MAKASSAR – Perluas jaringan kerjasama, Wahdah Islamiyah melalui satuan tim kebencanaannya Wahdah Peduli (WP), menggelar audiensi bersama Komite Internasional Palang Merah atau yang dalam bahasa asing disebut The International Committee of the Red Cross (ICRC), di Kantor DPP Wahdah Islamiyah, Jalan Antang Raya No. 48 Makassar, Kamis (20/02/2020).
Tim ICRC yang diwakili oleh Ahmad Nashrullah selaku Program Manager for Humanitarian Affairs, diterima oleh Ketua Departemen Sosial DPP Wahdah Islamiyah sekaligus Ketua Umum Wahdah Peduli, Ustad Muhammad Musri Madung.

Turut hadir beberapa pengurus WP antara lain Muhammad Syukri Turusi, Mujahid Amiruddin Abdullah, Andi Bangsawan, Harun Sholeh, dan Rustam Hafid.
Mengawali pembicaraan, Musri Madung mengatakan bahwa Wahdah Islamiyah selama ini selalu turun dalam setiap bencana.

“Sejak tahun 2004 di Aceh, Wahdah turun dan hingga beberapa bencana besar terakhir seperti di Lombok, Palu, dan Banten,” tambah Ustaz Musri sapaan akrabnya.
Lebih lanjut mengenai Wahdah Peduli (WP), Wakil Ketua WP Muhammad Syukri menambahkan, sudah ada 300 lebih tim SAR terlatih yang dimiliki Wahdah Islamiyah di beberapa daerah se Indonesia yang selalu menjalani pembinaan.
“Kami selalu interkoneksi dengan lembaga pemerintah, diantaranya adalah BASARNAS, BPBD dan Organisasi relawan nasional. Alhamdulillah hari ini kami kedatangan tim ICRC, relawan internasional, jadi koneksi baru bagi kami,” ungkap Syukri sapaan akrabnya.
Di dalam Wahdah Peduli lanjut dia, ada beberapa cluster, antara lain cluster Medis, SAR, Education, dan Logistik. Dia berharap ke depan, bersama ICRC terjalin kerjasama-kerjasama di bidang kemanusiaan.
Ahmad Nashrullah perwakilan ICRC mengatakan, pihaknya selama ini sudah menjalin kerjasama dengan beberapa ormas Islam seperti Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

“Sekarang kami berinisiatif ke Wahdah Islamiyah karena Ingin belajar dari Wahdah Islamiyah, khususnya Wahdah Peduli,” ujar Nashrullah.
Dia menjelaskan, ICRC memiliki tugas pokok untuk penyaluran bantuan kemanusiaan ketika perang terjadi, misal di Indonesia adalah ketika konflik Aceh dan Poso awal tahun 2000an silam.
“Ke depan insya Allah kerjasama awalnya adalah saling mengundang untuk menghadiri atau kerjasama kegiatan masing-masing, Wahdah Peduli dan ICRC,” ungkap Nashrullah.
Syukri Turusi kemudian memaparkan program kerja yang akan dilaksanakan oleh Wahdah Peduli, selain Pelatihan Bantuan Hidup Dasar yang akan dilaksanakan pada bulan Maret. Program selanjutnya kata dia adalah kajian Fiqih kebencanaan.
Dia berharap ICRC bisa bekerjasama dengan Wahdah Peduli untuk pelaksanaan kegiatan ini.
“Itu menarik, karena di Muhammadiyah sudah dikeluarkan majelis tarjih, dari konsep sampai teknis pelaksanaan shalat ketika bencana. ICRC sudah melakukan audiensi dengan Muhammadiyah untuk bisa saling berkonsultasi. Dengan Wahdah insya Allah bisa. Kami memiliki pakar forensik, insya Allah bisa berkomunikasi nanti dengan Wahdah Islamiyah, baik Wahdah Peduli maupun Dewan Syariah nya,” ujar Nashrullah, perwakilan ICRC ketika menanggapi program yang direncanakan WP.
Dia melanjutkan, ketika ada bencana, hal terpenting adalah menghargai perasaan para korban. “Misal baru kehilangan keluarganya, tetiba dikatakan ini adalah pengaruh azab, kan kasihan, karena masih dalam kondisi bencana. Walaupun dalam agama bagus dalam sisi muhasabah, tapi perlu fase-fase kapan itu pantas untuk disampaikan, ini contoh fikih kebencanaan,” pungkas dia.

“Saya senang sekali, terimakasih sudah diterima. Mudah-mudahan bertemu lagi nanti,” tutup Nashrullah.
ICRC adalah lembaga kemanusiaan swasta yang berbasis di Jenewa, Swiss. Negara-negara peserta (penanda tangan) keempat Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 dan 2005, telah memberi ICRC mandat untuk melindungi korban konflik bersenjata internasional dan non-internasional. Termasuk di dalamnya adalah korban luka dalam perang, tawanan, pengungsi, warga sipil, dan non-kombatan lainnya. (*RH)