1. Menjaga waktu shalat
Seorang mu’min senantiasa diperintahkan untuk melaksanakan shalat tepat pada waktunya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
( فَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا ( النساء : 103
“Maka dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. An Nisaa’ :103) Salah satu faktor penyebab dikatakan seseorang itu sebagai seorang munafik bukan karena dia tidak melaksanakan shalat, namun karena menunda-nunda waktu shalat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
( فَوَيــْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُونَ ( الماعون : 4-5
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”, (QS. Al Maa’uun: 4-5) Diantara ma’na “Sahun” (orang-orang yang lalai) adalah orang-orang yang menunda-nunda shalat (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4:590)
2. Menjaga Az-Ziinah (perhiasan) di dalam shalat.
Allah berfirman :
( يَابَنِي ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ( الأعراف :31
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid” (QS. Al A’raf: 31) Sungguh tidaklah pantas apabila seseorang memakai perhiasan untuk menghadapi manusia, menghadiri undangan-undangan atau bertemu dengan seorang pejabat hingga menghabiskan waktu berjam-jam, untuk berhias namun ketika berhadapan dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di waktu shalat dia hanya mengenakan pakaian yang seadanya saja, pakaian setelah berolah raga, pakaian tidur hingga pakaian yang dihadapan manusia pun tidak pantas untuk dikenakan, apatah lagi di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
( فَإِنَّ اللهَ أَحَقُّ أَنْ يُتَزَ يَّنَ لَهُ ( رواه البيهقى
“Sesungguhnya Allah adalah yang paling berhak untuk kita berhias kepada-Nya” (HSR. Baihaqi)
3. Khusyu’ dalam shalat
Allah telah memuji orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
( قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُونَ( المؤمنون :1-2
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya”, (QS. Al Mu’minuun: 1-2) Di ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
( حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا ِللهِ قَانِتِينَ( البقرة :238
“Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu`”.(QS. Al Baqarah :238) Salah satu dari pernafsiran kata قَانِتِينَ adalah ذَلِيْلِيْنَ, خَاشِعِيْنَ, yaitu dengan penuh kekhusyu’an dan menghinakan diri dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
4. Memperbanyak dzikir dalam shalat
Begitu pentingnya dzikir ini sehingga orang yang tidak thuma’ninah di dalam shalatnya tidak dianggap melaksanakan shalat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menegur orang yang tidak tuma’ninah di dalam shalatnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
( اِرْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ( رواه البخاري
“Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya kamu belum melaksanakan shalat” (HR. Bukhari) Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjelaskan perihal orang-orang munafik dalam Al Qur’an:
( وَلاَ يــَذْكُرُونَ اللهَ إِلاَّ قَلِيلاً( النساء : 142
“Mereka tidak berzikir kepada Allah kecuali dzikir yang sedikit” (QS. An Nisaa’:142) Dengan kata lain bahwa ia melaksanakan shalat dengan cepat, shalat yang seadanya sehingga lupa untuk berzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
( أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ الْقُنُوتِ ( رواه مسلم و الترمذي
“Sebaik-baik shalat adalah panjangnya bacaan” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
5. Al-kaifiyah (cara pelaksanaannya)
Segala kegiatan ibadah adalah tauqifiyah (harus berdasarkan dalil baik dari al-qur’an maupun sunnah) begitu pula shalat, kita diperintahkan untuk mengikuti tuntunan dan cara shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
( َصَلُّوا كَمَا رَأَيـْتُمُونِي أُصَلِّي( رواه البخاري
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Bukhari) Hingga diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan shahabat-shahabat shalat, beliau berada di atas mimbar, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
