Diantara faktor penyebab futur dari jalan dakwah adalah onak dan duri. Sebab jalan da’wah ilallâh adalah jalan yang penuh dengan onak dan duri, halangan dan rintangan.
Jalan itu bukanlah jalan yang terbentang mulus bagi yang melewatinya. Al Qur’an telah menerangkan masalah ini di beberapa tempat, supaya mereka yang menempuhnya benar-benar menyadarinya. Allah berfirman;
“Alif lâm mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman, dan mereka tidak diuji?” (Al-‘Ankabût [29]: 1-2)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkatalah, ‘Kapankah datang pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (Al-Baqarah [2): 214)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Âli ‘Imrån [3]: 142)
Banyak ayat yang menerangkan hal ini.
Demikian pula dengan hadits Nabi yang menegaskan tentang masalah ini. Diantaranya hadits Khabbab saat dia menemui Rasulullah yang sedang berbantalkan burdah di bawah naungan Ka’bah. Khabbab berkata, “Mengapa engkau tidak mendoakan kami? Mengapa engkau tidak memintakan pertolongan untuk kami?“.
Demikian pula ketika Rasulullah lewat di dekat keluarga Yasir yang sedang disiksa. Beliau menghibur mereka, “Sabarlah, wahai keluarga Yasir! Sesungguhnya tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah surga.
Inilah tabiat jalan ini. Bahkan ini adalah alamat kebenarannya.
Itulah sebabnya saat seorang juru dakwah ditanya tentang pengalaman dakwahnya-dia telah disiksa dan dipenjara selama bertahun-tahun-dia menjawab, “Jika bukan karena rintangan seperti ini, sungguh kami meragukan jalan kami.
Sehubungan dengan ini, terkadang sebagian orang pemula dakwahnya dan bersemangat di dalamnya, namun tidak pernah tergambar di benaknya hakikat ujian dan cobaan yang menghadang. Secara teori mungkin mereka mengerti. Bahkan bisa jadi pernah menyampaikan kajian tentangnya. Barulah keti mereka menempuh sekian langkah dari perjalanannya yang penuh berkah, hakikat jalanpun terhampar di hadapannya. Ada banyak peristiwa yang tidak pernah dipersiapkannya sebelumnya Kemudian mereka mulai berpikir dan menduga-duga. Bisa jadi saat mereka menyaksikan sebagian juru dakwah yang diuji, setan menggodanya. Berbagai permasalahan itu pun beraksi di dalam benaknya. Pengaruhnya mulai tampak pada aktivitasnya. Dan orang-orang yang dulu dikenal dengan semangat dan keaktifannya, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang sama
sekali berbeda. Jika dulu mereka adalah orang-orang yang menulis sejarah, kini hanya menjadi orang-orang yang membacanya. Sungguh, memahami sunnatullah, sunnah ujian, dan sunnah cobaan, serta memperbanyak kajian Al-Qur’an dan As-Sunnah, juga membaca sirah para Nabi dan Rasul, para juru dakwah dan mushlihin, adalah jalan selamat dari penyakit futur. Khususnya futur yang disebabkan oleh onak dan duri yang tersebar di jalan menuju Allah. Renungkanlah firman Allah,
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung!” (Ali Imran (3): 200).
Sumber: Dinukil dari Kitab Al-Futur; Al-Madzahir, Al-Asbab, Wa Al-‘Ilaj, Karya Syekh. Prof. DR. Nashir bin Sulaiman Al-Umar hafidzahullah.