Hakikat Kaum Bar-Bar (Al-Amazigh)
“Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertakwa diantara kalian,…” (Al Hujurat: 13).
“Diantara keunikan sejarah, Barbar yang memerangi kaum muslimin selama 25 tahun tanpa putus, mereka pula yang mengusung panji Islam ke Andalus”
(Marshal Bernard Montgomery di bukunya A History of Warfare)
Bahasan kita kali ini tentang komunitas luar biasa dari masarakat islami yang telah mempersembahkan sesuatu yang banyak terhadap Islam. Mereka merupakan elemen pejuang Islami yang berdomisili di Utara Afrika, mereka adalah masyarakat Barbar (Al Amazigh).
Sebenarnya saya sengaja menyebutkan dua nama terkenal bagi rakyat pejuang ini, karena sebagian orang memiliki gambaran yang salah terhadap elemen masyarakat yang menakjubkan ini, baik sengaja maupun tidak sengaja. Secara sejarah, orang-orang Romawilah yang menamakan suku Amazigh dengan Barbar!!. Kata Barbar bukanlah suatu aib, melainkan suatu kehormatan diatas kehormatan. Sekiranya kaum muslimin mengetahui apa yang mereka persembahkan terhadap Islam dan kaum muslimin, niscaya setiap muslim akan bercita-cita menjadi seorang Barbar.
Sebagian kita tidak tahu bahwa diantara ilmuan dan pejuang terbaik Islam berasal dari suku Barbar; Ibnu Khaldun (pencetus ilmu kemasyarakatan), Abbas bin Farnas (penemu pesawat), Yusuf bin Tasyfin (pendiri negara Murabithun di Andalus), petualang Ibnu Batutah (Penemu terbesar Islam), Ibnu Bathar, Abdul Karim Al Khattabi, Al Mu’iz bin Badis, dan selain mereka masih banyak. Meraka dari Barbar dan bangga terhadap ke-bar-barian mereka, dan kitapun bangga pada mereka, bahkan mereka adalah mahkota, dan pahlawan-pahlawan kita yang membuat kepala kita tegak di ketinggian langit.
Mungkin pertandingan sepak bola antara Jazair dan Mesir pada penyisihan piala dunia 2010 M telah menelanjangi kedangkalan pengetahuan masyarakat pada umumnya. Dan hendaknya kita akui bahwa pementik fitnah ini telah berhasil menghantam Islam dengan memecah dua kekuatan umat Islam yang tercatat dalam sejarah. Tidak ada keraguan sedikitpun pada diri saya, bahwa mereka yang menyifati Barbar dengan seburuk-buruk sifat, sangat mengenal hakikat sebenarnya dari elemen masyarakat Islam ini.
Sebagai seorang junalis saya teringat perkataan seorang presenter dungu yang mencaci Barbar secara terang-terangan melalui siarannya. Bahkan saya sangat ingat ketika ia meneasehati saya untuk berhati-hati dari orang-orang Amazin (dengan “n” bukan “gh”) dan kedengkiannya terhadap kaum muslimin!.
Berdasarkan pengamatan melalui internet pada waktu itu, saya mendapati secara jelas jemari penjajah Prancis disatu sisi, dan jemari salibis disisi yang lain memantik fitnah antara kaum muslimin. Lucunya syiah rafidhah (seperti kebiasaan mereka) menyulut api fitnah tersebut!.
Saya sangat yakin behwasanya orang-orang yang menghujam Barbar pada dasarnya hanya ingin menghujam Islam. Namun Prancis telah gagal memecah belah Islam dan Barbar ketika masa penjajahannya terhadap Jazair. Walupun mereka berusaha mengingatkan suku Barbar akan asal mereka yang lebih dekat ke Prancis daripada Arab, mereka tetap menemui kegagalan yang menyedihkan. Cukuplah untain kata yang diucapkan Ibnu Badis menjadi bukti keislaman rakyat Jazair: “rakyat Jazair rakyat Isalami, kepada Arab mereka bernisbat”. Lihatlah keagungan masyarakat yang rido terhadap bahasa Al Quran, tanpa melupakan kehormatan asal mereka. Mereka berpegang teguh dengan keislaman, walaupun gerekan kristenisasi datang silih berganti.
Beberapa tahun belakangan ini, Iran berpacu dengan gerakan Kristenisasi demi memurtadkan dan menyebarkan paham syi’ah diantara orang-orang Amazigh. Kerajaan Marokopun memutuskan hubungan diplomatik terhadap Iran pada tahun 2009 M, setelah terungkap gerakan Shafawiyah menyebarkan paham syi’ah terhadap fakir miskin Barbar melalui harta dan cara-cara yang menjijikkan. Namun elemen masyarakat pejuang ini tetap bergerak menuju pemahaman Islam yang benar setiap harinya meskipun musuh sudah mengusahakan segala cara, –segala puji bagi Allah-. Maka gagallah segala usaha yang menjauhkan Barbar dari Islam yang diajarkan kakek-kakek mereka terdahulu di belantara Afrika dan dataran Eropa.
Betapa agungnya agama ini dan betapa menariknya!. Agama yang memikat hati dan merasuk kedalam jiwa, yang merubah seorang yang sebelumnya musuh dan lawan menjadi teman dekat. Demi Allah, saya tidak heran terhadap mereka yang berusaha mendistorsi1 agama ini, akan tetapi yang mengherankan jika mereka tidak melakukan itu. Islam agama menakjubkan yang berhasil menggabungkan antara kesederhanaan keyakinan dan kesempurnaan syari’at yang menjamin kebahagian manusia. Seandainya mereka membiarkan manusia mengetahui hakikat islam, maka mereka akan memeluk Islam bak gelombang yang datang silih berganti. Maka distorsi terhadap Islam merupakan suatu keharusan bagi mereka, agar kemurnian Islam tidak sampai kepada masyarakat mereka yang lemah, dan kekuasaannya mereka akan lenyap. Inilah agama menakjubkan yang merubah masyarakat keras secara fitrah seperti suku Amazigh menjadi muslim secara sempurna, bahkan bukan hanya itu, melainkan mereka sebarkan agama ini di Eropa!.
Maka siapakah tokoh Amazigh yang menaklukkan Andalus?, dan apakah hakikat dari ucapan yang disandarkan padanya (sebagaimana yang kita pelajari di sekolah) ; “lautan dibelakang kita, musuh dihadapan kita”.
Mengapa hal ini tersebar diantara kita, hingga menjadi sebuah pepatah diantara kaum muslimin?.
Bagaimana kisah perang lembah Barbath2 yang tak lekang dimakan waktu, yang mencatatkan lembaran sejarah baru yang mana lembarannya masih dituliskan hingga hari ini?.
Selanjutnya…
Dari buku : 100 Tokoh Islam Karya Jihad Al-Turbani.
Alih Bahasa: Abu Abdillah Al Bonjowiy
[divider style=”solid” top=”20″ bottom=”20″]
1 Memutar balikkan suatu fakta.
2 Perang lembah Lakkah, atau Guadalete.