FLUKTUASI IMAN

Date:

Oleh: Rachmat Badani Lc., M.A

Salah satu pembahasan bab keimanan di dalam agama Islam adalah fluktuasi iman seorang muslim, bahwasanya iman tidaklah konstan melainkan ia dapat bertambah ataupun berkurang. Karenanya Imam Bukhari rahimahullah mengangkat sebuah bab khusus yang diberi judul “Kitab Al-Iman, Bab sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,Agama islam ditegakkan di atas 5 perkara.”[1] Dan iman itu merupakan perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ

Artinya: “Untuk menambah keimanan atas keimanan mereka yang telah ada.”[2]

وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

Artinya: “Dan Kami (Allah) tambahkan petunjuk kepada mereka.”[3]

وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى

Artinya: “Dan Allah akan menambahkan petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.”[4]

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Artinya: “Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka.”[5]

وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا

Artinya: “Dan agar orang-orang yang beriman semakin bertambah imannya.”[6]

وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا

Artinya: “Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka.”[7]

Imam Tirmidzy rahimahullah juga menyebutkan dalam kitab Sunannya, “Bab kesempurnaan Iman seseorang, bertambah dan berkurangnya, kemudian beliau menyebutkan hadits ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya sesempurna keimanan orang-orang yang beriman adalah yang paling baik akhlaknya dan yang paling lembut kepada keluarganya”.[8] Dan hadits, “Wahai sekalian wanita, bersedekahlah kalian”, sebagaimana disebutkan pula oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahihain. Dalil dari hadits tersebut melalui sabda Rasulullah, “Aku tak pernah melihat orang-orang yang kurang akal dan agamanya bagi mereka yang berpikir dari kalangan wanita.”[9]

Imam Tirmidzy juga menyebutkan hadits Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu sebagaimana disebutkan pula dalam Shahihain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Iman memiliki 70 pintu lebih, pintu yang terendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan, dan yang tertinggi adalah ucapan Laa ilaaha illallah.”[10]

Imam Nasai rahimahullah berkata, “Bab bertambahnya Iman seseorang” kemudian beliau mengangkat hadits syafa’at yang menunjukkan bahwa kaum mukminin berbeda-beda tingkatan mereka disebabkan iman mereka yang bertingkat-tingkat pula.

Hadits yang serupa juga datang dari sahabat Abu Sa’iid Al-Khudry radiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya aku bermimpi melihat umat manusia sedang mereka memakai pakaian, diantara mereka ada yang pakaiannya sebatas dada, adapun ‘Umar bin Khattab maka ia memakai pakaian yang sangat panjang hingga ia menyeretnya”, para sahabat kemudian bertanya, “Seperti apakah takwil anda terhadap mimpi tersebut wahai Rasulullah?”, beliau menjawab: “Agamanya”.[11]

Imam An-Nasai kemudian menyebutkan riwayat ‘Umar bin Khattab tentang turunnya firman Allah:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu’’. [12]

Imam Bukhari dan Abu Daud serta ulama hadits lainnya juga menyebutkan riwayat ‘Umar ini dan ucapannya tatkala seorang yahudi berkata kepadanya, “Andai ayat ini turun kepada kami, niscaya akan kami jadikan hari turunnya ayat ini sebagai hari raya”, ‘Umar berkata, “Sungguh kami mengetahui hari dan tempat turunnya ayat ini kepada Rasulullah, dimana beliau sedang berdiri di padang ‘Arafah pada hari Jumat.”[13]

Imam Muslim meriwayatkan dari Handzalah Al-Usaidy radiyallahu ‘anhu bahwasanya ia dahulu ditugaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penulis wahyu Al Quran. Suatu ketika Handzalah bertemu dengan Abu Bakar As-Siddiq radiyallahu ‘anhu maka beliau bertanya, “Bagaimana kabarmu wahai Handzalah?”, Handzalah menjawab, “Ia (maksudnya dirinya) telah munafik”. Abu Bakar kemudian bertanya kembali, “Subhaanallah, mengapa kamu berkata seperti itu?”, Handzalah menjawab, “Ketika kita bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia mengingatkan kita tentang neraka dan syurga hingga seakan-akan kita dapat melihat keduanya, namun apabila kita beranjak pergi dari sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, istri-istri dan anak-anak menyibukkan kita hingga lupa akan peringatan Rasulullah.”

Abu Bakar As-Siddiq akhirnya menimpali, “Demi Allah, sungguh hal ini pulalah yang kita (Abu Bakar) dapati”, maka keduanya segera menemui Rasulullah, hingga Handzalah berkata, “Handzalah telah munafik wahai Rasulullah”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Mengapa hal itu terjadi?”,  Handzalah menjawab, “Ketika kami  bersamamu, anda mengingatkan kami  tentang Neraka dan Syurga hingga seakan-akan kami dapat melihat keduanya, namun apabila kami  beranjak pergi dari sisimu, maka istri-istri dan anak-anak menyibukkan kami hingga lupa akan peringatanmu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, seandainya keadaan (iman) kalian senantiasa konstan sebagaimana kalian berada di sisiku dan saat berdzikir, niscaya para malaikat akan menyalami kalian di ranjang dan di jalanan, akan tetapi sesaat dan sesaat wahai Handzalah.”

Oleh karena dalil-dalil yang sangat banyak di atas maka para ulama kemudian berijma’ bahwasanya iman mencakup perkataan dan perbuatan, ia dapat bertambah dan berkurang. Apabila iman seseorang berkurang karena ia tak berdzikir beberapa saat lamanya sebagaimana kisah Handzalah sebelumnya, maka berkurangnya keimanan itu lebih mungkin terjadi apabila ia berbuat kemaksiatan. [ed:sym]

Sumber:  Ma’arij Al-Qabul karya Syaikh Hafidz bin Ahmad Al-Hakamy rahimahullah diterjemahkan Rachmat Badani Lc., M.A.

 

[1] HR Bukhari nomor 8 dan Muslim nomor 20

[2] Qs. Al-Fath ayat 4

[3] Qs. Al-Kahfi ayat 13

[4] Qs. Maryam ayat 76

[5] Qs. Muhammad ayat 17

[6] Qs. Al-Muddatsir ayat 31

[7] Qs. Al-Ahzab ayat 22

[8] Hadits dengan lafadz ini dilemahkan karena sanadnya yang terputus sebab ia diriwayatkan dari jalur Abu Qilabah, dari ‘Aisyah, sedang Abu Qilabah tak pernah mendengarkan hadits dari ‘Aisyah. Namun datang dari jalur yang lainnya dengan sanad yang hasan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari sahabat Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu.

[9] Adapun kurangnya akal mereka karena kesaksian seorang wanita ialah separuh dari kesaksian seorang pria, sedang kurangnya agama mereka karena haid menghalangi mereka untuk berpuasa dan shalat.

[10] Disebutkan dalam riwayat lainnya dengan lafadz “60 pintu lebih”, juga dalam riwayat Muslim dengan lafadz “cabang” dan bukan pintu.

[11] HR Bukhari nomor 23, Muslim nomor 2390 dan An-Nasai nomor 5011. Maksudnya bahwa agama ‘Umar bin Khattab radiyallahu ‘anhu yang baik dan kokoh digambarkan dengan pakaian panjang menjulur yang ia kenakan tersebut.

[12] QS Al-Maidah ayat 3

[13] HR Muslim nomor 2750. Artinya iman tidak konstan, kadang ia bertambah dan kadang pula ia berkurang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Berlimpah Ilmu, Doktor Hadits Alumni Madinah Beberkan Tips Pahala War Di Bulan Ramadan

MAKASSAR, wahdah.or.id - Pakar Hadis dan alumni Program Doktoral...

Perkuat Pemahaman Keagamaan dan Persiapan Sambut Ramadan, Ini Enam Materi yang Didapat Peserta PSR

MAKASSAR, wahdah.or.id -- Dewan Pengurus Pusat (DPP) Wahdah Islamiyah...

170 Jiwa Terdampak, Relawan Wahdah Peduli dan WIZ Bantu Evakuasi Korban Banjir di Makassar

MAKASSAR, wahdah.or.id - Banjir kembali menerjang dua kecamatan di...

Spesial! Angkat Tema “Bahagia”, PSR di Makassar Hadirkan Enam Pemateri Doktor Lulusan Timur Tengah

MAKASSAR, wahdah.or.id - Bulan Ramadan 1446 H/2025, kehadirannya kini...