maka disunatkan untuk tidak memotong kuku dan mencukur rambutnya, sebagaimana dalam hadis Ummi Salamah radhiyallahu’anha: “Jika kamu melihat hilal bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya.” (HR Muslim: 1977).
6. Menghadiri pelaksanaan shalat Idul Adha bersama umat islam, dan mendengarkan khutbah idul adha. Amalan ini sangat dianjurkan dalam islam, bahkan banyak ulama yang menyatakan bahwa menghadiri shalat idul adha hukumnya fardhu ‘ain.
7. Dalam 10 hari awal Dzulhijjah ini seorang muslim juga harusnya memperbanyak amalan ibadah selain yang disebutkan diatas misalnya memperbanyak sedekah, shalat, dzikir, istighfar, silaturrahim, membaca Al-Quran, melakukan i’tikaf di masjid, menolong orang, menjauhi maksiat dan semua bentuk amalan shalih, dengan dalil: “Tidak ada hari-hari yang di dalamnya amalan shaleh, yang paling dicintai oleh Allah kecuali hari-hari ini, yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah”.
Jadikan Dzulhijjah Sebagai Bulan Perubahan
Saudara-saudariku…Dengan datangnya salah satu musim dari musim-musim ibadah dan ketaatan ini, sebagai seorang muslim kita harusnya bertekad untuk mengisinya dengan amalan ibadah yang telah disebutkan diatas sembari mengikhlaskan hati dan memurnikan ketaatan hanya kepada Allah. Bila Ramadhan yang lalu belum bisa menempa iman kita dan merubah diri kearah keshalihan, maka hendaknya kesempatan kedua ini janganlah disia-siakan dan diabaikan. Bahkan marilah menjadikannya sebagai kesempatan untuk bertaubat, menyambutnya sebagai titik perubahan diri dan jiwa kita kepada yang lebih baik, dan mewujudkannya sebagai moment utama untuk mempersatukan kalimat umat ini dibawah satu panji.
Keagungan bulan ini dan kemuliaan hari-harinya harusnya bisa mewarnai dan mensucikan iman, akhlak, ibadah dan kepribadian kita menuju derajat kemuliaan dan keshalihan disisi Allah ta’ala, serta tidak mencorengnya dengan sikap lalai dan bermasa bodoh, apatah lagi melewatinya dalam belenggu maksiat dan kubangan dosa. Sungguh Allah ta’ala telah menjanjikan:
إنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (74) وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى (75) جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى (76)
Artinya: “Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh derajat yang Tinggi (mulia). (Yakni) surga ‘Adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, didalamnya mereka kekal. dan itulah (merupakan) balasan bagi orang yang ( dalam keadaan ) bersih ( saat didunianya dari berbagai dosa )”. (QS Thaha: 74-76).
Ini adalah kesempatan yang takkan tergantikan oleh hari-hari yang lain. Ini adalah hari-hari mulia yang harus dimuliakan dengan amal-amal yang mulia. Syekh Al-Munajjid mengatakan, “Mendapati 10 hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan nikmat yang agung. Orang-orang shaleh sangat memuliakannya, dan kewajiban setiap Muslim merasakan keagungan nikmat ini serta memanfaatkan kesempatan ini dengan meningkatkan keseriusan dan mujahadah (kesungguhan) dalam melakukan ketaatan”. Mari tingkatkan kesungguhan dan keseriusan dalam beramal shaleh di hari-hari ini. Wallaahul muwaffiq. (Mulana Laeda, Lc)