(Syekh. Muhammad Shalih al-Munajjid)

IMG-20150930-WA0011

Syirik atau menyekutukan Allah adalah sesuatu yang amat diharamkan dan secara mutlak serta merupakan dosa yang paling besar. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah, bahwasanya Rasullulah sallalahualaihi wassalam bersabda yang artinya :

Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang dosa besar yang paling besar?”(3x). Mereka (para sahabat) berkata, “ya, wahai Rasulullah!” beliau brsabda,”menyekutukan allah…”

Setiap dosa berkemungkinan diampuni oleh Allah, kecuali dosa syirik, ia memerlukan taubat khusus, Allah berfirman, yang artinya:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari(syirik)itu,bagi siapa yang di kehendakinya “(an-Nisa’:48)

Diantara macam syirik adalah syirik besar. Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam dan orang yang bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di dalam neraka.

Diantara kenyataan syirik yang umum terjadi di sebagian besar masyarakat Islam adalah; menyembah kuburan, nadzar dan menyembelih untuk selain Allah, Astrologi dan Kepercayaan adanya pengaruh bintang dan planet terhadap berbagai kejadian & kehidupan manusia, sihir dan perdukunan, serta memakai jimat. Uraian dari contoh dan bentuk kesyirikan tersebut akan dijelaskan pada tulisan berikutnya insya Allah.

  1. Menyembah Kuburan

Yakni kepercayaan bahwa para wali yang telah meninggal dunia bisa memenuhi hajat dan bisa membebaskan manusia dari berbagai kesulitan. Karena kepercayaan ini, mereka lalu meminta pertolongan dan bantuan kepada para wali yang telah meninggal dunia. Padahal Allah telah berfirman,yang artinya:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia.”(terj. Qs. Al-Isra’:23).

Termasuk dalam kategori menyembah kuburan adalah memohon kepada orang-orang yang telah meninggal, baik para Nabi, orang-orang Shaleh atau lainnya untuk mendapatkan syafa’at atau melepaskan diri dari berbagai kesukaran hidup. Padahal Allah telah berfirman yang artinya:

Atau siapakah yang memperkenankan (dosa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepadanya dan menghilangkan kesusahan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi..? apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)..?” (an-Naml:62).

Sebagian penyembah kuburan ada yang mengelilingi kuburan tersebut, mencium setiap sudutnya, lalu mengusapkannya ke bagian-bagian tubuhnya. Mereka juga mencium pintu kuburan tersebut dan melumuri wajahnya dengan tanah dan debu kuburan. bahkan ada yang bersujud ketika melihatnya, berdiri di depannya dengan penuh khusyu’, merendahkan dan menghinakan diri sendiri seraya mengajukan permintaan dan memohon hajat mereka. Ada yang meminta sembuh dari sakit, mendapatkan keturunan, digampangkan urusannya dan tak jarang di antara mereka menyeru, ”Ya Sayyidi, aku datang kepadamu dari negeri yang jauh, maka janganlah engkau kecewakan aku.” Padahal Allah berfirman, yang artinya:

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai Hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?: (Al-Ahqaf:5).

Nabi bersabda, yang artinya:

Barangsiapa mati dalam keadaan menyembah sesembahan selain Allah,niscaya akan masuk neraka,”

Sebagian mereka mencukur rambutnya dipekuburan, sebagian lainnya membawa buku yang berjudul “manasikul hajjil masyahid” (tata cara ibadah haji di kuburan keramat), yang mereka maksudkan dengan masyahid adalah kuburan para wali. Sebagian mereka mempercayai bahwa para wali itu mempunyai kewenangan mengatur alam semesta, dan mereka bisa memberi mudarat atau manfaat.Padahal Allah berfirman, yang artinya:

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu,maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karuninya.”(Terj. Qs. Yunus:107).

  1. Bernadzar dan Menyembelih Untuk Selain Allah

Termasuk syirik adalah bernadzar untuk selain Allah, seperti yang dilakukan oleh sebagian orang dengan bernadzar memberi lilin dan lampu untuk para ahli kubur.

Maka dirikanlah shalat karena tuhanmu dan berkorbanlah.”(Terj. Qs. Al-Kautsar:2).

Maksudnya, berkurbanlah hanya untuk Allah dan atas namanya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,:

Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.”

