Internet memang sangat bagus. Tapi ia berkembang dengan sangat cepat dan dengan cara yang tidak teratur. Internet tidak dibuat untuk anak-anak, meski anak-anak adalah salah satu penggunanya yang paling banyak (Anne Longfield, Children’s Commissioner). Ketika melihat fonomena masa kini salah satu wasilah/sarana untuk mengakses internet adalah Gadget.
Sebahagian orang tua nyaris kurang memperhatikan dan bahkan tidak menggubris ketika anaknya lebih banyak bersama gedgetnya. Ketika hal tersebut terbiarkan maka lambat laun anak-anak mereka akan ketergantungan dengan gadget.
Gedget sepertinya sudah menjadi kebutuhan pokok di zaman ini, apatahlagi dalam pembelajaran online semasa pandemi covid 19, sadar atau tidak disadari anak-anak kita telah banyak mengalih fungsikan pada hal yang sia-sia.
Hal sia-sia yang bisa kita lihat di zaman ini di antaranya adalah anak-anak banyak memanfaatkan fasilitas gedgetnya pada aplikasi games dengan ragam variannya. Tentu ini semua menjadi keprihatinan bersama kita terhadap anak-anak sebagai investasi terbaik bagi orang tuanya.
Tentu, mucul pertanyaan, mengapa anak di zaman ini begitu suka bermain games?
Pertanyaan ini ketika melihat realiata kecanduan games pada anak, paling tidak penulis melihatnya ada 6 sebab, diantaranya;
(1). Anak berada pada usia bermain,
(2). Sedang ekpolaerasi dengan rasa ingin tahu yang tinggi,
(3). Gadget disediakan oleh orang tua,
(4). Games itu seru, menarik dan penuh tantangan,
(5). Menyediakan kebutuhan psikologis yang tidak anak dapat di dunia nyata,
(6). Ada rasa selau ingin dan senang berkompetisi.
Dari keenam alasan mengapa anak kecanduan games tersebut, perlu menjadi titik perhatian bagi setiap orang tua agar memahami bersama dampak negatif yang ditimbulkan dari perilaku kecanduan tersebut.
Penulis memandang diantara dampak negatif dari kecanduan gadget pada anak, khususnya yang bersifat mainan seperti games adalah radiasi dari gadget serta efek cahaya layar dapat menggagu perkembangan otak anak serta gangguan penglihatan mata serta masih banyak lagi dampak lain yang dirasakan orang tua terhadap anak yang kecanduan games.
Ibu Ely Risman seorang psikolog selalu mengingatkan khlayak umum yang tidak sadar dan tidak memiliki kepekaan bahkan cenderung abai terhadap prilaku anak yang kecanduan gadget khusunya pada permaian games, bahwa bencana yang paling berbahaya adalah ketika kita tidak menyadari adanya bencana.
Kecanduan gadget pada permainan games, tentu kita sepakat para orang tua, itu adalah bencana yang perlu mendapat jalan keluar terhahap anak yang terlanjur terpapar dan menjadi pencegahan terhadap anak yang belum terpapar.
Jalan keluar untuk menjadi perhatian bersama adalah, bagaimana setiap orang tua memahami bahwa manusia itu adalah mahluk Allah yang lahir premature, sehingga membutuhkan banyak bantuan dan kasih sayang.
Manusia juga adalah di antara makhluk yang “agak bandel”, sehingga orang tua harus mengambil peranan sebagai guru pertama dan utama pada anak-anak kita untuk selalu memberi edukasi secara komprehensif / terus menerus mengedukasi tentang perintah dan larangan dalam syariat agama ini, sebagaimana ditunjukkan dalam Al-Qur’an surah Ar-Rahman (Allah yang Maha Pengasih ).
Orang tua sebagai guru utama dan pertama pada anak, tidak boleh minim kasih sayang pada pendampingan tumbuh kembang anak-anak kita sebagai investasi terbaik dunia dan akhirat. Tidak boleh ada kata terlambat apatahlagi orang tua terlarut pada kesedihan, kecewa atau marah melihat prilaku anak-anak yang terpapar pada kecanduan games.
Kita dan para orang tua perlu ada usaha maksimal yang terbarengi pengharapan serta tawakkal dengan meminta stok kasih sayang dari Allah, sebagaimana hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa Allah itu menciptakan 100 rahmat, 1 diletakkan didunia sehingga terjalin kasih sayang untuk semua mahluknya serta masih tersisa 99 rahmat disisi Allah.
Kasih sayang itu bukan berarti memanjakan fasilitas gadget dengan berlebihan, tetapi fasiltas itu yang menjadi kebutuhan pokok anak di zaman ini perlu terbangun sinergi antara guru di sekolah agar sejak dini bisa mendeteksi temuan-temuan yang kurang tepat pada gadget anak-anak kita, apalagi dalam situasi pandemi covid 19, guru dari satuan pendidikan anak-anak kita begitu sulit mengontrol anak-anak kita karena anak telah dibersamai secara fisik oleh orang tuanya selama 24 jam di rumah.
Pilihan masa depan dari kesuksesan anak-anak kita ada ditangan para orang tua ba’dallah tentunya, maka repotnya orang tua mendampingi tumbuh kembang anak-anak kita adalah bentuk kepedulian bersama untuk menuai hasil semasa orang tua telah meninggal dunia dan anak tetap bisa mengalirkan pahala jariyah untuk sang Ibu dan Ayah.
Oleh: Muh. Ilyas, S.Pd., Gr
(Pengurus LPPAR DPP Wahdah Islamiyah dan Kepala SMA-TQ Wahdah Islamiyah Anabanua Wajo)