Faktor Penyebab Futur (04): Ujian Berupa Istri dan Anak-anak

Date:

Diantara faktor penyebab futur adalah ujian berupa anak dan istri. Syekh Nashir al-Umar dalam kitabnya Al-Futur mengatakan, bahwa beliau pernah melakukan survai sederhana tentang faktor penyebab futur. Beliau meminta mahaiswanya menyebutkan faktor-faktor penyebab futur. Puluhan diantara mereka menyebutkan, salah satu faktor utamanya adalah pernikahan. Mereka menceritakan apa yang mereka lihat dari teman-teman dan saudara-saudara mereka. Bahkan diantara mereka ada yang mengalaminya sendiri.

Fenomena ini mengingatkan pada firman Allah yang mengabarkan bahwa istri dan anak-anak adalah ujian bahkan musuh bagi seseorang. “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah ujian bagimu”, tegas Allah dalam surah Al-Anfal ayat 28.

Dalam ayat lain lebih tegas Allah nyatakan bahwa istri dan anak-anak adalah musuh;
“Wahai orang-orang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka”. (terj. Qs. At-Taghabun: 14)

Baca Juga:

Faktor Penyebab Futur (02): Tidak Menguasai Ilmu Syar’i

Faktor Penyebab Futur (03): Hati Terpikat Pada Dunia dan Lupa Akhirat

Terapi Futur

Semakna dengan ayat di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda tentang ujian berupa anak. Beliau mengatakan;

الولد محزنة، مجبنة، مجهلة، مبخلة

“Anak itu membuat sedih, membuat pengecut, membuat bodoh, dan membuat bakhil”. (HR. Al-Hakim dan dishahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ As-Shaghir No.1990).

Maksudnya anak kadang menjadi sebab orang tua bersedih, pengecut, bertindak bodoh dan abkhil, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Munawiy dalam Faidhul Qadir. Sebagian orang tua larut dalam kesedihan yang berlebihan bila ada sesuatu yang menimpa anak-anaknya meski hanya masuk angin atau batuk ringan dan semacamnya. Atau sangat sedih ketika anak meminta sesuatu lalu tidak dapat memenuhinya. Anak juga terkadang mengubah seorang ayah menjadi pengecut dan penakut, berpangku tangan dan tidak mau berangkat berjihad karena sangat sayang kepada anak-anaknya serta takut mati dan tidak ingin berpisah dengan anak-anaknya. Kecintaan pada anak juga membuat orang tua bakhil dan kikir sehingga enggan dan malas berinfak serta malas menghadiri majelis ilmu karena sibuk mencari dan mengumpulkan harta untuk anak-anaknya.

Senada dengan perkataan Al-Munawiy di atas, Syekh Nashir al-Umar hafidzahullah mengatakan bahwa bahaya yang datang dari anak-anak adalah karena seseorang menjadi sibuk sendiri karenanya menomorduakan agamanya. Dia akan mati-matian untuk menjamin masa depan mereka dan menghasilkan sesuatu yang dapat menjaminnya. Dia khawatirkan dunia mereka sepeninggalnya. Tapi anehnya dia tidak mengkhawatirkan nasibnya sendiri. Dia menyia-nyiakan umurnya untuk istri dan anaknya tetapi melupakan dirinya. Padahal, dalam Al-Qur’an menyuruh untuk menyelematakan diri dan keluarga dari neraka.

Demikian pula halnya dengan isteri. Seorang istri bisa menjadi penolong dalam ibadah, menuntut ilmu dan beribadah; namun bisa juga menjadi cobaan dan fitnah, sebagaimana dalam ayat yang disebutkan di atas.

Baca Juga:

Faktor Penyebab Futur (05): Hidup di Lingkungan yang Rusak

Faktor Penyebab Futur (06): Bergaul dengan Orang-orang yang Tak Punya Iradah dan Himmah

Faktor Penyebab Futur (07): Berbuat Maksiat dan Munkar Serta Mengkonsumsi Makanan Haram

Meskipun demikian, Syekh Nashir juga menekankan bahwa tidak semua perubahan pada aktivis yang telah menikah dapat divonis sebagai gejala futur. Sebab, sebagian orang mengalami perubahan kadang karena menunaikan kewajiban-kewajiban syar’i bagi isteri dan anak-anaknya. Selama hal ini dilakukan tanpa merusak ibadah serta tidak meninggakan sama sekali aktivitas ilmu dan da’wah, maka itu masih wajar. Sebab tanggung jawab menafkahi isti dan anak merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh syariat.

Lain halnya jika isteri dan anak menjadi sebab seseorang tidak aktiv sama sekali dari kegiatan keilmuan dan da’wah. Maka hal itu dapat dianggap sebagai gejala futur, bahkan pada level yang paling parah bisa menjerumuskan dalam kemunafikan. Sebab diantara sifat orang munafik adalah beralasan dengan kesibukan mengurus keluarga. Sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam surah Al-Fath, “Kami telah disibkkan oleh harta dan keluarga kami”. (terj. Qs. Al-Fath:11). (Bersambung insya Allah).

Sumber: Disarikan dari Kitab Al-Futur; Al-Madzahir, Al-Asbab, Wa Al-‘Ilaj, Karya Syekh. Prof. DR. Nashir bin Sulaiman Al-Umar hafidzahullah dengan sedikit perubahan seperlunya

Syamsuddin Al-Munawiy
Syamsuddin Al-Munawiy
Beliau merupakan pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Wahdah Islamiyah (Tingkat SMA) Kab. Bogor dan Merupakan Asisten Ketua Umum Wahdah Islamiyah serta saat ini melanjutkan pendidikan Doktor Pendidikan Islam di Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Liqa ‘Ilmi Ke-31 Dewan Syariah Wahdah Islamiyah Bahas Isu Kontemporer Tentang Haji, Musik dan Wakaf Sementara

MAKASSAR, wahdah.or.id -- Dewan Syariah Wahdah Islamiyah kembali menggelar...

Hadiri FGD Bahas Gaza di Gedung MPR, Ust. Zaitun: Perlu Ada Aksi Besar-Besaran yang Diinisiasi oleh Lembaga-Lembaga Negara

JAKARTA, wahdah.or.id - Pasca mengawal Konvoi 12 Truk bantuan...

Pelatihan Manajemen Pondok dan Sekolah Wahdah Islamiyah Kolaka: Kolaborasi untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan

KOLAKA, wahdah.or.id - Departemen Pendidikan Wahdah Islamiyah Kolaka bersama...