10 Muharram atau yang lebih dikenal dengan istilah Hari Asyura memiliki keistimewaan khusus di dalam agama kita, hal ini merujuk bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan ummatnya untuk mengerjakan sebuah amalan khusus didalamnya.

Namun pada kenyataannya, setiap kali hari agung ini tiba, seringkali hari ini kita dapati juga tercemar dengan amalan yang tidak dianjurkan (bid’ah) oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam. Lantas apakah amalan yang disunnahkan pada hari Asyura dan apakah amalan bid’ah yang sering terjadi didalamnya? Berikut jawabannya:

Amalan yang disunnahkan:

Satu-satunya hal yang disunnahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkaitan amalan hari Asyura adalah melakukan ibadah puasa. Adapun keutamaannya dapat menjadi penggugur dosa dosa yang dilakukan satu tahun sebelumnya. Nabi shallallahu alaihi wasallam berdabda:

(صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ)
رواه مسلم.

” Puasa hari Arafah saya mengharapkannya kepada Allah agar mengampuni satu tahun dosa sebelumnya dan satu tahun dosa setelahnya, dan puasa Asyura saya mengharapkannya agar Allah mengampuni satu tahun dosa sebelumnya”
Hr.Muslim.

Dalam kisahnya, disebutkan dalam hadis-hadis yang sahih bahwa puasa Asyura telah dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum Beliau berhijrah ke kota Madinah, dan tatkala Nabi shallallahu alaihi wasallam tiba di kota Madinah Beliau mendapati kaum Yahudi juga berpuasa Asyura sebagai bentuk peringatan mereka akan hari diselamatkannya Bani Israil dari siksaan Fir’aun dan ditenggelamkannya Fir’aun bersama bala tentaranya. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kaum Muslimin untuk berpuasa juga dan mengatakan: “Kami lebih berhak terhadap Musa dari pada mereka”.

Hal ini sebagaimana disebutkan oleh sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas rhadiyallahu anhu:

قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا ؟ قَالُوا : هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ ، هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ ”
رواه البخاري.

“Nabi – _shallallahu ‘alaihi wasallam_ – datang ke Madinah dan melihat Yahudi berpuasa di hari Asyura, maka Nabi _shallallahu ‘alaihi wasallam_ bertanya: “Apakah ini?” Mereka menjawab: ” Ini adalah hari baik, ini hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa didalamnya, Nabi _shallalahu ‘alaihi wasallam_ berkata: “Aku lebih berhak dari Musa daripada kalian” Maka Nabi berpuasa (didalamnya) dan menyuruh (ummatnya) untuk berpuasa”.
Hr.Bukhari

Dan untuk menyelisihi Yahudi dalam perkara ini, maka Nabi _shallallahu ‘alahi wasallam_ memerintahkan ummatnya untuk berpuasa satu hari sebelumnya dan satu hari setelahnya atau berpuasa satu hari sebelumnya saja. Nabi _shallalahu alaihi wasallam_ berkata:

(صوموا يوم ‏عاشوراء وخالفوا فيه اليهود: صوموا قبله يوما وبعده يوما)
رواه أحمد والبيهقي.

“Puasalah hari Asyura dan selisihilah Yahudi didalamnya, puasalah satu hari sebelumnya dan satu hari setelahnya”
Hr. Ahmad dan Baihaqi.

Didalam riwayat lain Nabi mengatakan:

(إذا كان عام المقبل إن شاء الله صمنا اليوم التاسع)
رواه مسلم.

“Bilamana datang tahun depan insyaallah kami akan berpuasa dihari sembilan (Muharram)”
Hr.Muslim

Imam Ibnu Qoyyim mengatakan:

(فمراتب صومه ‏ثلاثة: أكملها: أن يصام قبله يوم وبعده يوم، ويلي ذلك أن يصام التّاسع والعاشر، وعليه ‏أكثر الأحاديث، ويلي ذلك إفراد العاشر وحده بالصّوم).