Pada binatang sembelihan itu terdapat dua hal yang diharamkan. Pertama, penyembelihannya untuk selain Allah, dan kedua, penyembelihannya dengan atas nama nama selain Allah. keduanya menjadikan daging binatang sembelihan itu tidak boleh dimakan. Dan termasuk penyembelihan jahiliyah yang terkenal di zaman kita saat ini adalah menyembelih untuk jin.Yaitu manakala mereka membeli rumah atau membangunnya atau ketika menggali sumur mereka menyembelih di tempat tersebut atau di depan pintu gerbangnya,sebagai sembelihan sesajen karena takut gangguan jin.

  1. Menghalalkan Yang Diharamkan Allah atau Sebaliknya

Diantara contoh syirik besar-dan hal ini umum dilakukan- adalah menghalalkan apa yang di haramkan oleh Allah atau sebaliknya. Atau kepercayaan bahwa seseorang memiliki hak dalam masalah tersebut, padahal Allah yang berhak. Atau berhukum kepada perundang-undangan jahiliyah secara sukarela dan atas kemauannya,seraya menghalalkannya dan meyakini bahwa hal itu di bolehkan.Allah menyebutkan kufur besar ini dalam firmannya, yang artinya:

Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.”(Terj. Qs. At-Taubah:31).

Ketika Adi bin Hatim mendengar ayat tersebut dibaca oleh rasulullah,ia berkata, “Orang-orang itu tidak menyembah mereka.”Rasulullah dengan tegas bersabda,:

Benar,tetapi mereka(orang-orang alim dan pra rahib itu) menghalalkan untuk mereka apa yang di haramkan oleh Allah,sehingga mereka menganggapnya halal.Dan mengharamkan atas mereka apa yang di halalkan oleh Allah,sehingga mereka menganggapnya haram.itulah bentuk ibadah mereka kepada orang-orang alim dan para rahib terebut.”

Allah menjelaskan, di antara sifat orang-orang musyrik adalah sebagaimana dalam firman-Nya,:

Dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah di haramkan oleh Allah dan rasulnya dan tidak beragama dengan agama yang benar(agama Allah).” (At-Taubah:29)

Katalanlah,’terangkanlah kepadaku tentang rizki yang diturunkan Allah kepadamu,lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal.’ Katakanlah,’Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?’” (Terj. Qs. Yunus:59).

  1. Sihir dan Perdukunan

Termasuk syirik yang banyak terjadi adalah sihir, perdukunan dan ramalan. Sihir termasuk perbuatan kufur dan termasuk salah satu dari tujuh dosa besar yang menyebabkan kebinasaan. Sihir hanya mendatangakan bahaya dan sama sekali tidak bermanfaat bagi manusia. Allah berfirman,:

Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat.” (Terj. Qs. Al-Baqarah:102)

Dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”(Thaha:69).

Orang yang mengerjakan sihir adalah kafir. Allah berfirman,:

Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir ),hanya setan setan itulah yang kafir(mengerjakan sihir).Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat d negeri babil yaitu Harut dan Marut,sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan,’Sesungguhnya kami hanya cobaan ( bagimu ), sebab itu janganlah kamu kafir. (terj. Qs. Al-Baqarah:102).

Dukun dan tukang ramal, keduanya juga kafir jika mengklaim dirinya mengetahui hal-hal yang ghaib.Karena tidak ada yang mengetahui hal hal yang ghaib selain Allah.

Para dukun dan tukang ramal itu memanfaatkan kelengahan orang-orang awam (yang minta pertolongan padanya) untuk mengeruk uang mereka sebanyak banyaknya. Mereka menggunakan banyak sarana untuk perbuatannya tersebut.Di antaranya dengan membuat garis di pasir, memukul rumah siput, membaca garis telapak tangan, cangkir, bola kaca, cermin, dan lain lain.

Jika sekali waktu mereka benar maka sembilan puluh sembilan kalinya hanyalah dusta belaka. Tetapi tetap saja orang orang dungu tidak mengingat, waktu yang sekali itu saja. Maka mereka pergi kepada dukun atau tukang ramal untuk mengetahui nasib mereka di masa depan, apakah akan bahagia atau sengsara, baik dalam hal pernikahan, perdagangan,amencari barang barang yang hilang atau yang semisal nya

Hukum orang yang mendatangi tukang ramal atau dukun, jika mempercayai terhadap apa yang dikatakan nya adalah kafir, keluar dari agama Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu membenarkan apa yang dikatakan nya, sungguh dia telah kufur terhadap apa yang di turunkan kepada nabi Muhammad

Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal,lalu ia menanyakan pada nya tentang sesuatu, maka tidak di terima sholat nya selama 40 malam”.

