Faidah Tarbawiyah Dari Kisah Nabi Sulaiman Dan Burung Hud Hud

Date:

Faidah Tarbawiyah Dari Kisah Nabi Sulaiman Dan Burung Hud Hud

Allah Azza wajalla berfirman:

وَتَفَقَّدَ ٱلطَّيۡرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَآ أَرَى ٱلۡهُدۡهُدَ أَمۡ كَانَ مِنَ ٱلۡغَآئِبِينَ ٢٠ لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابٗا شَدِيدًا أَوۡ لَأَاْذۡبَحَنَّهُۥٓ أَوۡ لَيَأۡتِيَنِّي بِسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٖ ٢١  فَمَكَثَ غَيۡرَ بَعِيدٖ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ وَجِئۡتُكَ مِن سَبَإِۢ بِنَبَإٖ يَقِينٍ ٢٢  إِنِّي وَجَدتُّ ٱمۡرَأَةٗ تَمۡلِكُهُمۡ وَأُوتِيَتۡ مِن كُلِّ شَيۡءٖ وَلَهَا عَرۡشٌ عَظِيمٞ ٢٣  وَجَدتُّهَا وَقَوۡمَهَا يَسۡجُدُونَ لِلشَّمۡسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ فَصَدَّهُمۡ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمۡ لَا يَهۡتَدُونَ ٢٤  أَلَّاۤ يَسۡجُدُواْۤ لِلَّهِ ٱلَّذِي يُخۡرِجُ ٱلۡخَبۡءَ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَيَعۡلَمُ مَا تُخۡفُونَ وَمَا تُعۡلِنُونَ ٢٥  ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ۩ ٢٦  ۞قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٢٧

Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir?. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ´Arsy yang besar”. Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta”. (QS. An-Naml: 21-27)

Faidah:

  1. Sikap Nabi Sulaiman ‘alaihissalaam yang memeriksa rakyatnya dari kalangan burung menunjukkan bahwa hendaklah setiap pemimpin meninjau dan memeriksa langsung keadaan rakyat-rakyatnya serta menjaga mereka dari segala bentuk keburukan.

Imam al-Qurthubiy rahimahullah berkata:

في هذه الآية دليل على تفقد الامام أحوال رعيته والمحافظة عليهم. فانظر إلى الهدهد مع صغره كيف لم يخف على سليمان حاله فكيف بعظام الملك. ويرحم الله عمر فإنه كان على سيرته قال: لو أن سخلة على شاطئ الفرات أخذها الذئب ليسأل عنها عمر

Pada ayat ini terdapat dalil bahwa hendaklah seorang pemimpin meninjau dan memeriksa keadaan-keadaan rakyatnya serta menjaga mereka. Lihatlah burung Hudhud yang amat kecil tubuhnya, seorang Nabi Sulaiman pun tidak luput darinya perihal kondisinya. Maka bagaimana dengan perkara-perkara yang lebih besar darinya. Semoga Allah merahmati Umar, karena sesungguhnya dalam sirah kehidupannya dia pernah berkata: “Andainya saja seekor anak domba yang berada di tepi sungai Eufrat di makan oleh seekor srigala, sungguh Allah akan menanyakannya pada Umar”. (Tafsir al-Qurthubiy: 13/178)

  1. Mengunjungi rakyat untuk mengetahui keadaan rakyat (blusukan) hendaklah tidak dicampuri oleh kepentingan politik demi meraih kekuasaan, melainkan timbul dari rasa takutnya kepada Allah. Sehingga tatkala kekuasaan telah diraih, dia tidak lupa untuk terus meninjau keadaan rakyatnya, baik melalui menteri-menterinya atau orang-orang kepercayannya.
  2. Nabi Sulaiman ‘alaihissalaam menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Dia memeriksa burung-burungnya karena mereka adalah bagian dari rakyatnya. Oleh karenanya, hendaklah para orang tua (bapak dan ibu) mencontoh sikap Nabi Sulaiman dan mengimplementasikan hal ini dalam kehidupan mereka terhadap anak-anaknya. Yaitu agar mereka selalu memperhatikan, memeriksa dan mengawasi perkembangan kehidupan anak-anaknya. Sebab anak-anak itu adalah amanah bagi mereka. Hari ini, sungguh sangat menyedihkan, para orang tua membiarkan anak-anaknya hidup dan diasuh oleh lingkungan yang buruk. Anak-anaknya bebas keluar rumah bahkan seorang anak wanita di malam hari dibiarkan berjalan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Hal ini meunjukkan rasa sayang mereka terhadap anak-anaknya sangat kecil, bahkan rasa sayang Nabi Sulaiman terhadap seekor burungnya jauh lebih bersar daripada rasa sayang mereka terhadap anak-anaknya.
  3. Perkataan burung Hudhud kepada Nabi Sulaiman “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya”, hal ini menunjukkan beberapa faidah:

–  Para Nabi tidak mengetahui ilmu ghaib. Berita-berita ghaib yang mereka sampaikan adalah wahyu dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya. Adapun ilmu ghaib dari keahlian mereka sendiri, maka hal itu tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan perkataan Nabi Sulaiman, “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta”.

–  Kebenaran dapat diambil dari siapapun yang menyampaikannya tanpa memandang suku, komunitas, tinggi rendahnya kedudukan seseorang, atau tingkat keilmuan seseorang. Selama sesuatu yang disampaikan adalah kebenaran, maka ia harus diterima.

