GENERASI PERINTIS DAKWAH DAN PERADABAN

Date:

GENERASI PERINTIS DAKWAH DAN PERADABAN

Menurut Imam Abu Zur’ah Ar Raaziy, seorang ulama hadits terkemuka, total jumlah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam 114 ribu orang. Sekitar itulah jumlahnya. Jumlah yang besar, tentunya.

Bagi kita yang umumnya awam, tak banyak dari mereka yang kita kenal. Bukan semata karena faktor kajian kita yang mungkin sangat minim. Tapi juga karena yang benar-benar populer serta memainkan peran yang sangat berarti di kalangan sahabat itu, tak sebanyak jumlah tersebut.

Sahabat-sahabat Nabi radhiyallahu ’anhum yang jumlahnya lebih dari seratusan ribu itu, tidak memiliki prestasi yang sama. Masing-masing memainkan peran sesuai dengan posisi dan kapasitas mereka.

Untuk itu, ulama-ulama hadits sendiri membuat kategorisasi sahabat-sahabat itu. Walaupun akhirnya ulama-ulama itu berbeda-beda juga dalam menentukan kriteria. Ada yang melihat dari segi siapa yang lebih awal masuk Islam, ada yang melihat dari segi siapa yang hijrah lebih dulu, ada pula dari segi keikutsertaan dalam perang-perang besar Rasulullah, dll.

Bagi kita, yang sementara mungkin lebih relevan adalah yang berkaitan secara khusus dengan dakwah dan perubahan sosial. Terutama dalam konteks bahwa sahabat-sahabat Nabi itu adalah generasi perintis yang dari sanalah awal dakwah serta lahirnya peradaban Islam dan kemanusiaan yang utama.

Membaca dan memetakan prestasi serta kompetensi utama ”generasi printis” tersebut, setidaknya ada tiga segi yang sangat menonjol.

Pertama, keilmuan. Tak sulit untuk memahami betapa segi ini demikian menonjol. Ajaran-ajaran Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam sudah pasti tak akan terwariskan, setelah taufiq dari Allah, tanpa etos keilmuan yang besar dari murid-murid beliau. Lantaran itu, sejak dini, Nabi telah menanamkan pada diri sahabat-sahabatnya kesadaran tentang tanggung jawab keilmuan yang kelak akan mereka emban.

Tak sulit untuk menginventarisasikan nama-nama dari ulama-ulama brillian serta ahli-ahli fatwa di kalangan sahabat. Hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, misalnya, lebih 5300 hadits. Murid-muridnya saja, yang tercatat, ada 300 orang. Sahabat yang lain, Anas bin Malik, meriwayatkan lebih 2000 hadits.

Dari banyak ulama sahabat, dikenal ahli-ahli fatwa yang utama. Seperti Ibnu Abbas, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit, dll. Ada juga yang disebut sebagai: ’abadilah, atau ulama-ulama sahabat yang nama awalnya adalah ”Abdullah”.

Kedua, politik dan pemerintahan. Selain sebagai pembawa ajaran langit, Rasulullah juga berperan sebagai negarawan yang handal. Dari madrasah tarbiyah beliau, lahir politisi-politisi (syar’iyyah) kawakan.

Empat dari sahabat Nabi yang terutama, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, adalah khalifah-khalifah sepeninggal beliau. Periode pemerintahan para khalifah ini bahkan dinobatkan sebagai salah satu periode normatif politik Islam oleh para ulama.

Di samping para khalifah, ada juga sahabat-sahabat Nabi yang diutus menjadi gubernur di wilayah-wilayah. Tradisi ini dilakukan sejak zaman Nabi, kemudian sahabat-sahabatnya setelah itu. Hal ini, terutama untuk mengantisipasi semakin luasnya wilayah kekhalifahan secara geografis.

Kita kemudian mengenal nama-nama gubernur besar seperti Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Syam, Amr bin Al ’Ash di Mesir, Mu’adz bin Jabal di Yaman, dll.

Keberhasilan mengelola pemerintahan itu tentu tak lahir begitu saja. Perlu kecerdasan, pengalaman yang teruji, karakter yang kuat, kompetensi manajerial yang handal, visi yang jelas, serta fiqh yang mendalam

Bayangkanlah, betapa besar kesuksesan Rasulullah yang telah berhasil menggembleng kader-kadernya. Mereka yang lahir dari bahan baku masyarakat yang awalnya jahiliyyah, berubah menjadi negarawan-negarawan yang berhasil memimpin bangsa-bangsa.

Ketiga, keperwiraan dan militer. Dakwah Islam telah ditakdirkan untuk senatiasa menghadapi tantangan. Tak terkecuali, dakwah Nabi dahulu. Terlebih lagi ketika komunitas muslim awal yang dirintis Rasulullah baru saja memancangkan eksistensi peradaban mereka.

Oleh karena itu, segera setelah syariat Jihad ditetapkan, perwira-perwira Islam yang gagah berani dari kalangan sahabat tampil. Dari sana juga lahir panglima-panglima besar yang harum namanya masih semerbak hingga kini.

Sejak kecil, setiap muslim telah sangat akrab dengan nama-nama sebagian mereka. Kita tentu sangat masih hapal kepahlawanan tokoh-tokoh semacam Ali bin Abi Thalib, Hamzah bin Abdulmutthalib, Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Jarrah, dll.

Uniknya, keharuman nama mereka bukan semata karena keberanian serta keperwiraan mereka. Namun juga karena bingkai akhlak yang menghiasi keberanian itu. Aspek yang satu ini, tak berbeda dengan tokoh-tokoh ulama dan negarawan yang kita singgung sebelumnya.

Bercermin kepada generasi perintis tersebut, adakah yang akan memetik pelajarannya?

H. Ilham Jaya Abdul Rauf, Lc

(Direktur Ma’had Aly Al Wahdah)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Buka Dapur Umum di Gaza Palestina, Ribuan Porsi Makanan Siap Saji Didistribusikan Se Khan Yunis

GAZA, wahdah.or.id – Momen gencatan senjata selama sepekan dimanfaatkan...

Ustadz Yusran Anshar Sebut Dakwah dan Tarbiyah Adalah Jihad yang Utama Sekarang

MAKASSAR, wahdah.or.id - Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah Ustaz...

Wahdah Islamiyah Ajak Kader Ikut Atasi Masalah Lingkungan dengan Menanam Pohon

MAKASSAR, wahdah.or.id - Musyawarah Kerja Nasional XVI Wahdah Islamiyah...

Hadiri Mukernas XVI Wahdah Islamiyah, Prof Waryono Dorong LAZ Lebih Optimal dalam Gerakan Zakat dan Wakaf

MAKASSAR, wahdah.or.id – Prof Waryono Abdul Ghafur, selaku Direktur...