( أَيــُّهَا النـَّاسُ إِنَّمَا صَـنَعْتُ هَذَا لِـتَأْتــَمُّوا وَلِتَعَلَّمُوا صَلاَتِي (رواه البخاري و مسلم
“Wahai manusia, saya melakukan hal demikian agar kalian mengikuti dan mengetahui caraku shalat” (HR. Bukhari dan Muslim) Dengan demikian bahwa tidaklah benar apabila kita melaksanakan shalat berdasarkan kebanyakan atau kebiasaan manusia melaksanakannya, sehingga dikatakan “Saya shalat seperti ini karena itulah yang banyak dilakukan manusia” atau dengan mengatakan “Saya melakukan ini karena cara inilah yang baik menurut perasaan saya” Seluruh ibadah dan diantaranya adalah shalat bukanlah dengan perasaan, namun shalat membutuhkan adanya keikhlasan dan mutabaatur Rasul (sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
Contoh ibadah shalat para salaf
1. Adi bin Hatim Ath-Tho’i رضي الله عنه Beliau adalah seorang shahabat yang sebelumnya beragama Nasrani (Kristen) kemudian masuk Islam, beliau berkata :
مَا أُقِيـْمَتِ الصَّلاَةُ مُنـْذُ أَنَا أَسْلَمْتُ إِلاَّ وَ أَنَا عَلَى وُضُوْءٍ
“Tidak pernah ditegakkan shalat semenjak saya masuk Islam kecuali saya dalam keadaan telah berwudhu”
2. Umar bin Khattab رضي الله عنه Setelah beliau ditikam oleh Abu Lu’luah Al Majusi beliau tidak mampu untuk berjalan ke masjid dan hanya dapat berbaring di tempat tidur beliau. Ketika masuk waktu shalat dan beliau sedang tertidur pulas dengan luka yang sangat parah, orang-orang yang segan untuk membangunkan beliau, namun ada salah seorang dari mereka mengatakan “Hendaknya kalian membangunkannya, karena dia akan terbangun dengan shalat”, maka berkata orang yang lain “Ash Shalah. Ash Shalah” maka tiba-tiba beliau terbangun dan mengatakan :
لاَ حَظٌّ فِيْ الإِسْلاَمِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ
“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat”, kemudian beliau melaksanakan shalat dengan luka yang terus mengeluarkan darah.
3. Utsman bin Affan رضي الله عنه Diriwayatkan bahwa beliau senantiasa menghidupkan malam-malamnya dengan melaksanakan shalat tahajjud, dan diriwayatkan bahwa beliau menamatkan Al Qur’an disetiap raka’atnya
4. Abdullah bin Umar رضي الله عنهما Beliau adalah seorang shahabat yang tidak pernah tidur di malam hari guna melaksanakan shalat malam
5. Abdullah bin Zubair رضي الله عنهما Diriwayatkan bahwa beliau apabila melaksanakan shalat bagaikan sebatang pohon kayu yang tegak dan tidak bergerak, dan ketika beliau ditanya tentang shalatnya, beliau berkata “Saya juga telah melihat Abu Bakar melakukan hal yang demikian”, hingga diriwayatkan bahwa ada seorang salaf yang setiap melaksanakan shalat selalu dalam keadaan demikian (bagaikan batang pohon yang tidak bergerak), sehingga ada seorang anak kecil yang mengiranya sebagai pohon kayu, maka ketika orang salaf itu wafat lalu bertanyalah anak itu kepada ayahnya “Kemanakah perginya pohon kayu yang tegak dulu di dekat rumah kita ?”
6. Said bin Musayyib رحمه الله Beliau adalah seorang yang alim di zaman Tabiin, sehingga diriwayatkan bahwa beliau selama 50 tahun melaksanakan shalat shubuh dengan menggunakan wudhu shalat Isya’ dengan kata lain bahwa beliau tidak tidur disetiap malamnya selama 50 tahun, beliau berkata :
مَا أَذَّنَ اَلْمُؤَذِّنُ مُنـْذُ ثَلاَثِيـْنَ سَنَةٍ إِلاَّ أَنَا فِي الْمَسْجِدِ
“Tidaklah muadzin mengumandangkan Adzan selama 30 tahun kecuali saya telah berada di dalam masjid” Dan diriwayatkan bahwa selama 50 tahun beliau senantiasa melaksanakan shalat secara berjama’ah dan tidak pernah melihat tengkuk manusia, hal ini menandakan bahwa beliau selalu berada di shaf pertama. Kita berdo’a kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar menjadikan kita sebagai orang-orang yang senantiasa melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
-Abu Yusuf Afandy As-Syamaaliy-
Maraji’: Shafaat Mudhiyah Min ‘Ibadatis Salaf, Ibrahim Muh. Husain Al Aliy
(Al Fikrah Tahun 2 Edisi 17)