–  Bolehnya mencontoh keindahan akhlak dan adab para hewan sebagai pembelajaran atau pengetahuan untuk kita.

Imam asy-Sya’rawi rahimahullah berkata:

هذا هو الهدهد وهو المخلوق الأقل من سليمان عليه السلام يقول له : لقد عرفت ما لم تعرفه أنت وكأن هذا القول قد جاء ليعلمنا حسن الأدب مع من هو دوننا  فهو يهب لمن دوننا ما يُعَلِّمُه لنا  ألم يُعلِّمنا الغراب كيف نواري سوأة الميت { فَبَعَثَ الله غُرَاباً يَبْحَثُ فِي الأرض . . . }

Inilah seekor burung Hudhud, seekor makhluk yang lebih kecil kedudukannya dari Nabi Sulaiman ‘alaihissalaam. Akan tetapi ia berkata padanya, “Sungguh aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui”. Perkataan ini seolah datang untuk menagajari kita cara beradab yang baik terhadap orang-orang yang lebih rendah kedudukannya dari kita. Yaitu memberi kesempatan kepada yang lebih rendah derajatnya dari kita untuk mengajari kita. Bukankah kita juga pernah diajar oleh burung gagak tentang cara kita menguburkan mayat? Allah Azza wajalla berfirman: “Maka Allah mengutus seekor burung gagak untuk menggali-gali bumi, untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya ia menguburkan saudaranya” (QS. Al-Maidah: 31).” (Tafsir asy-Sya’rawy: 1/3820 versi Maktabah Syamilah)

–  Tidak boleh merendahkan orang-orang yang lebih rendah kedudukannya dari kita, bahkan hendaklah kita menerima nasehat mereka ketika mereka memberi nasehat, dimana hal itu demi kebaikan diri kita.

  1. Perkataan burung Hudhud “Dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini”, menunjukkan ketelitian burung Hudhud dalam menyampaikan berita. Hal ini mengajari kita agar bersikap hati-hati dalam menyampaikan berita serta menjaga sikap kejujuran, utamanya yang berkaitan dengan agama dan kehormatan seseorang. Sebab hal ini merupakan sesuatu yang harus dipertanggung jawabakan di hadapan Allah Azza wajalla.
  2. Perkataan burung Hudhud “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah)”, menunjukkan ketulusan dan keikhlasannya dalam mentauhidkan Allah Azza wajalla, serta ghirahnya untuk merubah kemungkaran yaitu syirik. Hal ini juga menunjukkan bahwa para hewan juga beribadah dan mentauhidkan Allah, mereka bertasbih dan memuji Allah.
  3. Ketikdak pahaman seseorang pada tauhid akan menjadikan dirinya lebih rendah dari binatang.
  4. Makhluk Allah yang rendah kedudukannya di mata manusia, akan Allah agungkan ketika dia mau meninggikan Allah dan mentauhidkanNya dengan sebenar-benarnya. Hal ini sebagaimana Hudhud yang kecil. Ketika dia memiliki ghirah terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah, maka Allah muliakan dia dengan mengabadikan kisahnya di dalam al-Qur’an sebagai pembelajaran untuk setiap manusia.
  5. Perkataan Nabi Sulaiman, “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta”, menunjukkan kehati-hatiannya dalam menyebarkan berita walau ia tahu bahwa burung Hudhud telah memperlihatkan ketakwaan dan ketauhidannya kepada Allah. Hal ini mengajarkan kepada kita untuk selalu berhati-hati dalam menyebarkan berita dan memperhatikan kebenarannya. Hendaklah kita tidak mudah menyebarkan berita dan untuk selalu memastikan kebenarannya ketika datang berita kepada kita yang berkaitan dengan agama dan kehormatan seseorang atau suatu kaum. Tingginya seseorang dalam menjaga tauhidnya, tidak lantas menjadikan perkataannya untuk selalu dibenarkan ketika ia membicarakan agama dan kehormatan suatu kaum. Hal ini ditunjukkan oleh Sulaiman yang menyikapi burung Hudhud, dimana ia telah mengetahui ghirah burung Hudhud itu dalam menjaga tauhidnya kepada Allah.

 

Ditulis oleh Muhammad Ode Wahyu S.H.

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Spesial! Angkat Tema “Bahagia”, PSR di Makassar Hadirkan Enam Pemateri Doktor Lulusan Timur Tengah

MAKASSAR, wahdah.or.id - Bulan Ramadan 1446 H/2025, kehadirannya kini...

Musyawarah Kerja Ke-XIV, Pejabat Bupati Apresiasi Peran Wahdah Islamiyah Bone di Bidang Keagamaan dan Sosial

BONE,wahdah.or.id - Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) ke-XIV Wahdah Islamiyah...

Dihadiri Hingga 450 Peserta, Muslimah Wahdah Islamiyah Kendari Gelar Daurah Serentak di Depalan Kecamatan

KENDARI, wahdah.or.id - Menyambut bulan suci Ramadan 1446 H,...

Bupati Morowali Melalui Kabag Kesra: Wahdah Islamiyah Mitra Masyarakat dan Pemerintah

MOROWALI, wahdah.or.id - Sukses menggelar Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda)...