Dihadapkan dengan permintaan yang tinggi dari penduduk Muslim dan wisatawan mancanegara, restoran di ibu kota Jepang, Tokyo, melakukan ekspansi untuk memuaskan selera makan terus meningkat untuk makanan halal.
“Makanan halal saat ini dikirimkan hanya dalam 23 kelurahan di Tokyo, tapi kami ingin memperluas area pengiriman,” kata seorang anggota staf Deli Halal kepada The Japan Times, Jumat, Juni 21.
Halal Deli adalah salah satu restoran baru di Tokyo yang dibuka baru-baru ini untuk memenuhi meningkatnya permintaan makanan halal para wisatawan Muslim dari negara-negara tetangga Muslim Indonesia dan lainnya.
Restoran halal tersebut menyediakan makanan Indonesia, Malaysia dan Turki.
Pelanggan terbanyak adalah perusahaan yang memiliki karyawan dan pengujung sekaligus wisatawan Muslim.
Pemerintah Jepang baru-baru ini menjadikan pariwisata dari Asia Tenggara sebagai prioritas dan sedang mempersiapkan kemudahan dalam persyaratan visa untuk memikat lebih banyak wisatawan dari Asia Tenggara.
Perubahan menakjubkan muncul sebagai setelah penelitian baru mengungkapkan bahwa jumlah Muslim di seluruh dunia diperkirakan akan melebihi dua miliar pada 2030.
“Dalam rencana utama kami, diperkirakan sekitar 200 pesanan per bulan, tapi sekarang kami menerima lebih dari 500 per bulan,” kata anggota staf di Halal Deli.
“Kami berencana untuk mendapatkan lebih banyak kontrak dan kami berharap layanan pada akhirnya akan diperluas ke kota-kota lain.”
Konsep halal, – yang berarti diperbolehkan dalam bahasa Arab – secara tradisional telah diterapkan pada makanan.
Muslim hanya memakan daging dari ternak yang dipotong oleh pisau tajam, dan disembelih pada leher, dengan mengucapkan nama Allah.
Muslim tidak makan daging babi karena babi dianggap kotor dan tidak sehat untuk dimakan. Alkohol juga sangat dilarang bagi umat Islam.
Sekarang barang dan jasa lainnya juga dapat disertifikasi halal, termasuk kosmetik, pakaian, farmasi dan jasa keuangan.
Sebelum ekspansi makanan halal, seorang Muslim sangat khawatir dengan makanan yang disajikan direstoran.
Untuk menghindari makanan haram, alternatif lainnya adalah dengan memilih makan laut seperti ikan, atau makanan vegetarian yang hanya menyediakan sayuran tanpa daging sama sekali.
Upaya pemerintah Jepang dalam memudahkan akses makanan halal akan dijamin dengan devisa dari berkembangnya wisatawan Muslim.
“Masih banyak Muslim yang ingin mengunjungi Jepang, tetapi kekhawatiran tentang makanan adalah alasan utama mengapa mereka akan berpikir dua kali,” kata Mina Hattori, seorang profesor di Sekolah Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dari Universitas Nagoya.
Islam masuk ke Jepang pada tahun 1920 melalui imigrasi beberapa ratus Muslim Turki dari Rusia setelah revolusi Rusia.
Pada tahun 1930, jumlah Muslim mencapai sekitar 1000 dari asal yang berbeda.
Gelombang imigran selanjutnya yang meningkatkan populasi Muslim mencapai puncaknya pada tahun 1980-an, bersama dengan masuknya pekerja dari beberapa negara Islam.
Jepang sekarang adalah rumah bagi komunitas Muslim yang berkembang pesat dari sekitar 120.000 Muslim, di antara hampir 127 juta di sepuluh negara terpadat di dunia.
Sumber : Onislam.com