Diantara faktor penyebab futur yang menimpa penuntut ilmu dan aktivis dakwah adalah lingkungan yang berbeda.
Sebagian juru dakwah dianugerahi kemampuan lebih oleh Allah untuk berdakwah di berbagai bi’ah (lingkungan) yang berbeda-beda. Mereka dapat menyesuaikan diri dengan Keadaan dan waktu tertentu. Ilmu mereka luas, jiwa mereka lapang, dan potensi mereka beragam.
Namun ada orang-orang yang hanya bisa aktif di suatu tempat saja dan bekerja dengan sangat baik di suatu lingkungan atau milleau tertentu. Jika mereka berpindah darinya, mereka pun beruba, bahkan futur.
Sebagian penuntut ilmu, jika bersama dengan kawan-kawannya, dapat belajar dengan sangat baik dan rajin. Namun, jika dia berpindah tempat atau berkumpul dengan orang lain, semangat mereka pun redup dan reda, azam mereka melemah, dan kebosanan menghampiri mereka. Sekiranya dia dikembalikan ke tempat semula, keadaannya pun kembali seperti sediakala, rajin dan penuh semangat. Ini sesuai dengan sabda Nabi , “Ruh-ruh itu seperti pasukan yang bermacam-macam. Yang saling mengenal akan berkumpul dan yang tidak saling mengenal akan berpisah.
Termasuk yang dapat dikategorikan faktor penyebab ini adalah berhenti dari aktivitas dalam waktu yang lama sehingga didapati kesulitan untuk kembali kepadanya. Jika pun dapat kembali keadaannya tidak seperti semula lantaran keadaan dan zaman telah berubah. Kemudian hal itu membuatnya berbuat kesalahan dan lalu futur.
Karena itulah perlu kiranya diperhatikan, siapa saja yang dihadapkan pada realita berhenti dari suatu amal karena suatu sebab, hendaklah dia tidak menghentikannya sama sekali. Sebaliknya, hendaklah dia bermujahadah, bersungguh-sungguh untuk kembali kepadanya. Dengan kesungguhan, kembali kepadanya bukanlah sesuatu yang sulit. Hal itu juga supaya dia tidak merasa asing dengan aktivitas itu atau dengan kawan kawannya.
Hendaknya dia berusaha untuk bangkit dengan tetap menjaga mudawamah kontiniutas amal walau sedikit. Sebab dengan menjaga keberlansungan amal di masa futur memungkinkan memiliki peluang untuk bangkit dan kembali pada semangat semula.
Karena pasa dasarnya penurunan semangat dalam beramal adalah sesuatu yang manusiawi. Sehingga tidak dapat dihindari. Satu-satunya jalan adalah menyiasatinya dengan tetap menjaga keberlangsungan amal walau sedikit, agar tidak amal yang telah dikerjakan secara rutin tidak terhenti sama sekali. []