Makassar – Unit Lingkungan Hidup DPP WI menghadirkan guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Prof Veni Hadju sebagai narasumber pada Webinar ketahanan pangan III, Sabtu (27/03/2021).
Webinar yang dilaksanakan melalui aplikasi ZOOM Meeting ini membahas tema seputar “Diversifikasi nutrisi: Kelor sebagai Konsumsi Harian Bangsa”.
Pada Webinar ini, Prof Veni Hadju dengan spesifikasi sebagai ahli nutrisi berharap ibu dan anak sehat melalui konsumsi kelor yang dikenal dengan nama ilmiah Moringa Oleifera.
Beliau memaparkan studinya yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir dan studi peneliti lain yang menunjukkan tingginya nutrisi dan khasiat yang ada pada kelor khususnya pada daun.
Prof Veni memulai pembahasan kandungan gizi pada kelor dengan merujuk pada buku yang ditulis oleh Fuglie LJ (1999): The Miracle Tree: Moringa Oleifera. Berdasarkan buku tersebut, kandungan kalium pada daun kelor adalah 3 kali (basah) dan 15 kali (kering) dibandingkan buah pisang; dimana pisang menjadi pilihan utama yang dianjurkan ahli nutrisi ketika kekurangan unsur kalium. Untuk Vitamin A, kelor juga mengungguli wortel dengan 4 kali dan 10 kali pada kondisi daun basah dan kering secara berurut. Untuk penderita anemia (kekurangan zat besi), nutrisi kelor 25 kali lebih besar dibanding bayam. Demikian pula dengan unsur kalsium dan protein, tanaman Moringa Oleifera ini mengungguli susu dan yogurt.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Guru Besar FKM UNHAS ini, 6 kg daun kelor basah (segar) akan menghasilkan 1 kg daun kelor kering. Beliau telah melakukan perbandingan nutrisi untuk setiap 100 g antara kelor basah dan kering untuk kandungan protein, lemak, betakaroten (Vit. A), tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin (B3), vitamin C, kalsium, kalori, karbohidrat, fosfor, serat, zat besi, magnesium, kalsium, dan seng.
Sebagai tambahan, lanjut Prof Veni, pada daun Moringa Oleifera juga memiliki kandungan fitokimia (senyawa antioksidan) yang lengkap yaitu tanin, flavonoid, polifenol dan saponin masing-masing (g/kg) 14, 0.531, 16, dan 50, senyawa antioksidan ini sangat berperan dalam menunjang proses penyembuhan penderita diabetes, hipertensi, dan kolesterol.
“Penelitian lain yang telah diterbitkan di jurnal internasional dari 2002-2009 (5 jurnal) membuktikan bahwa kelor memiliki beragam kegunaan untuk proses penyembuhan (multiple medical use),” terang Prof Veni.
“Beberapa penelitian di Afrika dari 2001-2009, konsumsi kelor digencarkan untuk melakukan pencegahan terhadap malnutrisi (kekurangan gizi). Permintaan kelor juga diakui semakin meningkat karena kelor sudah digunakan untuk bahan baku obat dan kosmetik,” kutipnya.
Ahli gizi FKM UNHAS ini memberikan rekomendasi dosis untuk konsumsi kelor yaitu 2 kapsul di pagi dan 2 kapsul di malam hari, dimana setiap kapsul mengandung 500 mg daun kelor bubuk.
Pada bagian akhir sesi, Veni Hadju menunjukkan hasil penelitiannya terkait tepung (daun) kelor hubungannya dengan Ibu Hamil dan Bayi. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa (1). Anemia pada Ibu Hamil akan berkurang bahkan hilang dengan konsumsi tepung kelor (2). Tingkat stres ibu hamil juga menurun berdasarkan penurunan kadar kortisol (3). Bobot bayi dan volume ASI juga turut meningkat dengan pemberian ekstrak kelor.
“Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka tanaman Moringa Oleifera sangat potensial untuk melawan malnutrisi dan stunting. Pada perkembangan selanjutnya, saya bekerjasama dengan ahli makanan untuk mengolah kelor sebagai panganan sehingga kelor dapat dikonsumsi dalam bentuk kue dan puding melalui subtitusi tepung kelor,” papar Prof Veni.
Melalui Webinar ini, Prof Veni Hadju memberikan harapan besar agar Wahdah Islamiyah yang telah eksis di seluruh provinsi di Indonesia dapat menjadi motor dalam pengembangan tanaman kelor kedepannya baik untuk pangan, obat, dan kosmetik. (*rls)