Ini masih pula harus di barengi dengan tetap mendirikan sholat (wajib) dan bertaubat atas nya.

  1. Kepercayaan Adanya Pengaruh Bintang dan Planet Terhadap Berbagai Kejadian & Kehidupan Manusia

Dari zaid bin kholid al-Juhani, ia berkata, “Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat bersama kami, sholat subuh di hudaibiyah tampak masih ada bekas hujan yang turun di malam harinya setelah beranjak beliau menghadap kepada para sahabat nya, seraya berkata, ‘’Apakah kalian mengetahui apa yang di firman kan oleh Tuhan kalian ? “,mereka menjawab,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. “Allah berfirman, pagi hari ini ada diantara hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan pula yang kafir. Adapun orang yang berkata,”kami di beri hujan dengan karunia allah dan rahmat nya, ”maka dia beriman kepada ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata, ”hujan itu turun karena bintang ini dan bintang itu, ”maka dia telah kufur kepada ku dan beriman kepada bintang.”

Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi (ramalan bintang) seperti yang banyak kita temui di koran dan majalah. Jika ia mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet tersebut maka dia telah musyrik. Jika ia membacanya sekadar untuk mencari hiburan, maka ia telah terjatuh ke dalam dosa dan maksiat. Sebab kita tidak diperbolehkan mencari hiburan dengan membaca hal-hal yang berbau syirik. Selain itu, terkadang setan berhasil mengiring manusia dan menggodanya untuk mempercayai ramalan bintang tersebut. Maka membacanya termasuk sarana dan jalan menuju kesyirikan.

  1. Memakai Jimat

Termasuk syirik, mempercayai adanya manfaat pada sesuatu yang tidak dijadikan demikian oleh Allah Ta’ala. Seperti kepercayaan sebagian orang terhadap jimat, mantra-mantra berbau syirik, kalung dari tulang, gelang logam dan sebagainya, yang penggunaannya sesuai dengan perintah dukun, tukang sihir atau memang merupakan kepercayaan turun-temurun.

Mereka kadang mengalungkan barang-barang tersebut pada anak-anak mereka untuk menolak ‘ain, yakni penyakit berupa pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang melalui pandangan matanya. Kadang pula mereka mengikatkan barang-barang tersebut pada badan, di mobil, atau rumah. Atau mereka mengenakan cincin dengan berbagai macam batu permata, disertai kepercayaan tertentu, seperti untuk tolak bala’.

Sebagian tukang tenung membuat jimat dari ayat-ayat al-Qur’an. Mereka menuliskannya dan mencampur adukanya dengan hal-hal lain yang termasuk syirik. Bahkan sebagian mereka menulis ayat-ayat al-Qur’an dengan benda najis atau dengan darah haidh. Menggantungkan atau mengikatkan segala bentuk jimat seperti disebut di atas adalah haram. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

barang siapa yang menggantungkan jimat, maka ia telah berbuat syirik”. (terj. HR. Ahmad, 4/156).

Orang yang melakukan perbuatan tersebut (menggantungkan jimat), jika ia mempercayai bhawa jimat tersebut dapat mendatangkan manfaat dan menolak mudharat dengan sendirinya selain Allah, maka ia termasuk pelaku dosa besar. Dan jika ia mempercayai bahwa jimat itu hanya sebab atau perantara datangnya manfaat dan hilangnya mudharat, maka ia terjerumus ke dalam syirik kecil. Karena ia telah menjadikan sebagai sebab sesuatu yang tidak dijadikan oleh Allah sebagai sebab. Wallahu a’lam Bis Shawab.

(Sumber: Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa (terj), Karya Syekh Muhammad Shalih Al-Munajjid, Darul Haq, Cet. XX, 1435, hlm. 13-26).

 

Artikulli paraprakHikmah dari kisah Ashhabu al-Kahfi
Artikulli tjetërKEUTAMAAN MENUNJUKKAN KEBAIKAN PADA ORANG LAIN

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini