Diantara faktor penyebab futur dari jalan dakwah adalah hidup menyendiri dari jama’ah.
Islam adalah agama yang bersifat jama’i. Hampir tidak ada tempat bagi kehidupan menyendiri di dalamnya. Manifestasi kejamaahan di dalam Islam tak dapat dihitung. Shalat bersifat jama’iyah. Zakat adalah suatu bentuk solidaritas jama’i antara orang-orang kaya dengan orang-orang fakir, Puasa dan haji juga demikian, sebagaimana sabda Nabi;
“Puasa kalian adalah hari kalian semua berpuasa. Berbuka kalian adalah hari kalian semua berbuka. Dan (hari) qurban kalian adalah hari kalian semua berqurban.
Bahkan proses kejadian manusia pun tak lepas dari sifat jama’i ini. la adalah hasil sinergi dari seorang laki-laki (suami) dengan seorang perempuan (istri). Meskipun sebenarnya Allah Mahakuasa untuk menciptakan manusia dari salah satunya. Allah telah menciptakan Hawa dari Adam, menjadikan Isa terlahir dari rahim Maryam, dan bahkan menciptakan Adam dari tanah.
Pun jika kita perhatikan, hampir semua perilaku Rasulullah dikerjakan secara berjamaah. Tentang saat makan beliau bersabda, “Berkumpullah di saat makan, semoga Allah memberkati kalian di dalamnya.” 29
Beliau melarang tidur, tinggal di sebuah rumah, atau bepergian sendirian.
Jika pengaruh perilaku berjamaah dalam urusan dan dunia kita seperti ini, lantas bagaimana pengaruhnya berkenaan dengan penjagaan Agama kita? Ada banyak ayat dan hadits yang mempertegas hal ini. Diantaranya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai” (Ali ‘Imrân (3): 103)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbu dosa dan permusuhan.” (Al-Ma’idah [5]: 2)
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas!” (Ali Imrân (3): 105)
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi terpecah) dalam golongan golongan, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. Sesungguhnya urusan mereka (terserah) kepada Allah.” (Al-An’âm [6]: 159)
“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Ar-Rum [30]: 31-32)
Rasulullah bersabda:
عليكم بالجماعة وإياكم والفرقة فإن الشيطان مع الواحد و الإثنين أبعد من أراد بحبوحة الجثة قيم الجماعة
“Hendaklah kalian (berkomitmen) kepada jamaah dan jauhilah berpecah-belah! Sesungguhnya setan itu bersama yang sendirian dan lebih jauh dari yang berdua. Barangsiapa menginginkan tengah-tengah surga, hendaklah dia melazimi jamaah,”
Beliau juga bersabda, “Aku perintahkan kalian untuk mendengar, taat, hijrah, jihad, dan berjamaah. Sesungguhnya barangsiapa meninggalkan jamaah barang sejengkal lalu dia mati, maka kematiannya itu adalah kematian jahiliyah.”
Ali bin Abu Thalib berkata, “Keruhnya jamaah lebih baik daripada beningnya sendirian.”
Dari sini jelaslah bagi kita bahwa jamaah adalah pokok. Dan yang dimaksud di sini adalah Jamaatul Muslimin atau Jamaah Ahlussunnah wal Jamaah atau Thaifah Manshurah atau Firqah Najiyah atau Jamaah yang berpegang teguh pada manhaj Rasulullah dan para sahabat.
Maka barangsiapa menyimpang dari pokok yang besar ini dan lebih mementingkan kehidupan pribadi dan menyendiri, sungguh dia sedang berhenti di tengah jalan. Kekuatannya akan melemah dan semangatnya akan meredup. Dia akan dilanda kebosanan dan kejemuan. Keadaannya seperti tanaman yang tercabut dari media tanamnya. Benarlah sabda Rasulullah:
“Sesungguhnya serigala hanya memangsa kambing yang menyendiri dari kawanannya.”