“Tingkatan puasanya (Asyura) ada tiga: Paling sempurnanya berpuasa satu hari sebelumnya dan satu hari setelahnya, kemudian berpuasa sembilan ( _Tasu’ah_) dan sepuluh ( _Asyura_) dan ini adalah sesuai banyak hadis-hadis, dan yang paling terakhir dengan hanya berpuasa sepuluh saja”
Kitab Zaadul Maad.

Amalan yang bid’ah:

Adapun amalan bid’ah yang dilakukan di hari Asyura ini adalah tatkala melakukan sebuah amalan ibadah dengan keyakinan adanya fadilah khusus akan ibadah tersebut dihari Asyura, seperti mengeluarkan zakat, menyembelih, berhias dan ibadah ibadah lainnya.

Imam Ibnul Haj dari ulama Malikiyyah berkata dalam kitabnya _Al-Madkhal_:

“من بدع عاشوراء تعمد إخراج الزكاة فيه تأخيراً أو تقديماً وتخصيصه بذبح الدجاج واستعمال الحنّاء للنساء”.

“Diantara bid’ah Asyura adalah sengaja mengeluarkan zakat didalamnya baik dengan mengundurkan atau mengedapankan (dari waktu semestinya) dan juga mengkhususkannya dengan menyembelih ayam serta menggunakan _hana’_ (menghias tangan) bagi para wanita”.

Dan yang tatkala pentingnya, termasuk dari bid’ah besar yang sering dilakukan di hari Asyura adalah memperingati hari kematian cucu Baginda Nabi _shallalahu ‘alaihi wasallam_ dengan ritual ritual yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi _shallalahu ‘alaihi wasallam_.

Imam Ibnu Rajab mengatakan dalam kitabnya _Lathaiful Maarif_:

“وأما اتخاذه مأتماً كما تفعل الرافضة لأجل قتل الحسين بن علي فيه، فهو من عمل من ضل سعيه في الحياة الدنيا وهو يحسب أنه يحسن صنعاً، ولم يأمر الله ولا رسوله باتخاذ أيام مصائب الأنبياء وموتهم مأتماً فكيف بمن هو دونهم؟”.

“Adapun menjadikannya (hari Asyura) sebagai hari peringatan kematian sebagaimana yang dilakukan oleh Syiah Rofidoh berkaitan dengan kematian Husain bin Ali _rhadiyallahu anhu_ didalamnya, maka ini termasuk dari perbuatan orang yang amalannya tersesat dikehidupan dunia sedangkan mereka mengira itu adalah perbuatan baik, padahal Allah dan RasulNya tidak pernah menjadikan hari musibah para Nabi dan kematiannya sebagai hari peringatan, maka bagaimakah lagi dengan orang orang yang dibawahnya?”.

Tentunya kematian cucu Baginda Nabi di hari ini (Asyura) adalah sebuah duka yang sangat mendalam bagi setiap orang yang beriman, dan kita berharap agar mereka yang melakukan perbuatan zalim terhadap Imam Husain _rhadiyallahu anhu_ dibalas oleh Allah dengan balasan yang setimpal, namun hendaklah kita tidak mengekspresikan kesedihan tersebut dengan melakukan amalan amalan yang tidak disyariatkan oleh Allah dan RasulNya sehinggat kita jatuh dalam kubangan amalan bid’ah pada hari Asyura ini.

Penutup:

Sebagai penutup, kami menasehati diri kami sendiri dan juga kepada kaum muslimin untuk bersikap sesuai tuntunan Nabi tatkala datangnya hari Asyura dan tidak melakukan amalan amalan bid’ah yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi _shallallahu ‘alaihi wasallam_

Demikian
Wassalam.

Oleh: Muhammad Harsya Bachtiar,Lc
(Mahasiswa Pascasarjana Univ Islam Madinah)

Artikulli paraprakHari Asyura
Artikulli tjetërMenjadi Muslimah yang Bersemangat Menuntut Ilmu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini